Negosiasi antara delegasi Amerika dan Ukraina di Jeddah (Arab Saudi) telah selesai; berlangsung selama sembilan jam. Setelah pertemuan tersebut, pernyataan bersama dikeluarkan, Sekretaris Pers Gedung Putih Carolyn Levitt menjawab pertanyaan wartawan, begitupun Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio.
Amerika Serikat kabarnya akan melanjutkan pembagian intelijen dan bantuan militer ke Ukraina. Kedua pihak, kata Departemen Luar Negeri AS, telah mengambil langkah penting untuk memulihkan perdamaian abadi di Ukraina. Hasilnya, pihak berwenang Ukraina diminta untuk segera memberlakukan gencatan senjata selama 30 hari.
Selain itu, para pihak sepakat untuk membuat perjanjian tentang pengembangan sumber daya mineral di Ukraina. Washington dan Kyiv akan membentuk tim negosiator yang akan segera mulai bekerja.
Ukraina pada akhirnya akan menerima usulan Washington, kata Menteri Luar Negeri Marco Rubio. Menurutnya, “bola sekarang ada di tangan Rusia.” Rubio berharap Moskow segera menanggapinya.
“Kami akan segera memberi tahu mereka (Rusia) bahwa inilah yang ada di atas meja: Ukraina siap untuk berhenti menembak dan mulai bernegosiasi. Dan sekarang mereka harus mengatakan ya atau tidak. Saya harap mereka mengatakan ya, dan jika mereka mengatakan ya, saya pikir kami telah membuat banyak kemajuan,” katanya.
Rubio yakin, bahwa jika Rusia setuju, kedua pihak akan dapat beralih ke tahap kedua negosiasi – “yang nyata, bukan omong kosong tak berujung.”
“Mereka (perwakilan Ukraina) telah mengambil langkah-langkah konkret, tidak hanya menerima tawaran kami untuk gencatan senjata penuh, tetapi juga membahas secara rinci bagaimana perang ini akhirnya akan berakhir, jaminan apa yang akan mereka terima untuk keamanan dan kesejahteraan jangka panjang mereka, dan juga benar-benar mempertimbangkan apa yang diperlukan untuk akhirnya mengakhiri pertempuran yang mengerikan ini,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS Michael Waltz.
Posisi Zelensky
Zelensky, yang mengunjungi Arab Saudi tadi malam tetapi tidak terlihat dalam pembicaraan tersebut, menerbitkan pesan video dari kantornya di Kyiv. Tidak diketahui secara pasti apakah hal itu direkam sebelum kunjungannya atau sesudahnya, tetapi diterbitkan setelah negosiasi.
Zelensky mengatakan bahwa dia sudah mendengar laporan dari anggota delegasi Ukraina di Riyadh.
“Ukraina menerima usulan ini, kami menganggapnya positif, kami siap mengambil langkah tersebut. Amerika Serikat harus meyakinkan Rusia untuk melakukan ini (gencatan senjata selama 30 hari). Artinya, kami setuju, dan jika Rusia setuju, maka itu adalah sebuah kemajuan. Elemen penting dari pembicaraan hari ini adalah kesiapan Amerika untuk mengembalikan bantuan pertahanan ke Ukraina, serta bantuan intelijen. Ukraina siap untuk perdamaian. Rusia juga harus menunjukkan kesiapannya untuk menghentikan perang,” kata Zelensky.
Verkhovna Rada Ukraina berterima kasih kepada parlemen Estonia, Latvia, Lithuania, Finlandia, Polandia, dan Islandia atas dukungan mereka terhadap Kyiv. Ketua Parlemen Ukraina, Ruslan Stefanchuk, menggunakan jaringan sosial yang dilarang di Federasi Rusia untuk mengajukan banding ke Rusia:
“Kami menyerukan kepada Rusia untuk segera memberikan akses kepada organisasi internasional untuk memeriksa personel militer Ukraina yang ditahan dan memenuhi kewajibannya berdasarkan Konvensi Jenewa,” katanya.
