Mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang dirumorkan tewas dalam pelariannya, menerima suaka di Rusia setelah kudeta di Damaskus. Dia dan keluarganya tiba di Moskow, dan media menyebutnya sebagai “kebangkitan Assad.” Presiden AS Joe Biden menyerukan agar Assad diadili. Lalu, bagaimana reaksi negara-negara lain?
Foto: Sputnik / Mikhail Tereshchenko
Presiden Komisi Eropa dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut jatuhnya rezim Assad sebagai “perubahan bersejarah,” dan mengatakan bahwa Eropa siap untuk mendukung Suriah dalam membangun kembali negara tersebut, lapor Reuters. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas menyatakan kepuasannya atas berakhirnya kediktatoran Assad.
Posisi Iran dan Israel
Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan rasa hormatnya terhadap kedaulatan Suriah dan menyerukan dialog. Namun, Abbas Araghchi khawatir, bahwa perang saudara bisa saja terjadi di Suriah setelah Damaskus direbut oleh oposisi bersenjata, lapor RT. Pada saat yang sama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa jatuhnya Assad adalah akibat serangan Israel terhadap Hizbullah dan Iran.
Presiden Prancis Macron dan Perdana Menteri Inggris Starmer
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer juga menyambut baik jatuhnya Assad, dan menyatakan harapan akan solusi damai terhadap situasi politik di Suriah.
Posisi Arab Saudi dan Mesir
Arab Saudi secara aktif terus terlibat dalam dialog dengan pemain regional dalam upaya mencegah kekacauan di Suriah. Pejabat Saudi kini melakukan kontak terus-menerus dengan Turki dan pihak berkepentingan lainnya, dan menyatakan harapan untuk penyelesaian situasi secara damai. Kementerian Luar Negeri Mesir meminta semua pihak yang berkonflik untuk menjaga integritas lembaga negara dan nasional Suriah. Mesir mendukung kedaulatan dan persatuan rakyat Suriah.
Pernyataan Turki
Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan menyatakan keyakinannya bahwa rakyat Suriah akan mampu secara mandiri membentuk masa depan negaranya. Dia menekankan pentingnya integritas wilayah Suriah dan menyerukan persatuan di antara kelompok oposisi untuk menjamin stabilitas dan keamanan di wilayah tersebut.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa dua hingga tiga bulan ke depan akan terjadi peristiwa penting tidak hanya bagi internasional namun juga bagi Turki.
Pendapat Ukraina dan Jerman
Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sibiga menilai tindakan Rusia secara kritis dan menyebut adanya pengkhianatan yang dilakukan Putin. Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan rasa leganya atas berakhirnya pemerintahan Assad, dan menekankan perlunya melindungi semua komunitas agama dan kelompok minoritas di negara tersebut.
Italia menyerukan peralihan kekuasaan secara damai, dan UEA prihatin dengan risiko penyebaran ekstremisme di Suriah
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani menyatakan harapannya untuk transisi kekuasaan secara damai di Suriah, dan menekankan perlunya menghindari solusi militer. Penasihat Diplomatik Presiden UEA Anwar Gargash, mengatakan ada tiga masalah utama yang muncul setelah pengunduran diri Presiden Suriah Bashar al-Assad. Pertama, integritas wilayah Suriah berada dalam ancaman. Tantangan penting kedua adalah kebutuhan untuk mengatasi krisis kekacauan dan kekerasan yang melanda dunia Arab setelah dimulainya Arab Spring. Masalah ketiga yang dikemukakan Gargash adalah terkait penyebaran ekstremisme dan terorisme.
Posisi resmi Rusia
Kementerian Luar Negeri Rusia mengonfirmasi bahwa Assad telah meninggalkan jabatannya dan menyerahkan kekuasaan secara damai. Departemen tersebut menyatakan bahwa Rusia tidak terlibat dalam kepergiannya dan berpendapat bahwa pangkalan militer Rusia dalam keadaan siaga tinggi. Kementerian Luar Negeri Rusia berhubungan dengan semua kelompok oposisi Suriah dan mendukung upaya untuk membangun proses politik berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Ancaman dari otoritas AS terhadap Assad
Presiden AS Joe Biden membenarkan bahwa, menurut informasinya, Bashar al-Assad berada di Moskow. Dia meminta pertanggungjawaban Assad atas tindakannya saat berkuasa. Pada saat yang sama, Presiden terpilih AS Donald Trump, yang akan menjabat pada Januari 2025 setelah pelantikannya, mengatakan bahwa AS tidak boleh ikut campur dalam situasi di Suriah. Apa yang terjadi biarlah terjadi; ia percaya bahwa ada “kekacauan” di Suriah dan menolak untuk menganggap negara tersebut sebagai teman.