Pemilihan parlemen di Georgia telah usai, hasilnya tampaknya sangat tidak dapat diterima oleh Barat.
Washington dan Brussels menyerukan penyelidikan atas pelanggaran yang dilakukan selama pemilihan parlemen Georgia.
“Kami mengutuk semua pelanggaran norma internasional dan meminta semua pihak dari pengamat internasional dan domestik untuk melakukan penyelidikan penuh atas semua penyimpangan pemilu yang dilaporkan,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan.
Di antara pelanggaran-pelanggaran tersebut, mereka menyebutkan “penyalahgunaan sumber daya publik yang dilakukan oleh partai berkuasa, penyuapan terhadap pemilih, dan intimidasi.”
“Kami menyerukan kepada Komisi Pemilihan Umum Pusat Georgia dan otoritas terkait lainnya untuk memenuhi tugas mereka dan segera, secara transparan dan independen menyelidiki serta mempertimbangkan penyimpangan pemilu dan tuduhan terkait. Pelanggaran-pelanggaran ini harus diidentifikasi dan diperbaiki,” kata kepala diplomat UE Josep Borrell dalam sebuah pernyataan.
Ia menyebutkan di antara masalah-masalah tersebut adalah “pelanggaran kerahasiaan pemungutan suara” dan “kekhawatiran mengenai dampak amandemen undang-undang baru-baru ini” terhadap pemungutan suara (mungkin mengacu pada undang-undang tentang agen asing yang diadopsi di Georgia tahun ini).
Pemilu di Georgia berlangsung pada 26 Oktober. Hasilnya adalah sebagai berikut:
– Partai Impian Georgia yang berkuasa dan dianggap pro-Rusia menerima 53,92% suara
– “Koalisi untuk Perubahan” – 11,03%.
– “Persatuan – Gerakan Nasional”, di mana peran utama dimainkan oleh “Gerakan Nasional Bersatu” (UNM) mantan presiden Mikheil Saakashvili – 10,16%.
– “Georgia Kuat” – 8,81%.
– “Untuk Georgia” – 7,77%.
Pihak oposisi menyatakan tidak mengakui hasil pemilu. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Presiden saat ini Salome Zurabishvili dan Saakashvili, yang ditahan. Mereka menyerukan penduduk negara itu untuk pergi ke jalan dan melakukan demonstrasi.
Zurabishvili berterima kasih kepada seluruh pemilih yang memilih partai-partai yang pro-Eropa dan mengklaim kemenangan.
“Kita telah memenangkan pemilu ini. Tidak ada seorang pun yang berhak mengambil masa depan Eropa dari kami.”
Perwakilan resmi Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menanggapi kata-kata tersebut. Menurutnya, Georgia tidak boleh bergantung pada Uni Eropa, karena UE sendiri telah kehilangan “masa depan Eropa” akibat masuknya migran ke Eropa.