WSJ melaporkan bahwa seorang jenderal bintang tiga dari Pyongyang dikirim ke Rusia.
Foto: Kim Jae-Hwan/Global Look Press
Pyongyang mengirim salah satu dari 10 pejabat tertinggi, wakil kepala Staf Umum Angkatan Darat DPRK, ke Rusia, tulis WSJ. Dia diperkirakan tidak akan mengambil bagian langsung dalam pertempuran tersebut.
“Korea Utara mengirim salah satu dari sepuluh pejabat tinggi negaranya, Kolonel Jenderal Kim Yong-bok, ke Rusia di antara 500 perwiranya,” lapor The Wall Street Journal, mengutip pejabat Ukraina dan Korea Selatan.
Surat kabar tersebut mencatat bahwa perwira ini tidak terlalu dikenal di negara asalnya dan melakukan kegiatan non-publik, meskipun di DPRK elit militer “dihormati seperti selebriti.” Database intelijen Seoul yang berisi lebih dari 680 pejabat senior Korea Utara hanya memiliki sedikit informasi tentang dia – hanya nama dan posisinya.
“Kim Yong-bok adalah wakil kepala Staf Umum angkatan darat dan orang ketiga di tentara Korea Utara. Dia memimpin unit pasukan khusus beranggotakan sekitar 200.000 orang, yang seharusnya menjalankan misi rahasia di Semenanjung Korea jika terjadi perang,” kata Chung Kyung-joo, peneliti di Institut Analisis Pertahanan Korea Selatan.
Jenderal tersebut jarang disebutkan di media Korea Utara, namun mulai lebih sering muncul setelah kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan Juni dan penandatanganan perjanjian kerja sama militer antara Pyongyang dan Moskow.
Menurut WSJ, diyakini bahwa Kim Yong Bok ditugaskan untuk memperoleh informasi tentang konflik yang terjadi untuk dibawa kembali ke negaranya. Dia diperkirakan tidak akan mengambil bagian langsung dalam pertempuran tersebut, tulis surat kabar tersebut.
Anggota parlemen Korea Selatan Park Sung-won, anggota komite intelijen parlemen, mengutip data dari Badan Intelijen Nasional (NIS), mengatakan kepada Reuters bahwa ada 10,9 ribu tentara Korea Utara di wilayah Kursk, beberapa di antaranya telah berpartisipasi dalam pertempuran. Hal ini sebelumnya juga dilaporkan oleh pejabat pemerintah AS.
Menurut NIS, Pyongyang juga mengirimkan howitzer self-propelled dan sistem peluncuran roket ganda ke Moskow. Data NIS juga disediakan oleh agensi Korea Selatan Yonhap.
Moskow dan Pyongyang belum mengonfirmasi pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia. Putin, mengomentari laporan mengenai hal ini, menyatakan bahwa Rusia tidak pernah meragukan sikap serius Korea Utara terhadap penerapan perjanjian yang ditandatangani pada bulan Juni.
“Apa dan bagaimana yang akan kami lakukan adalah urusan kami,” ujarnya.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengonfirmasi pemberian bantuan kepada Moskow dalam konflik militer di Ukraina, namun tidak merinci apa saja isinya. Pyongyang dan Moskow juga membantah data mengenai pasokan senjata Korea Utara ke Rusia.
Menanggapi kemunculan militer Korea Utara di wilayah Kursk, Amerika Serikat mencabut pembatasan terhadap Ukraina yang menyerang Rusia dengan rudal ATACMS jarak jauh, The New York Times melaporkan pada 16 November. Pihak berwenang Amerika belum secara resmi mengkonfirmasi hal ini, tetapi pada 19 November, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan serangan enam rudal ATACMS terhadap sebuah fasilitas di wilayah Bryansk.