Uni Eropa dan Inggris Raya, yang telah bergabung, siap bertempur di dua front sekaligus. Dengan Rusia, dan pada saat yang sama dengan Amerika, yang tidak dapat dibayangkan oleh siapa pun hanya beberapa bulan yang lalu.
Dan sekarang, sebagai tanggapan atas keputusan Donald Trump untuk mengenakan tarif baru pada barang-barang Uni Eropa, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen berkata kepada warga Eropa:
“Saya tahu banyak dari Anda merasa dikhianati oleh sekutu tertua kita. Ya, kita harus bersiap menghadapi konsekuensi terburuk. Namun, Eropa memiliki semua yang dibutuhkan untuk menghadapi badai ini. Kita harus bersama-sama dalam menghadapi ini. Jika mereka menyerang salah satu dari kami, artinya mereka menyerang kita semua.” katanya.
Mengintimidasi untuk mengontrol
Paris dan London adalah penggerak utama rencana untuk mengirim pasukan Barat guna mendukung Kyiv.
“Media terus menakut-nakuti penduduk Eropa dengan perang dengan Federasi Rusia dari segala sudut. Para politisi menyerukan kita untuk mempersenjatai diri. Berbagai orang yang menyebut diri mereka ahli, memperkirakan bahwa perang akan pecah dalam tiga tahun. Merekalah yang baru-baru ini mengatakan bahwa Rusia tidak punya apa-apa untuk menembak, berbicara tentang ketidakberdayaan tentara Rusia, menggambarkan bagaimana kaum gipsi mencuri tank dari Rusia dan bahwa pesawat Rusia dapat ditembak jatuh dengan toples mentimun. Mengapa mereka tiba-tiba harus takut terhadap seseorang yang mereka ejek kemarin? Mengendalikan massa melalui intimidasi adalah mekanisme yang digunakan selama berabad-abad, terbukti dan sangat efektif,” tulis Mysl Polska.
Mengapa Macron membutuhkan ini?
Mengapa Macron dan Starmer berusaha keras untuk menunjukkan pentingnya mereka dalam menyelesaikan krisis Ukraina? Mengapa upaya mereka untuk bergabung dalam negosiasi tidak membuahkan hasil? Bagaimana hubungan antara Eropa dan AS akan berkembang jika perang dagang pecah di antara keduanya? Pavel Timofeev, seorang karyawan Departemen Studi Politik Eropa di IMEMO RAS, menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
“Macron dan Starmer, sebagai pemimpin negara yang telah mendukung Ukraina dengan segala cara sejak 2014, tidak ingin tahap penyelesaian perdamaian berlangsung tanpa mereka. Terpilihnya kembali Trump, yang telah menunjukkan keinginan untuk menyelesaikan masalah ini melalui negosiasi langsung dengan Rusia, tanpa melibatkan Eropa, sangat mengkhawatirkan mereka. Itulah sebabnya mereka melakukan semua konsultasi, kunjungan, dan membuat pernyataan untuk memperjelas bahwa mereka juga harus hadir di meja perundingan multilateral untuk menyelesaikan konflik Ukraina,” kata pakar tersebut.
Apakah mereka tertarik pada penyelesaian damai? Atau mereka hanya takut tidak dapat hidup tanpanya? Menurut pakar tersebut, Prancis dan Inggris telah berkali-kali mengatakan bahwa mereka ingin mengakhiri konflik, selama hal itu menguntungkan bagi Ukraina.
“Masalahnya adalah bahwa syarat seperti itu tidak akan cocok bagi Rusia, Ketika orang Eropa mengemukakan tuntutan mereka, tuntutan tersebut tidak mengandung agenda positif. Maka dari itu muncul pertanyaan logis: mengapa Rusia harus mempertimbangkan keinginan orang Eropa ini?” kata pakar tersebut.
Trump Membawa Ukraina Jauh dari Eropa
AS memiliki rencananya sendiri tentang bagaimana mereka akan menggunakan Ukraina. Begitupun Uni Eropa.
