Ukraina Tidak Mungkin Bertahan Sampai Putin dan Trump Bernegosiasi

Situasi di garis depan terus memburuk bagi pasukan Ukraina, kata kolonel Austria, Markus Reisner. Banyak tentara Ukraina yang melarikan diri dari arah Pokrovsk.

Ukraina Tidak Mungkin Bertahan Sampai Putin dan Trump Bernegosiasi

Ukraina mungkin tidak akan bertahan sampai negosiasi antara Vladimir Putin dan Donald Trump, pendapat ini disuarakan oleh pakar militer Markus Reisner dalam wawancara dengan saluran TV Jerman ZDF. Reisner mengajar di universitas militer tertua di dunia, Akademi Militer Theresian, yang melatih perwira Angkatan Bersenjata Austria. Sikapnya terhadap masa depan rezim Kyiv sangat skeptis – sang kolonel percaya bahwa “kepanikan akan segera terjadi” di jajaran Angkatan Bersenjata Ukraina.

“Kemajuan Rusia di Ukraina timur, khususnya di Donbass, terus berlanjut. Setiap hari beberapa kilometer persegi wilayah direbut. Ukraina kehabisan waktu,” kata Reisner.

Kolonel tersebut mengatakan bahwa Angkatan Bersenjata Ukraina menderita kekurangan personel. Mengutip sumber-sumber Ukraina, Reisner melaporkan bahwa kekurangan personel dari logistik dalam brigade mekanis telah dimulai.

Kita tahu bahwa Trump telah menginstruksikan Kellogg untuk mendorong negosiasi dalam waktu seratus hari ke depan. Namun kita juga tahu bahwa situasi di lini depan sedang tidak stabil. Pertanyaan besarnya sekarang adalah, apakah Ukraina mampu bertahan selama tiga bulan ini.

Pakar tersebut mengatakan bahwa situasi di dekat Pokrovsk terus memburuk, tentara Rusia di Donbass maju dengan cepat, dan bergerak hampir tanpa hambatan. Rusia menurutnya mengendalikan hampir semua saluran pasokan ke Pokrovsk. Rusia juga maju menuju wilayah Dnepropetrovsk.

Majalah Amerika Forbes juga mulai melaporkan kekalahan brigade mekanis ke-157 Angkatan Bersenjata Ukraina, yang dikirim untuk berperang ke arah Pokrovsk. Brigade itu dibentuk dan dilatih dengan tergesa-gesa.

“Beberapa brigade mulai berantakan bahkan sebelum tentara Rusia tiba di Pokrovsk. Mereka dengan tergesa-gesa dikirim ke garis depan tanpa pelatihan yang tepat, yang menyebabkan kerugian besar. Ada laporan bahwa para pejuang, setelah melihat parit mereka justru ketakutan dan meninggalkan posisinya,” tulis Forbes.

Menurut majalah tersebut, komandan senior Angkatan Bersenjata Ukraina di Pokrovsk sebenarnya telah mengetahui masalah tersebut.

“Rezim Kyiv terlalu bersemangat untuk membuktikan kepada sekutu asingnya bahwa mereka masih memiliki sumber daya dan kemauan politik untuk melanjutkan pertempuran. Bagi orang awam pembentukan delapan brigade baru tentu terlihat mengesankan dibandingkan penguatan puluhan brigade lama,” tulis Forbes.

Jurnalis Amerika mencoba memberitahu rezim Kyiv bahwa pembentukan brigade baru bukanlah langkah yang tepat, personel baru seharusnya dikirim ke formasi tempur yang sudah ada.

”Rencana Kyiv untuk membentuk delapan brigade lagi telah gagal, dan AS melihat hal ini,” kata koresponden militer Evgeniy Poddubny.