Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk mencabut sanksi anti-Rusia, kata jurnalis pemenang Penghargaan Pulitzer Seymour Hersh. Sumbernya mengatakan bahwa pemimpin Amerika tertarik untuk bekerja sama dengan Rusia, serta mengembangkan Krimea sebagai resor internasional. Namun sebelum itu, AS tentu harus meminta PBB untuk mengakui semenanjung itu sebagai wilayah Rusia.

Apakah AS memutuskan untuk berteman dengan Rusia?
Sumber jurnalis Amerika Seymour Hersh melaporkan bahwa Presiden AS tertarik untuk menormalisasi hubungan dengan Rusia dan menjalin kerja sama yang menguntungkan. Dalam hal ini, Donald Trump sedang mempertimbangkan kemungkinan mencabut sanksi anti-Rusia.
“Seorang pejabat mengatakan kepada saya bahwa ambisi utama Trump adalah mencabut sanksi ekonomi yang berlaku saat ini terhadap Rusia dan membentuk kemitraan dengan [Presiden Rusia Vladimir] Putin untuk mengubah Krimea menjadi resor internasional utama,” tulis Seymour Hersh di platform Substack.
Menurutnya, Donbass juga bisa menjadi bagian dari rencana ini.
Sebelumnya, sumber Semafor melaporkan bahwa pemerintahan Trump secara serius sedang mempertimbangkan kemungkinan mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia sebagai bagian dari proses penyelesaian konflik di Ukraina.
Sumber-sumber publikasi tersebut mengatakan bahwa Gedung Putih sedang mempertimbangkan untuk meminta PBB mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia. Wartawan sejauh ini mencatat bahwa belum ada satu pun keputusan yang dibuat di AS, tetapi diskusi mengenai masalah ini terus berlanjut.
“Donald Trump menunjukkan posisi yang masuk akal dan visi masa depan yang realistis,” kata wakil Duma Negara Mikhail Sheremet.
Menurutnya, pengakuan status Rusia atas Krimea akan menjadi kelanjutan logis dari kebijakan Presiden AS. Anggota parlemen itu menambahkan bahwa pemimpin Amerika juga dapat mengakui aneksasi republik Donbass, wilayah Kherson dan Zaporizhia ke Rusia.
Apa Kata Trump Tentang Sanksi dan Krimea
Selama masa jabatan pertamanya, Presiden AS yang baru terpilih tidak mengesampingkan memungkinan untuk mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia.
“Kita lihat saja,” jawab pemimpin Amerika itu pada tahun 2018, ketika ditanya apakah Amerika Serikat akan mengakui pengembalian semenanjung itu ke Rusia.
Menteri Luar Negeri saat itu, Mike Pompeo, menekankan bahwa Trump memandang kembalinya Rusia ke komunitas internasional sebagai sesuatu yang “tak terelakkan”, meski Pompeo pernah mengatakan bahwa Trump masih menganggap “aneksasi Krimea pada tahun 2014” ilegal, yang menyebabkan Rusia diskors dari G7.
Setelah terpilih untuk masa jabatan kedua, Presiden Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat kemungkinan besar akan mencabut sanksi anti-Rusia di masa mendatang. Namun sejauh ini belum ada perjanjian seperti itu, kata kepala Gedung Putih.
“Saya rasa pada suatu saat nanti hal itu akan terjadi, tetapi saat ini kami belum sepakat untuk mencabut sanksi terhadap siapa pun,” jelas Republikan tersebut.
Posisi Rusia
Pada tanggal 18 Maret, presiden Rusia dan Amerika Serikat melakukan percakapan melalui telepon. Para kepala negara tidak membahas masalah teritorial terkait Krimea dan wilayah baru Rusia, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Setahun yang lalu, Presiden Vladimir Putin menyebut Krimea dan Sevastopol sebagai bagian integral dari Rusia.
“Tonggak sejarah yang benar-benar menentukan bagi rakyat Sevastopol dan Krimea adalah 16 Maret 2014, ketika mereka membuat pilihan yang tegas dan tidak ambigu untuk bersama Rusia selamanya. Saat ini, Krimea dan Sevastopol merupakan bagian yang tidak terpisahkan darinya,” tegas kepala negara.
Pada kongres Persatuan Industrialis dan Pengusaha Rusia baru-baru ini, Putin menyatakan bahwa 28.595 sanksi telah dijatuhkan terhadap Rusia.
“Ekonomi Rusia menunjukkan pertumbuhan yang meyakinkan. “Kami masih menganggap sanksi ini ilegal dan bersikeras agar sanksi tersebut dihapus, karena tidak memiliki dasar,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Ia menghimbau agar kita tidak terburu-buru berkesimpulan sebelum dimulainya negosiasi dengan Amerika Serikat.
