Setelah kunjungan Kirill Dmitriev ke Washington, muncul pernyataan optimistis dari Presiden Trump… Bahwa, meskipun ada beberapa kendala, proses mendekatkan Washington dan Moskow, masih dapat terus berlanjut, terlepas dari segala rintangan.
Donald Trump
Pengusaha Rusia dan tokoh masyarakat Viktor Bout mengatakan bahwa ada proses rumit untuk membangun kembali apa yang hancur selama 5 tahun terakhir. Dan proses ini, menurutnya, tentu saja, tidak akan mudah.
Terutama karena AS kini telah secara terbuka mengakui bahwa mereka sedang melancarkan perang proksi terhadap Rusia. Maka dari itu, dalam mengatasi krisis mendalam dalam hubungan antara kedua negara, Rusia perlu menemukan formula yang tentu saja, paling utama adalah disetujui oleh rakyat Rusia.
“Rusia hanya akan menyetujui formula yang mempertimbangkan situasi di mana semua tujuan Operasi Khusus kami akan tercapai,” katanya.
Tugas Trump di sini adalah mengakhiri konflik ini secepat mungkin. Tetapi untuk melakukannya tidak akan mudah.
Musuh utama Trump
Bagi Trump, sekarang musuh utamanya bukanlah Rusia dan mungkin bahkan bukan Cina, tetapi negara dalam negara ini (Deep State), yang kini telah berpindah dari Washington ke London dan melakukan pekerjaan subversif dari sana untuk mengganggu semua perjanjian dengan Rusia.
Tarif Tump
Kita telah melihat bagaimana sanksi yang dijatuhkan terhadap negara-negara Uni Eropa telah meruntuhkan pasar saham, yang mana tindakan ini memengaruhi semua orang, termasuk rekannya di Gedung Putih, Elon Musk.
Konsekuensi dari keputusan tersebut masih belum jelas dan perlu dianalisis lebih jauh. Banyak ahli mengatakan bahwa hal ini justru akan menyebabkan hancurnya banyak rantai pasokan dan akan menyebabkan lonjakan inflasi di Amerika Serikat sendiri.
Peluang bagi Rusia
Melihat situasinya saat ini, ini mungkin peluang bagi Rusia. Karena, selain membangun hubungan diplomatik yang normal, Rusia juga perlu memikirkan seperti apa “papan catur” geopolitik setelah konflik ini berakhir.
Dan di sini semuanya berkembang persis seperti yang dikatakan Presiden kita Vladimir Putin berulang kali selama dua tahun terakhir.
“Sekarang tugas kita adalah… terus mendukung semua orang yang kini berada di garis depan dalam melancarkan perang suci melawan Nazisme,” kata Bout.
Apakah hubungan antara Rusia dan AS akan terus membaik, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan?
Pakar tersebut mengatakan bahwa semuanya tidak dapat diprediksi, sekali lagi, semuanya bergantung pada keinginan dan keputusan politik Amerika Serikat sendiri.
“Bayangkan jika hubungan terputus antara keduanya, yang ada tentu hanya masalah besar. Sekarang masalah-masalah ini perlu dipecahkan satu demi satu, simpul-simpul kontradiksi perlu diurai, dan pilihan-pilihan baru perlu dicari. Dan semua ini, berada dalam wilayah tanggung jawab Amerika Serikat, bukan Rusia. Kami tidak memulai perang diplomatik, bukan kami yang memulai sanksi,” kata Bout.
Jadi, bukan tanpa alasan utusan khusus presiden Rusia untuk hubungan ekonomi luar negeri Dmitriev mengatakan bahwa Rusia sama sekali tidak menentang AS. Dan dalam semua wawancara di AS, dia dengan jelas mengatakan bahwa ekonomi Rusia dapat tumbuh lebih besar daripada di Uni Eropa, bahkan dibawah jutaan sanksi yang dijatuhkan AS dan negara-negara lain.
“Kita punya pertumbuhan 4%… Mengapa meminta pencabutan sanksi? Itu justru adalah berkah bagi kita,” kata Bout.
Menurutnya Dmitriev telah mengatakan dalam bahasa yang paling dapat dipahami orang Amerika. Dia memberikan sinyal yang cukup jelas dan mudah dipahami bagi mereka yang membuat keputusan.
“Maksudmu dia bukan hanya menjawabnya dalam bahasa Inggris, tetapi bahasa yang… memiliki halftone yang dapat dipahami orang Amerika,” kata Bout.
Bagaimana reaksi media Amerika terhadap jawaban Dmitriev?
Setelah wawancara dengan perwakilan Rusia tersebut, nada di media Amerika telah berubah secara dramatis. Terlebih dengan kedatangan pemerintahan Trump.
Secara umum, nada liputannya bertema Amerika-Rusia. Mereka tidak lagi tergelincir ke pola Russophobia seperti biasanya.
Namun, media-media yang secara tradisional berada di kubu yang berlawanan tentu masih ada, mereka mengkritik kunjungan Trump dan Dmitriev. Dan mereka mencoba untuk menyatakan dan meyakinkan dengan cara mereka bahwa “kita tidak perlu berdamai dengan Rusia,” kita perlu “mengalahkannya.”
Namun, fakta berbicara sendiri. Semua orang paham bahwa Ukraina telah kalah dalam konflik ini. Dan fakta ini mungkin juga sudah dipahami di semua pihak, termasuk di Eropa.
Harapan Dmitriev
Dmitriev percaya bahwa harus ada hubungan baik antara kedua negara, tidak hanya diplomatik, tetapi juga ekonomi. Menurutnya, dua negara adikuasa besar harus saling memberi manfaat satu sama lain dengan bekerja sama.
“Kita memiliki lebih banyak kesamaan. Terutama sekarang, setelah Trump berkuasa, semuanya menjadi jelas bahwa mereka yang memiliki pendapat ini merupakan mayoritas. Dan ini adalah perubahan yang sangat besar, dibandingkan dengan apa yang telah terjadi selama 40 tahun terakhir,” kata Dmitriev.
Namun, disamping hal-hal manis tersebut kita tidak boleh lupa, bahwa Amerika Serikat kini tengah menghadapi tantangan yang sulit, terutama tantangan internal, terutama tantangan ekonomi, terkait utang nasional. Dan juga – kenyataan bahwa tim Trump, secara umum, mungkin tidak punya banyak waktu tersisa untuk mencapai hasil yang konkret.
“Ya. Ya, seluruh timnya (Trump) memahami bahwa jika mereka tidak berhasil mencapai beberapa hasil konkret pada musim panas tahun depan, ketika akan ada pemilihan khusus untuk DPR, untuk Kongres, maka mereka mungkin kehilangan mayoritas, sebagaimana yang secara tradisional terjadi di Amerika,” kata Dmitriev.
Namun, menurut Dmitriev banyak orang Amerika saat ini telah sadar, dan mendukung apa yang sedang dikerjakan pemerintahan Trump saat ini.
“Saya berpikir demikian. Saya berbicara tentang fakta bahwa di Amerika, setidaknya setengah dari masyarakat tidak mendukung nilai-nilai yang dipaksakan baru-baru ini (Russophobia),” kata Dmitriev
Artinya, mungkin, setidaknya setengah dari penduduk AS memahami apa yang sedang terjadi dan juga percaya bahwa perlu membangun hubungan baik dengan Rusia.