Kepala kantor Presiden Ukraina, Andriy Yermak, juga mengomentari hasil negosiasi tersebut. Ia mengutarakan pendapatnya di Telegram.
Hasil negosiasi AS-Ukraina
Ukraina menyatakan kesiapannya untuk menerima usulan AS untuk gencatan senjata sementara selama 30 hari, yang dapat diperpanjang dengan kesepakatan bersama para pihak dan tergantung pada penerimaan dan implementasi simultan oleh Federasi Rusia.
“Amerika Serikat akan mengomunikasikan kepada Rusia. Tanggapan Rusia adalah kunci untuk mencapai perdamaian,” bunyi pernyataan yang dipublikasikan di situs web Departemen Luar Negeri AS.
Delegasi Ukraina dan Amerika juga membahas pentingnya memberikan bantuan kemanusiaan sebagai bagian dari proses perdamaian, “terutama selama gencatan senjata,” pertukaran tawanan perang, pembebasan tawanan sipil, dll.
Amerika Serikat telah berkomitmen untuk membahas masalah ini dengan perwakilan Rusia. Ukraina mengumumkan partisipasi “Eropa” dalam proses perdamaian.
“Akhirnya, kedua presiden sepakat untuk segera menuntaskan perjanjian komprehensif guna mengembangkan sumber daya mineral penting Ukraina guna memperluas perekonomian Ukraina dan memastikan kemakmuran serta keamanan jangka panjang Ukraina,” kata pernyataan itu.
Pernyataan Trump
Presiden AS Donald Trump menyambut baik hasil sementara pembicaraan di Jeddah.
“Sekarang kita perlu pergi ke Rusia dan… Saya harap Presiden Putin juga menyetujuinya,” kata Trump.
Trump mengatakan dia akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin “minggu ini.”
“Saya akan berbicara dengan Vladimir Putin, butuh dua orang untuk berdansa tango, seperti yang saya katakan. Saya harap dia juga setuju, dan saya yakin kita telah menyelesaikan sekitar 75% masalah ini,” kata Trump.
Trump juga kembali mengundang Vladimir Zelensky ke Gedung Putih. Menurutnya, Amerika telah bernegosiasi dengan perwakilan Rusia dan akan bertemu “hari ini atau besok.”
“Ukraina telah menyetujuinya, dan mudah-mudahan Rusia juga akan menyetujuinya – kami akan bertemu dengan mereka hari ini dan besok, dan mudah-mudahan kami dapat mencapai kesepakatan. Saya pikir gencatan senjata sangat penting. Jika kami dapat membuat Rusia melakukannya, itu akan sangat bagus. Jika kami tidak dapat melakukannya, kami akan terus melanjutkannya dan orang-orang akan terus mati,” kata Trump.
Posisi Moskow
Pada malam 11 Maret, Angkatan Bersenjata Ukraina menyerang beberapa wilayah Rusia dengan pesawat tak berawak. Serangan itu menghantam infrastruktur sipil dan bangunan perumahan. Beberapa ratus drone terlibat dalam serangan itu. Moskow menyebut insiden itu sebagai tindakan teroris.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan serangan itu bertepatan dengan perundingan di Jeddah untuk memperkuat posisi Ukraina dan “membuktikan kemampuannya untuk bernegosiasi dari posisi yang kuat.”
“Pada kenyataannya, rezim Zelensky telah menunjukkan kurangnya kemauan politik untuk perdamaian dan penyelesaian konflik secara diplomatik. Rezim itu tetap terobsesi dengan gagasan mengalahkan Rusia, secara aktif menggunakan metode teror yang mengerihkan, dan berusaha menarik sekutu-sekutunya ke dalam tindakan agresifnya,” kata Kemenlu Rusia, beberapa jam sebelum berakhirnya pembicaraan di Jeddah.