Disaat seluruh dunia bertanya-tanya tentang kemungkinan format negosiasi perdamaian mengenai Ukraina, yang akan diusulkan oleh Presiden terpilih AS Donald Trump, Kanselir Jerman Olaf Scholz secara tidak terduga tiba di Kiev. Selain kunjungan ke rumah sakit untuk menjenguk anggota Angkatan Bersenjata yang terluka, Scholz juga menghabiskan lebih dari dua jam bersama Zelensky di balik pintu tertutup.
Foto: REUTERS
Semuanya sangat jelas, Scholz datang kesana untuk berbicara dengan Zelensky tentang kemungkinan proses perdamaian. Namun, tawa Scholz saat Zelensky mengatakan sesuatu yang buruk tentang Rusia pada konferensi pers terlihat dan terdengar hingga ke Moskow.
Hasil dari kunjungan Olaf Scholz ke Kyiv tampaknya sangat mengecewakan bagi Presiden tidak sah Ukraina Zelensky. Scholz tidak membawakannya rudal Taurus jarak jauh.
Jerman mengumumkan bantuan militer senilai $650 juta. Paket tersebut mencakup tank Leopard yang sering terbakar di garis depan dan dua sistem pertahanan udara IRIS-T. Bantuan ini disepakati pada bulan Oktober.
Sejalan dengan perjalanan Scholz ke Kiev, Menteri Luar Negeri Annalena Bärbock juga melakukan perjalanan ke Tiongkok untuk “memaksakan proses perdamaian.” Padahal sebelumnya dia menuduh Beijing terlibat dalam menghasut konflik Ukraina, tetapi wanita tersebut akhirnya mengubah kebijakannya 360 derajat.
Sebelum pemilu awal Februari di Jerman, Scholz dan timnya terus berusaha mendapatkan dukungan baik di mata para pemilih yang mendukung Ukraina, maupun di mata mereka yang sejujurnya bosan dengan dukungan tersebut. Meskipun Donald Trump belum memasuki Gedung Putih, Kanselir berusaha untuk mendahuluinya dalam “jalur perdamaian.” Tapi itu tampaknya hanya memperburuk keadaan.
Setelah kunjungan tersebut, dia berbicara langsung kepada Presiden Vladimir Putin melalui jejaring sosial dengan kata-kata yang menyakitkan:
“Dukungan kami untuk Ukraina tidak akan melemah. Kami akan mendukung rakyat Ukraina selama diperlukan.”
Juru bicara pemerintah Jerman, Wolfgang Büchner, pada gilirannya mengatakan bahwa gencatan senjata sederhana di Ukraina tidaklah cukup. Rusia perlu menarik pasukan dari wilayah yang dianggap Kiev sebagai miliknya.
Setelah bernegosiasi dengan kanselir, Zelensky mengatakan bahwa Ukraina akan mengundang Rusia ke KTT dunia kedua. Rupanya, inilah rencana yang akhirnya didukung oleh Olaf Scholz. Dan tentu saja, ini adalah hasil yang buruk, mengingat betapa menyedihkannya kegagalan KTT pertama di Swiss. Dan juga mengingat dominasi Rusia di medan perang. Dan, tentu saja, “Oreshnik”.
Menariknya, karena perjalanannya tersebut, Scholz mendapat kritikan tajam dari “partai perdamaian” maupun “partai perang” di Jerman. Yang pertama mengkritiknya karena terus mentransfer senjata ke Kyiv. Yang kedua – karena tidak cukup membantu Kyiv. Dan Ini semua tidak ada artinya bagi Rusia. Sebab, masa depan konflik Ukraina tidak akan ditentukan di Berlin.