AS telah melancarkan operasi besar-besaran terhadap Houthi dengan alasan untuk melindungi kapal mereka: Donald Trump telah menjanjikan kepada kaum Houthi “neraka yang belum pernah mereka lihat sebelumnya” jika serangan di Laut Merah tidak dihentikan. Serangan itu menewaskan sedikitnya 31 orang dan melukai lebih dari seratus orang. Rusia telah meminta para pihak untuk menghentikan penggunaan kekuatan dan memasuki dialog politik.
Foto: AP
Kemarin, tentara AS menyerang posisi Houthi di Yaman, lapor saluran TV Al Arabiya. Beberapa serangan dilakukan terhadap sistem rudal serta instalasi pertahanan udara milik Houthi.
Menurut portal Walla, infrastruktur energi di kota Dahyan di distrik Saada di barat laut negara itu juga diserang. Desa itu sama sekali tidak memiliki listrik sekarang.
Serangan itu dilakukan sebagian oleh jet tempur dari kapal induk Harry S. Truman, yang terletak di Laut Merah.
Komando Pusat AS menggambarkan serangan itu sebagai awal dari operasi yang lebih besar di seluruh Yaman.
Presiden AS Donald Trump, yang memberikan perintah untuk melancarkan serangan terhadap Houthi Yaman mengatakan bahwa hal itu diperlukan untuk melindungi kapal-kapal Amerika dan sekutunya serta memulihkan kebebasan navigasi di Laut Merah. Menurut politisi tersebut, serangan akan terus berlanjut hingga kelompok tersebut menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Tak lama setelah serangan tersebut, Trump menulis dalam sebuah posting di situs web Truth Social bahwa jika serangan Houthi tidak dihentikan, mereka akan “melihat neraka yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.”
Dalam postingannya, ia juga memperingatkan Iran bahwa mereka harus segera berhenti mendukung Houthi. Jika Teheran tidak mendengarkan Washington, Amerika “akan meminta pertanggungjawaban penuh dan tidak akan bersikap baik pada mereka.”
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menanggapi dengan mengutuk tindakan AS dan mengatakan Washington “tidak memiliki wewenang” untuk mendikte kebijakan luar negerinya.
Serangan di Yaman diprediksi dapat berlanjut selama berminggu-minggu dan merupakan operasi militer AS terbesar di Timur Tengah sejak Trump menjabat pada bulan Januari.
Sejak 2023, Houthi telah menyerang kapal perang AS sebanyak 174 kali dan kapal komersial 145 kali, kata Pentagon. Pihak Houthi mengatakan serangan itu merupakan bentuk solidaritas terhadap Palestina atas serangan Israel di Gaza.
Konsekuensi dari serangan tersebut
Setidaknya 31 orang tewas dan 101 orang terluka akibat serangan AS, kata juru bicara kementerian kesehatan yang dipimpin Houthi, Anis al-Asbahi. Angka-angka ini dapat bertambah karena masih banyaknya orang yang terjebak di bawah reruntuhan.
Di antara yang terluka dan tewas adalah wanita dan anak-anak.
Kementerian Kesehatan mengatakan serangan udara AS menargetkan daerah pemukiman di mana tidak terdapat barak militer atau depot senjata.
“Ledakan itu sangat kuat dan mengguncang wilayah itu seperti gempa bumi. Mereka meneror wanita dan anak-anak kami,” kata penduduk setempat Abdullah Yahya kepada Reuters.
Apa kata Houthi
Biro politik Houthi menyebut serangan itu sebagai “kejahatan perang.”
Pihak Houthi juga menekankan bahwa serangan militer AS tidak akan memengaruhi niat Houthi untuk menyerang kapal-kapal musuhnya di Laut Merah. Mereka bersumpah untuk melanjutkan serangan terhadap kapal-kapal Israel yang melewati Laut Merah dan Laut Arab, Selat Bab el-Mandeb, dan Teluk Aden.
“Angkatan bersenjata Yaman kami sepenuhnya siap untuk melawan eskalasi dengan eskalasi,” kata biro politik Houthi dalam sebuah pernyataan di saluran TV Al-Masirah.
Pada saat yang sama, Houthi mengumumkan kesiapan mereka untuk berunding dengan Amerika Serikat guna mencapai perdamaian. Houthi siap membahas gencatan senjata jika AS “melakukan upaya serius” untuk mencapai penyelesaian, kata salah satu pemimpin kelompok tersebut.
“Saluran untuk negosiasi dapat dibuka, kami selalu mengedepankan dialog,” kata juru bicara Houthi, seraya menambahkan bahwa Washington tidak akan dapat mencapai tujuannya melalui agresi.
Reaksi Moskow
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio memberi tahu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tentang dimulainya operasi militer, Departemen Luar Negeri AS melaporkan pada malam hari. Percakapan terjadi atas inisiatif pihak Amerika.
Rubio menekankan bahwa Amerika Serikat tidak akan menoleransi serangan berkelanjutan terhadap kapal militer dan kapal dagang Amerika di Laut Merah.
Lavrov, pada gilirannya, menghimbau AS untuk segera menghentikan serangan tersebut dan meminta kedua pihak untuk terlibat dalam dialog politik guna menemukan solusi yang akan mencegah pertumpahan darah lebih lanjut, lapor Kementerian Luar Negeri Rusia.