Rincian baru mengenai resolusi damai konflik di Ukraina dari tim Donald Trump telah dipublikasikan oleh media Barat. Kali ini, Elon Musk mengumumkan akan segera mengakhiri konflik militer dengan menciptakan zona demiliterisasi sepanjang 1.200 kilometer di sepanjang garis depan antara Rusia dan Ukraina. Pasukan penjaga perdamaian nantinya akan memastikan ketertiban di sini. Apakah Rusia akan setuju dengan rencana tersebut, dan siapa yang membutuhkan zona penyangga semacam itu?
Kementerian Luar Negeri Rusia, pada Sabtu, 9 November, mengumumkan kesiapannya untuk mendengarkan usulan Trump mengenai Ukraina, dan salah satu rencana yang ditawarkan menurut beberapa sumber adalah pembentukan zona demiliterisasi. Seperti apa zona demiliterisasi itu dan apakah Rusia akan menyetujuinya? Dalam hal ini kami akan mengutip pendapat dari Pilot militer terhormat Federasi Rusia, pensiunan Mayor Jenderal Vladimir Popov.
Topik perundingan perdamaian di Ukraina pasca kemenangan Trump dalam pemilihan presiden terus menggairahkan seluruh kontingen. Sebuah ide yang sangat kontroversial baru-baru ini telah dikemukakan oleh miliarder pendukung Trump, Elon Musk. Dia mengatakan Trump berencana untuk menciptakan zona demiliterisasi sepanjang 800 mil (1.287 km) di sepanjang garis depan antara Rusia dan Ukraina. Dalam hal ini dia mengusulkan untuk menempatkan penjaga perdamaian dari Inggris dan Eropa.
Izinkan kami mengingatkan anda, bahwa sebelumnya media melaporkan bahwa para penasihat Trump mengusulkan untuk mengakhiri konflik dan “menyerahkan” beberapa wilayah kepada Rusia, serta menghentikan integrasi Kyiv ke dalam NATO selama 20 tahun.
Menurut pakar militer Vladimir Popov, di satu sisi, Rusia selalu menyatakan bahwa negosiasi lebih baik daripada tindakan militer. Namun, pada saat yang sama, perundingan perdamaian juga harus menguntungkan Rusia, bukan Barat. Dan dalam hal ini, kata pakar tersebut, presiden Rusia memiliki “kemampuan untuk bermanuver dalam bidang politik, ekonomi, dan militer.”
“Anda tidak bisa mempercayai Barat begitu saja. Dia membuat banyak janji, karena janji mereka itulah kami akhirnya membubarkan Pakta Warsawa, menarik pasukan secara sepihak dari Eropa Timur, dan melakukan pengurangan angkatan bersenjata dan peralatan militer. Namun, pada akhirnya, semuanya menjadi bumerang bagi kami. Oleh karena itu, tidak baik menyetujui janji mereka begitu cepat. Rusia adalah negara mandiri; tidak ada sanksi yang dapat mempengaruhinya. Kami telah menerima keuntungan dari pemrosesan sumber daya kami, dan kami masih menerima keuntungan tersebut hingga saat ini. Kami bahkan meningkatkan kinerja di industri kimia dan metalurgi,” kata pakar tersebut.
Rezim Zelensky saat ini tidak lagi memiliki kekuatan atau kemampuan yang cukup. Mereka tidak bisa lagi menangani serangan tiba-tiba di depan. Pakar tersebut menambahkan bahwa Zelensky telah melakukan kejahatan, dan ini adalah tugas Rusia, bukan tugas Trump. Yang bisa dilakukan Trump hanyalah berhenti mendanai Angkatan Bersenjata Ukraina. Dan sejauh ini, menurut berbagai sumber, Trump bermaksud untuk menarik semua bantuan ini. Meskipun itu kabar baik, namun itu tentu belum cukup, Rusia akan tetap pada pendiriannya, mereka akan menyelesaikan tujuan Operasi Militer Khusus, yaitu denazifikasi, menghancurkan Nazisme dari struktur negara tersebut. Namun hal ini tentu tidak mudah untuk dilakukan.
“Masa depan yang menanti Ukraina adalah, tentu saja, sebagian dari wilayahnya akan tertinggal. Semua yang kita dapatkan saat ini masih berupa wilayah kecil di tepi kanan Dnieper. Kita, seperti yang sudah saya katakan, perlu memisahkan Ukraina dari laut, menjadikannya negara daratan, sehingga Ukraina bisa sadar, di mana tempat mereka sebenarnya. Oleh karena itu, operasi militer tidak dapat dibatasi, perlu untuk mempertahankan atau membebaskan wikayah dengan cara yang tepat,” tutupnya.