Mantan ibu negara Suriah, Asma Assad, diduga bekerja untuk intelijen Inggris. Sky News Arabia melaporkan bahwa sebelum menikah, dia memiliki koneksi dengan badan intelijen.
Asma Assad
Istri mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad, Asma, diduga bekerja untuk intelijen Inggris. Seperti dilansir Sky News Arabia, mengutip dokumen yang diterbitkan oleh jurnalis oposisi Suriah Nizar Nayuf, mantan ibu negara Suriah bisa saja berkolaborasi dengan intelijen Inggris bahkan sebelum menikah.
Sebagaimana dinyatakan dalam dokumen-dokumen ini, intelijen Suriah mengirimkan peringatan serupa kepada ayah Bashar, Hafez al-Assad, yang juga menentang pernikahan putranya.
Asma Assad (Asma Fawaz al-Akhras) adalah mantan ibu negara Suriah, istri mantan presiden Bashar al-Assad. Asma Assad lahir pada tahun 1975 di London dari keluarga imigran Suriah. Ayahnya adalah seorang ahli jantung, ibunya adalah seorang diplomat. Asma Assad lulus dari King’s College, Universitas London. Dia adalah seorang ahli dalam teknologi komputer dan sastra Perancis. Setelah lulus, ia bekerja di Deutsche Bank, kemudian pindah ke JP Morgan pada tahun 1998. Pada tahun 2000, dia kembali ke Suriah, di mana dia menikah dengan Bashar al-Assad. Pasangan ini memiliki tiga anak: Hafez, Zain dan Karim.
Ayah Bashar al-Assad, Hafez al-Assad pernah memerintahkan mantan kepala intelijen militer, Ali Dube, untuk memantau putranya selama dia belajar di Inggris.
Sebuah laporan pada tahun 1992 menunjukkan bahwa ibu Asma mengatur pertemuan rahasia antara Bashar al-Assad dan petugas intelijen Inggris.
Dokumen tersebut juga menyebutkan bahwa pertemuan Asma dan Bashar terjadi di sebuah restoran hotel di London yang diikuti oleh mata-mata Inggris. Laporan tersebut juga menyebutkan adanya pesta makan malam di rumah ayah calon istri Assad, yang dihadiri oleh petugas intelijen. Dalam acara tersebut ada pembahasan isu-isu politik internal di Suriah, hubungan antara Bashar al-Assad dan perwakilan partai Baath serta kemungkinan penyelesaian konflik dengan Israel.
Selain itu, salah satu dokumen menyebutkan bahwa Asma Assad mendapat posisi di JPMorgan Bank di London dengan bantuan perwira intelijen Inggris Eliza Bowler.
Saluran televisi Sky News Arabia mengatakan bahwa saat ini tidak mungkin untuk mengkonfirmasi keaslian dokumen yang dipublikasikan tersebut.
Penerbangan Assad ke Rusia
Pada awal Desember 2024, rezim Bashar al-Assad jatuh di Suriah. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa Assad “memutuskan untuk meninggalkan jabatan presiden dan meninggalkan negaranya, memberikan instruksi untuk melakukan peralihan kekuasaan secara damai.” Menurut Bloomberg, pihak Rusialah yang meyakinkan pemimpin Suriah untuk mengambil langkah tersebut.
Surat kabar tersebut melaporkan bahwa intelijen Rusia membantu mengatur penerbangan mendesak Assad ke pangkalan Angkatan Udara Rusia di Khmeimim, dan dari sana ke Moskow. Pada saat yang sama, transponder pesawat dimatikan sehingga tidak bisa dilacak.
Seperti yang diberitakan Reuters kemudian, hampir tidak ada seorang pun dari rombongannya, termasuk para perwira tinggi, yang mengetahui keputusan mantan presiden tersebut. Oleh karena itu, dalam sebuah pengarahan dengan pihak militer, Assad mengatakan kepada mereka bahwa dukungan militer Rusia sedang dalam perjalanan dan meminta pasukan darat untuk mempertahankan posisi mereka. Sehari sebelum jatuhnya Damaskus – 7 Desember – Bashar al-Assad memberi tahu asistennya bahwa dia akan pulang, meskipun sebenarnya dia pergi ke bandara, kata sumber yang dekat dengannya.
Pada malam tanggal 8 Desember, RIA Novosti dan TASS, mengutip sumber di Kremlin, melaporkan bahwa Bashar al-Assad dan anggota keluarganya tiba di Moskow. Pada saat yang sama, surat kabar Inggris Financial Times, mengutip sumber, melaporkan bahwa Asma Assad juga tiba di ibu kota Rusia beberapa minggu sebelumnya, saat dia mulai menjalani perawatan karena leukemia yang kambuh.
Ingin bercerai dan kembali ke Inggris
Pada akhir Desember lalu, media memberitakan bahwa Asma Assad telah mengajukan gugatan cerai dan berencana kembali ke Inggris. Menurut media Turki Habertürk, mantan ibu negara Suriah telah mengajukan permohonan ke pengadilan Rusia.
Surat kabar itu juga menulis bahwa Asma Assad tidak puas dengan kehidupan di Moskow. Diduga karena penjagaan ketat yang diberlakukan terhadap mantan pemimpin Suriah dan keluarganya di Rusia – mereka dilarang meninggalkan ibu kota Rusia, terlibat dalam aktivitas politik dan lainnya. Namun informasi ini dibantah oleh pejabat Kremlin Dmitry Peskov.
Pada saat yang sama, Habertürk berpendapat bahwa kembalinya ke Inggris mungkin ada hubungannya dengan keinginan istri mantan presiden Suriah untuk melanjutkan pengobatan kanker darahnya. Seperti yang dilaporkan publikasi tersebut, keputusan Asma Assad ini didukung oleh ibunya, Sahar Otri al-Akhras, yang telah menghubungi firma hukum terkemuka di London untuk dapat membawa putrinya ke Inggris. Namun, mereka mengatakan bahwa status kesehatan saja tidak bisa menjadi dasar untuk membawanya ke Inggris, perceraian Asma Assad dengan suaminya juga merupakan syarat yang diperlukan.
Surat kabar Inggris The Times kemudian secara tidak langsung membenarkan informasi tersebut. Menurut salah satu sumber, Menteri Dalam Negeri Inggris Yvette Cooper tidak bermaksud membawa wanita tersebut ke negaranya, meskipun dia berkewarganegaraan Inggris. Publikasi tersebut juga melaporkan bahwa paspor Inggris Asma Assad telah habis masa berlakunya empat tahun lalu dan dia saat ini tidak memiliki dokumen yang sah.