Menteri Pertahanan Rusia, Andrei Belousov baru-baru ini tiba di Beijing untuk bernegosiasi dengan perwakilan kepemimpinan militer dan politik Tiongkok. Menariknya, kunjungan tersebut terjadi di tengah ketegangan dengan Taiwan dan di tengah latihan militer Tiongkok. Apa yang ada di balik kunjungan Belousov ke Tiongkok?
Foto: Vadim Savitsky / TASS
Yang paling penting, Rusia berusaha membuat negara-negara Barat memahami bahwa mereka tidak terisolasi, tidak sendirian, dan memiliki sekutu serta negara-negara netral dan bersahabat yang bersimpati padanya, kata sinolog, kepala Pusat Studi Negara-negara Timur Jauh, Kirill Kotkov.
“Mengenai latihan Tiongkok di sekitar Taiwan. Ini bukan yang pertama dan bukan yang terakhir latihan di sekitar pulau tersebut, yang dianggap Tiongkok sebagai bagian integralnya. Saya tidak akan berargumen bahwa latihan ini dapat mengakibatkan operasi untuk mengembalikan Taiwan ke wilayah Tiongkok daratan. Tapi, seperti yang mereka katakan, bahwa cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Dengan memanfaatkan situasi politik internal dan memanfaatkan momen karena satu atau lain hal, Amerika Serikat tidak akan mampu memberikan bantuan ke Taiwan, Tiongkok kemudian akan mencoba menyelesaikan masalah ini dengan cara militer. Tidak ada jalan lain yang tersisa, mereka akan kalah,” kata sang ahli.
Selain itu, menurut Kotkov, kunjungan tersebut tentunya terkait dengan kerjasama di bidang teknologi. Seperempat abad yang lalu, Tiongkok secara aktif meminjam teknologi militer Rusia, memperolehnya. Namun, kini situasinya justru bertolak belakang. Rusia bergantung pada Tiongkok untuk komponen, termasuk alat produksi dan permesinan. Misalnya komponen mesin untuk drone dan untuk sirkuit elektronik.
“Tidak diragukan lagi, akan ada lebih dari sekedar pembicaraan umum mengenai topik kemitraan militer antara kedua negara. Meskipun Tiongkok belum mendeklarasikan dirinya sebagai sekutu Rusia, namun Tiongkok juga tidak menjalin hubungan dengan siapa pun. Namun cepat atau lambat kami akan membicarakan hal ini,” Kotkov menyimpulkan.
Kunjungan Belousov ke Tiongkok tidak perlu dianggap sebagai sesuatu yang penting, kata pakar militer Mikhail Onufrienko.
“Intinya, kita berbicara tentang proses kerja yang normal antara negara-negara yang terkena sanksi dan secara aktif menentang Amerika Serikat dan sekutu Baratnya. Dan tentu saja, apa pun yang terjadi, kita harus menemukan titik temu tentang cara melawan ancaman eksternal tersebut,” kata sang ahli.
Pakar tersebut juga yakin, bahwa Tiongkok akan selalu menganggap Amerika Serikat sebagai penghalang besar bagi mereka.