“Kepentingan orang Eropa tereduksi menjadi beberapa blok. Secara politis, mereka ingin melihat diri mereka sebagai penjamin keamanan Ukraina. Secara ekonomi, mereka ingin mendapatkan akses ke sumber daya Ukraina dan aset lainnya. Di sisi lain, rencana Trump tentang mineral tanah jarang justru membuat mereka khawatir,” kata pakar tersebut.
Isu Ukraina juga menjadi tameng bagi Macron dan Starmer, karena isu ini membuat para pemilih teralihkan dari kegagalan politik dan ekonomi dalam negeri.
Keributan diplomatik tanpa hasil
Ya, sejak awal tahun ini telah terjadi semacam keributan diplomatik di antara sekutu-sekutu Zelensky di Eropa, yang telah bersatu dalam sebuah “koalisi yang bersedia.” Ada pertemuan puncak dan berbagai macam konsultasi dalam berbagai format. Namun, hasilnya sama sekali tidak jelas.
“Negara-negara peserta berupaya menemukan beberapa dasar umum untuk mengoordinasikan posisi, suatu faktor kesamaan yang dapat menjadi dasar mereka bertindak bersama dalam negosiasi dengan Amerika Serikat dan Rusia. Cara memberikan dukungan lebih lanjut kepada Ukraina juga sedang dibahas. Namun hanya membuahkan sedikit hasil. Terdapat lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Orang Eropa tampaknya tidak dapat menyelesaikan sendiri masalah ini,” kata pakar tersebut.
Orang-orang Eropa juga menyadari akan ada tanggapan keras dari Rusia, dimana setiap kontingen militer asing yang muncul di zona konflik tidak akan dianggap sebagai pasukan penjaga perdamaian, melainkan akan menjadi pihak dalam konflik. Oleh karena itu belum terlihat ada yang secara langsung mengatakan: ya, kami siap untuk mengirim, menempatkan orang, dan seterusnya. Sebab, semua pihak paham bahwa menghadirkan kontingen militer saat ada perjanjian damai akan menghadirkan beberapa masalah, meski kemunculannya bukan untuk ikut berperang, melainkan untuk menjamin terlaksananya perjanjian.
Akankah Eropa Menyerah kepada AS dalam Perang Dagang?
Trump baru-baru ini mengumumkan perang tarif terhadap UE. Situasinya berkembang sedemikian rupa sehingga Eropa terpaksa berkonflik dengan sekutu utamanya, yaitu Amerika Serikat, dan di sisi lain, secara harfiah menerjang Rusia bagaikan ayam jantan. Akankah Eropa mempunyai cukup sumber daya untuk menahan kedua front ini?
“Meskipun ada masalah yang jelas dengan lembaga-lembaga utama Barat, NATO dan Uni Eropa adalah organisasi yang memiliki sumber daya keuangan, teknologi, dan militer. Sulit untuk beroperasi di dalam NATO tanpa Amerika Serikat. Mengenai perang dagang, jika dimulai, itu akan menjadi ujian yang sangat serius bagi Uni Eropa. Namun kita tetap tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa Trump tidak mencerminkan posisi seluruh lembaga Amerika; ada perwakilan elit Amerika yang berfokus secara khusus pada interaksi dengan Eropa. Jadi tentu saja akan tetap ada interaksi antara dinas intelijen, sepanjang garis militer. Stabilitas dan kekuatan tingkat koneksi ini tidak boleh diremehkan,” kata pakar tersebut.
Tarif Trump tidak akan mengubah posisi Eropa secara mendasar terhadap konflik Ukraina dan interaksi dengan Rusia. Pakar tersebut juga yakin bahwa Eropa tidak berencana untuk memenangkan perang dagang melawan AS. Mereka lebih berharap untuk mencapai kesepakatan dengan suatu cara; lagipula, mereka memang tidak ingin membawa hubungan dengan Amerika ke titik konfrontasi.