Rusia akhirnya Merespons serangan ATACMS Ukraina dengan Rudal Balistik jarak menengah barunya, kabar tersebut berhasil membuat semua orang khawatir.
Awalnya, Rusia diduga meluncurkan rudal balistik antarbenua ke pabrik industri YuzhMash di Dnepropetrovsk, publikasi “Politics of the Country” melaporkan hal ini. Dan, tentu, sangat tidak mungkin menembak jatuh ICBM seperti halnya Kinzhal.
Menurut sumber Ukraina, rudal tersebut diluncurkan dari lokasi uji Kapustin Yar di wilayah Astrakhan.
Rumor peluncuran rudal ini mulai beredar setelah serangan rudal ATACMS Amerika ke Ukraina di wilayah Bryansk. Kepanikan total terjadi di Ukraina. Negara-negara Barat menutup kedutaan mereka dan orang-orang diungsikan ke tempat perlindungan.
Zelensky sekarang melihat rudal balistik antarbenua. Dan dia yakin, bahwa Rusia benar-benar telah meluncurkan ICBM di Dnepropetrovsk.
“Pemeriksaan kini sedang berlangsung, Rusia benar-benar telah menggunakan Ukraina sebagai tempat pengujian,” kata Zelensky.
Menurut sumber awal, serangan tersebut mengakibatkan ledakannya yang sangat keras, terdengar hingga beberapa puluh kilometer jauhnya. Namun, Kementerian Pertahanan Rusia pada saat itu belum mengomentari kejadian ini.
Rusia terlihat seperti akan bungkam mengenai hal ini. Ini terlihat jelas dalam sebuah pengarahan, dimana Maria Zakharova “mengangkat” telepon dari seseorang yang mengatakan bahwa “tidak perlu untuk mengomentari serangan tersebut.”
Media Ukraina melaporkan bahwa ICBM Rubezh mampu mencapai enam ribu kilometer dan membawa hulu ledak nuklir, namun serangan terhadap sasaran di Ukraina “tampaknya dilakukan tanpa muatan nuklir.” Ya, jika tidak Ukraina mungkin sudah hilang beberapa jam yang lalu. Menurut sumber pemantauan Ukraina, Waktu penerbangan ICBM RS-26 Rubezh seberat 50 ton ke Dnepropetrovsk diperkirakan kurang dari 5 menit. Kekuatan satu hulu ledaknya bisa mencapai 300 kiloton. Sebagai perbandingan, bom yang dijatuhkan di jepang hanya sekitar 13-18 kiloton, jadi, itu sangat jauh berbeda.
Namun, seorang analis mengatakan kepada NBC, bahwa bukan rudal antarbenua yang menghantam Dnieper tadi malam, melainkan rudal balistik konvensional.
“ICBM biasanya memiliki jangkauan setidaknya 5.470 km, jadi sangat tidak masuk akal jika Kremlin menggunakannya untuk melawan tetangganya.” kata analis tersebut.
Analis lainnya juga mengatakan bahwa penggunaan rudal semacam itu “untuk tujuan konvensional tidak masuk akal karena akurasinya yang relatif rendah dan biayanya yang tinggi. Namun pukulan seperti itu bisa saja terjadi, dan digunakan sebagai peringatan keras.”
Tidak berselang lama, Media Barat mengatakan bahwa Rudal yang menghantam Dnepropetrovsk bukanlah rudal antarbenua.
Seorang pejabat Barat membantah pernyataan Angkatan Udara Ukraina tentang penggunaan ICBM oleh Rusia. Pejabat tersebut yakin bahwa senjata yang menghantam Dnieper memang merupakan rudal balistik, namun bukan rudal antarbenua.
Pada akhirnya, presiden Rusia, Vladimir Putin dalam pidato khususnya kepada rakyat Rusia membenarkan serangan Angkatan Bersenjata Rusia di salah satu fasilitas industri dengan rudal hipersonik non-nuklir.
“Ini adalah rudal balistik jarak menengah (MRBM), dan bukan rudal balistik antarbenua (ICBM). Itu bukan RS-26 Rubezh, tetapi Oreshnik terbaru,” kata Putin.
Sebelumnya tidak ada yang mengetahui tentang sistem ini. Ada kemungkinan Oreshnik adalah modernisasi atau penerus Rubezh.
Rudal jarak menengah Oreshnik menyerang sasaran dengan kecepatan 10 Mach, yaitu sekitar 2,5–3 kilometer per detik. Baik Amerika Serikat maupun negara-negara lain di dunia saat ini tidak memiliki sistem pertahanan udara yang mampu mencegat rudal hipersonik baru Rusia tersebut.
Jadi, rumor yang beredar di awal semuanya telah terpatahkan, yang benar hanya pernyataan Vladimir Zelensky, yang mengatakan bahwa Ukraina telah menjadi tempat uji coba rudal Rusia.