Salah satu keputusan pertama Presiden AS Donald Trump yang baru dilantik adalah keputusan keluarnya AS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Alasan penarikan diri tersebut salah satunya adalah kesalahan penanganan pandemi COVID-19 oleh WHO dan kegagalan untuk menunjukkan independensi dari pengaruh politik yang tidak semestinya dari Negara-negara Anggota WHO.
Langkah Trump tersebut seharusnya tidak mengejutkan, mengingat Trump secara resmi telah memberi tahu Sekretaris Jenderal PBB tentang keputusan ini pada tahun 2020. Namun, para pakar kesehatan (WHO) khawatir dengan berkurangnya pendanaan.
Organisasi Kesehatan Dunia adalah badan khusus PBB yang memimpin kesehatan global. Didirikan pada tahun 1948 dan berkantor pusat di Jenewa, Swiss. WHO dibentuk untuk mengoordinasikan upaya internasional untuk meningkatkan kesehatan penduduk dunia, memerangi epidemi, mengembangkan rekomendasi dan standar untuk sistem perawatan kesehatan, dan “mempromosikan gagasan” untuk pencegahan penyakit.
Anggaran program Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disetujui untuk periode dua tahun. Untuk tahun 2022-2023, anggarannya sebesar $6,726 miliar, atau sekitar 3,35 miliar per tahun.
Namun kini anggaran WHO akan dikurangi. Setelah AS menarik diri dari organisasi tersebut maka setiap transfer dana dan sumber daya Amerika ke WHO akan ditangguhkan. Semua pegawai pemerintah AS atau kontraktor yang bekerja dalam kapasitas apa pun di WHO juga akan dipanggil kembali.
Dengan ini, Amerika Serikat akan berhenti merundingkan perjanjian mengenai pandemi di masa depan yang sedang dikerjakan WHO. Perjanjian ini bertujuan untuk mempersiapkan negara-negara di Dunia dalam merespons pandemi, menciptakan kerangka kerja sama global jika terjadi ancaman virus, dan mengembangkan mekanisme distribusi sumber daya medis yang adil seperti obat-obatan dan vaksin.
Penarikan diri Amerika Serikat kemungkinan besar akan mempunyai dampak finansial yang besar terhadap WHO, karena badan tersebut mendapat sekitar seperlima dananya dari Amerika. WHO dibiayai dengan dua cara – kontribusi wajib dari semua negara anggotanya dan kontribusi sukarela yang dikumpulkan dari berbagai negara dan organisasi.
Mikhail Favorov, seorang ahli epidemiologi Amerika yang bekerja untuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, mengatakan bahwa pada tahun 2020–2021, Amerika Serikat merupakan kontributor terbesar anggaran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan 22% dari total kontribusi yang dinilai. Kontribusi yang dinilai dari Negara-negara Anggota WHO dihitung berdasarkan skala yang ditentukan dengan mempertimbangkan indikator ekonomi dan ukuran populasi masing-masing negara.
Karena WHO akan kehilangan sebagian besar pendanaannya, hal ini kemungkinan besar akan mempengaruhi pekerjaannya di semua negara di dunia.
Di banyak negara di dunia, WHO menjalankan program untuk memerangi malaria, TBC, resistensi antibiotik, dan memantau cakupan vaksin.
Menanggapi tindakan Trump, WHO telah mengeluarkan pernyataan yang menyesalkan tindakan tersebut dan mengingatkan bahwa WHO memainkan peran penting dalam melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat di seluruh dunia.
“Dibutuhkan badan internasional seperti WHO. Namun sistem WHO, dengan birokrasinya yang besar, terpolitisasi, dan kegagalan pandemi di abad ini, tidak berjalan dengan baik. Saya tidak tahu apa yang harus saya tawarkan,” kata Mikhail Favorov.