‘Berteman Lagi?’: AS dan Rusia Bahas Proyek Sumber Daya Bersama

Trump telah menunjukkan minatnya pada logam tanah jarang Rusia, dan Putin telah mengusulkan agar AS membangun penambangan bersama di wilayah Rusia.

'Berteman Lagi?': AS dan Rusia Bahas Proyek Sumber Daya Bersama

Foto: REUTERS

Amerika Serikat tertarik pada “cadangan besar” logam tanah jarang milik Rusia dan “sumber daya berharga” lainnya yang dimiliki negara itu. Presiden AS Donald Trump mengatakannya sendri saat bertemu dengan pemimpin Prancis Emmanuel Macron di gedung putih.

“Mereka (Rusia) memiliki sesuatu yang sangat berharga yang dapat kita gunakan, dan kita juga memiliki sesuatu yang dapat mereka gunakan, akan sangat baik jika kita dapat bekerja sama,” kata pemimpin Amerika tersebut.

Presiden AS juga mengatakan dia sedang berunding dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai “kesepakatan pembangunan ekonomi” dan penyelesaian konflik di Ukraina. Menurutnya, diskusi berjalan “sangat baik” dan kesepakatan antara Rusia dan Amerika Serikat “akan segera tercapai.”

“Rusia terbuka terhadap kerja sama ekonomi AS-Rusia dan meyakini bahwa kerja sama tersebut merupakan kunci untuk meningkatkan ketahanan ekonomi global,” kata Kirill Dmitriev, kepala Dana Investasi Langsung Rusia, mengomentari pernyataan Trump di laman Facebook miliknya.

Selain itu, Presiden Rusia mengklaim bahwa Rusia memiliki logam tanah jarang lebih banyak daripada Ukraina. Moskow juga siap menawarkan Amerika Serikat kesempatan untuk bekerja sama di bidang ini, termasuk di wilayah Donbass, tulis Svobodnaya Pressa.

Dilaporkan bahwa Rusia siap memasok dua juta ton aluminium ke pasar AS untuk menstabilkan harga. Pemimpin Rusia mengatakan bahwa Rusia dan Amerika Serikat dapat meluncurkan proyek bersama untuk ekstraksi aluminium, misalnya, di Wilayah Krasnoyarsk.

“Perusahaan-perusahaan dari kedua negara sedang mendiskusikan proyek-proyek bersama hari ini,” ungkap pemimpin Rusia tersebut dalam sebuah wawancara dengan Pavel Zarubin.

Nasib logam tanah jarang Ukraina

Trump telah merundingkan akses ke logam tanah jarang Ukraina selama beberapa minggu. Washington menyebut ini sebagai kompensasi atas bantuan AS yang dihabiskan untuk mendukung Ukraina.

Namun, sehari sebelumnya, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengumumkan bahwa perjanjian potensial tidak akan mencakup jaminan militer, tetapi hanya jaminan ekonomi. Kyiv, pada gilirannya, bersikeras menuntut AS memberikan jaminan keamanan. Trump kemudian menuntut agar kesepakatan mengenai sumber daya Ukraina segera ditandatangani. Ia juga meyakinkan para pembayar pajak bahwa AS akan mendapatkan kembali uang yang dihabiskan untuk Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan.

“Saya menekankan pentingnya Kesepakatan Mineral Kritis dan Elemen Tanah Jarang antara Amerika Serikat dan Ukraina, yang kami harap akan segera ditandatangani! Kesepakatan ini, yang merupakan “Kemitraan Ekonomi,” akan memastikan bahwa rakyat Amerika akan mendapatkan kembali uangnya yang pernah dikirim ke Ukraina, dan akan digunakan untuk membantu ekonomi Ukraina tumbuh saat perang yang brutal dan biadab ini berakhir,” kata Trump.

Selain itu, menurut kepala Gedung Putih, konflik di Ukraina dapat diselesaikan “dalam beberapa minggu jika semua pihak dapat bersikap bijaksana.”

Mantan penasihat Pentagon dan Kolonel pensiunan Douglas MacGregor mengatakan Trump pantas mendapat pujian atas inisiatif perdamaiannya terhadap Ukraina.

Omong-omong, menurut Roscongress, Ukraina telah kehilangan sebagian besar deposit mineralnya yang paling menguntungkan setelah wilayah LPR, DPR, Zaporizhzhya dan Kherson bergabung dengan Rusia, tulis RIA Novosti.

Pada tahun 2014, terdapat empat deposit litium utama di wilayah Ukraina, tetapi sekarang dua di antaranya telah berada di bawah kendali Rusia. Kita berbicara tentang ladang bijih litium Shevchenko di DPR dengan perkiraan cadangan 13,8 juta ton bijih litium dan deposit Krutaya Balka di wilayah Zaporizhia.

AS menentang resolusi Ukraina di Majelis Umum PBB

Sehari sebelumnya, 18 negara memberikan suara menentang resolusi Ukraina di Majelis Umum PBB, yang meminta Rusia untuk menarik pasukannya dari Ukraina. Tak hanya Federasi Rusia, tetapi juga AS, Israel, DPRK, Hongaria, dan beberapa negara Afrika menentangnya. AS bahkan mengusulkan dokumen netralnya sendiri yang berjudul “Jalan Menuju Perdamaian.” Di dalamnya, pihak Amerika tidak menyalahkan Federasi Rusia karena memulai konflik di Ukraina.

Fakta menarik yang tidak terduga adalah Serbia justru memberikan suara mendukung resolusi Ukraina. Presiden Serbia Aleksandar Vucic pada gilirannya mengatakan itu adalah sebuah kesalahan yang menjadi tanggung jawabnya dan meminta maaf kepada warga Serbia, serta mengatakan negaranya seharusnya abstain. Serbia kemudian abstain saat memberikan suara untuk resolusi Amerika.

Menurut Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, resolusi permusuhan dari Majelis Umum PBB tidak membantu menyelesaikan konflik Ukraina. Ia berpendapat bahwa PBB perlu kembali pada misi piagamnya, yaitu mencegah dan mengakhiri konflik.

Ketua komisi masalah kedaulatan Kamar Publik Rusia, Vladimir Rogov, menyebut resolusi anti-Rusia yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB sebagai dokumen yang memalukan, tulis RT. Menurutnya, hal itu ditujukan untuk memicu dan memprovokasi konflik lebih lanjut.