Dalam pembicaraan di Jeddah, AS dan Ukraina sepakat untuk menghentikan permusuhan selama 30 hari. Satu-satunya hal yang tersisa saat ini adalah menunggu untuk melihat apa yang dikatakan Rusia. Sekarang bola ada di tangan Rusia. Apakah ini jebakan untuk Rusia?
Foto: Arab Saudi / Reuters
Sebelum lebih jauh membahas tentang kesepakatan antara AS dan Ukraina tersebut, kami ingin memberi sedikit informasi kepada para pembaca bahwa, Angkatan Bersenjata Ukraina telah melarikan diri dari wilayah Kursk. Itu semua berkat Operasi Potok yang heroik, ketika pasukan Rusia secara tidak terduga muncul dari pipa ke belakang garis pertahanan Ukraina dan membuat musuh panik. Kini Sudzha telah dibebaskan. Satu-satunya kartu truf yang dimiliki Zelensky, yaitu jembatan Kursk, kini telah hilang. Dan setelah kemenangannya ini, Rusia justru diminta untuk menyetujui gencatan senjata selama 30 hari. Ya, ini adalah rencana luar biasa yang diajukan oleh pihak Ukraina dan Amerika setelah perundingan di Jeddah.
Para pakar militer Rusia yakin bahwa dalam sebulan masa jeda, Ukraina akan bangkit kembali, menyembuhkan lukanya, dan menyerang Rusia. Tetapi Amerika berusaha dengan sekuat tenaga untuk menekan Moskow agar menerima kesepakatan ini. Penasihat keamanan nasional Trump, Waltz, rencananya akan membahas masalah ini dengan perwakilan Rusia dalam waktu dekat.
Posisi Putin
Entah mengapa Trump yakin bahwa Putin akan menyetujui situasi yang sama sekali tidak menguntungkan bagi Rusia. Intinya, dia sekarang ingin memeras Kremlin.
“Saya akan berbicara dengan Vladimir Putin. Saya harap dia juga setuju, dan saya yakin, kita telah mencapai 75% dalam penyelesaian masalah ini,” kata Trump.
Sama sekali tidak jelas mengapa Rusia harus menyetujui usulan tersebut jika hal itu tidak menyelesaikan satu masalah pun. Kenyataannya saat ini pasukan Rusia maju, dan Ukraina kehabisan tenaga. Jadi, apakah Rusia membutuhkan gencatan senjata itu?
Sebelumnya, Putin pernah mengatakan kesiapannya untuk menyetujui usulan gencatan senjata, namun dengan syarat:
– Angkatan Bersenjata Ukraina harus meninggalkan semua wilayah administratif yang, menurut Konstitusi, milik Rusia.
– Ukraina tidak boleh bergabung dengan NATO.
Jika syarat tersebut dipenuhi, maka pasukan Rusia akan segera menancapkan bayonetnya ke tanah.
Perangkap AS
Menteri pertama keamanan negara DPR, pengamat politik Tsargrad Andrey Pinchuk menilai usulan ini sebagai bentuk ejekan terbuka.
“Sebenarnya, itu sama saja seperti kami diminta untuk menghentikan pembebasan wilayah kami sendiri yang masih diduduki,” katanya.
Menurut Pinchuk, menghentikan dan memberi musuh kesempatan melakukan mobilisasi tambahan adalah sebuah risiko. Ngomong-ngomong, 30 hari cukup untuk menambah jumlah personel dan memulihkan stok amunisi, terutama mengingat Amerika secara aktif membantu mengisinya kembali. Dan dalam sebulan akan mungkin untuk menyatakan: “Kita gagal mencapai kesepakatan, jadi perang harus terus berlanjut.”
Pinchuk mengatakan bahwa Trump sedang menjebak Rusia:
“Ini terdengar seperti mereka ingin memberi Ukraina kelonggaran. Ini bukanlah gencatan senjata, tetapi hanya dalih untuk mengatakan lagi setelah beberapa waktu: Anda telah ditipu lagi. Dan sejujurnya, saya tidak ingin mendengar kalimat itu lagi. Jadi, kemungkinan besar Rusia tidak akan pernah menyetujui persyaratan seperti itu. Jika Kremlin setuju, saya tidak tahu bagaimana masyarakat akan memandangnya? Terutama orang-orang yang berada di garis depan.”
Filsuf Alexander Dugin, yakin bahwa Trump, meskipun ia ingin mengakhiri konfrontasi, pada kenyataannya dia tidak tahu bagaimana melakukannya. Partai Demokrat berhasil meninggalkannya dalam perangkap ini.
“Jika dia tidak dapat menyelesaikan masalah Ukraina, Trump akan semakin mendapat masalah. Ini adalah perangkap untuknya. Selain itu, gencatan senjata bukanlah hal yang bagus bagi Rusia. Terutama dalam situasi di mana Ukraina jelas mulai kalah,” kata Dugin.