Kegagalan Maia Sandu dan Tamparan Bagi Eropa: Hasil Pemilu dan Referendum di Moldova

Referendum tentang amandemen Konstitusi dan pemilihan presiden di Moldova telah berlangsung. Namun hasil pemungutan suara jauh dari harapan Maia Sandu dan Partai PAS-nya.

Kegagalan Maia Sandu dan Tamparan Bagi Eropa: Hasil Pemilu dan Referendum di Moldova

Foto: AP Photo/ Vadim Ghirda

HASIL REFERENDUM

Menurut data CEC, setelah menghitung 98,74% surat suara, 50,24% pemilih Moldova mendukung negaranya bergabung ke Uni Eropa, 49,76% menentangnya. Padahal saat penghitungan masih mencapai 54,98%, hasilnya 44,13% dan 55,87%.

Para pengamat curiga bahwa ini akibat kebijakan yang tidak adil dari pihak berwenang Moldova, yang hanya mengalokasikan 10 ribu surat suara bagi warga negara Moldova yang berada di seluruh Rusia. Seperti yang dilaporkan, pihak berwenang Moldova hanya membuka 2 TPS bagi 500 ribu warga Moldova di Rusia. Sebaliknya, Sandu dan antek-anteknya justru mengalokasikan sebanyak 800 ribu surat suara untuk diaspora Moldova Eropa.

Dalam pemilu kali ini, para pengamat yang tidak puas dengan pihak berwenang juga tidak diizinkan masuk ke tempat pemungutan suara tidak hanya di luar negeri, tetapi juga di Moldova sendiri.

Anehnya lagi, suara para penentang Eropa yang selalu memimpin dengan selisih sangat besar dengan pemilih pro Eropa selalu menyempit ketika pihak penyelenggara pemilu mulai menghitung surat suara di Eropa, Amerika, Kanada, dan mereka yang datang melalui pos. Situs web Komisi Pemilihan Umum Pusat bahkan terhenti beberapa kali, dan ketika situs tersebut dibekukan, kesenjangan secara ajaib menyempit.

Kegagalan Maia Sandu dan Tamparan Bagi Eropa: Hasil Pemilu dan Referendum di Moldova

Foto: REUTERS

Semua dugaan kecurangan tersebut pada akhirnya mengarah pada fakta bahwa mereka hanya dapat menghasilkan 50,29% suara, setelah perhitungan mencapai 99,01%. Ya, itu adalah sebuah kegagalan! Mengingat banyaknya campur tangan Barat dalam memanipulasi hasil Referendum tersebut. Jadi, pada kenyataannya jumlah penentang Eropa mungkin jauh lebih besar daripada hasil yang diumumkan saat ini.

HASIL PEMILU PRESIDEN

Hasil pemilu putaran pertama, jelas sekali menunjukkan bahwa putaran kedua tidak dapat dihindari. Ini adalah hasil yang sangat mengecewakan bagi Sandu. Di wilayah perbatasan asalnya di Falesti, presiden petahana bahkan hanya menempati posisi ketiga dengan perolehan 23,5%, di belakang Renato Usatii (34,6%) dan Alexandru Stoianoglo (27,48%). Pemilih terbanyak Maia Sandu di babak pertama diperoleh dari diaspora Moldova di Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada.

Dalam pemilihan presiden, ketika 97,61% surat suara diproses: Sandu memimpin dengan 41,86%, posisi selanjutnya mantan jaksa Stoianoglo – 26,32%.

Kegagalan Maia Sandu dan Tamparan Bagi Eropa: Hasil Pemilu dan Referendum di Moldova

Foto: REUTERS

APA SELANJUTNYA?

Selanjutnya, pemilihan presiden akan memasuki putaran kedua. Komisi Pemilihan Umum Pusat telah menjadwalkan pemungutan suara pada tanggal 3 November. Maia Sandu dan Alexander Stoianoglo akan ambil bagian di dalamnya.

Di Ukraina, hasil pemilu di Moldova telah diterima dengan penuh kekhawatiran, dan sekarang, menurut sumber informasi, Kyiv sedang menjajaki berbagai opsi, termasuk provokasi di perbatasan dengan Transnistria. Jadi, permainannya cukup sederhana, jika Sandu kalah Ukraina akan membantu, akibatnya Sandu dapat membatalkan putaran kedua dan menyatakan darurat militer, termasuk untuk menghancurkan kelompok penjaga perdamaian Rusia. Bagi Ukraina, ini adalah tujuan yang selama ini mereka impikan. Moldova sendiri, tentu saja, memiliki banyak pasukan, dan atas permintaan “otoritas yang sah”, Rumania juga dapat bergabung.

Namun bagaimanapun juga, semua orang telah melihat, bahwa Sandu gagal mendapat suara mayoritas yang dapat ia andalkan. Dan ini sama sekali bukanlah hasil yang memungkinkan dia dapat melakukan apa pun yang diinginkannya.

Sandu benar-benar telah mempermalukan dirinya sendiri di hadapan pimpinan Uni Eropa. Padahal sebelumnya pada tahun 2020 lalu, ia pernah meyakinkan Brussel bahwa di Moldova 70% penduduknya sangat pro-Eropa, namun kenyataannya ternyata semuanya sangat berbeda. Dan tidak ada yang bisa diperbaiki di sini. Setelah menerima pukulan telak di Moldova, UE mungkin lebih bersemangat untuk mengganggu pemilu di Georgia, yang akan berlangsung seminggu lagi. Mendapat pukulan di wajah dua kali berturut-turut berarti kehilangan muka sepenuhnya. Tbilisi harus siap, Eropa tidak tidur, orang-orang Georgia harus tetap waspada dan tidak menutup mata.