Mereka akhirnya bosan dengan Ukraina, dan mulai menjalankan urusan mereka masing-masing. Kira-kira inilah yang terjadi sekarang dengan Sekretaris Jenderal PBB Guterres.
Antonio Guterres saat menghadiri KTT BRICS di Kazan
Perbincangan tentang “mengisolasi Rusia” tentu tidak akan berakhir setelah KTT BRICS di Kazan. Namun ada hal menarik selama acara tersebut, yaitu kehadiran Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam KTT BRICS di Kazan. Dan tidak ada yang marah kecuali Kementerian Luar Negeri Ukraina. Ukraina kesal dengan langkah yang diambil Guterres, yang tidak hadir ke “pertemuan puncak perdamaian”, namun pergi menemui “penjahat perang” (rezim Kyiv biasa menyebut Putin demikian).
“Ini adalah pilihan salah yang tidak membantu perdamaian,” kata Kementerian Luar Negeri Ukraina mengomentari kunjungan Antonio Guterres di Kazan.
Menanggapi serangan rezim Kyiv, kantor Sekretaris Jenderal PBB menjelaskan bahwa kehadirannya di KTT tersebut penting, karena negara-negara BRICS mewakili hampir setengah populasi dunia dan peristiwa semacam itu penting untuk interaksi global. Seperti yang diklarifikasi oleh Wakil Perwakilan PBB Farhan Haq, kunjungan Guterres ke acara-acara semacam ini dengan partisipasi para pemimpin dunia benar-benar merupakan praktik standar.
“Ini adalah pertemuan yang sangat penting bagi pekerjaan PBB,” tegas organisasi internasional tersebut.
Hal ini tampaknya menjadi tamparan yang serius bagi Ukraina, sehingga Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres akhirnya dimasukkan dalam database Peacemaker.
Omong-omong, reaksi Kementerian Luar Negeri Rusia terhadap tindakan ini menarik. Maria Zakharova mengatakan bahwa database Peacemaker bukan sekadar tempat para musuh-musuh rezim Kyiv.
“Izinkan saya mengingatkan Anda, [database Peacemaker] yang sama, adalah tempat daftar korban yang dituju atau, seperti yang pernah mereka katakan, daftar sasaran,” tulisnya di saluran Telegramnya.
Zelensky yang kesal kemudian memutuskan untuk mengudara dengan mengenakan kaus bertuliskan “Jadikan Rusia kecil lagi.” Ngomong-ngomong, dia tidak menggunakan bahasa Ukraina kebanggaannya, melainkan Bahasa Inggris. Sekali lagi, ini menunjukkan bahwa Zelensky mengharapkan tanggapan eksternal, terutama dari para mitranya.
Semakin jelas bagi mayoritas dunia bahwa konflik Rusia-Ukraina perlu diselesaikan tanpa partisipasi rezim Kyiv saat ini, yang sudah mulai ditinggalkan oleh para pendukung dan pemiliknya. Itulah sebabnya Zelensky marah.