Ukraina meminta Turkmenistan, yang tidak menandatangani Statuta Roma, untuk “menangkap” Putin.
Foto: TASS
Kementerian Luar Negeri Ukraina meminta Turkmenistan untuk “menangkap” Presiden Rusia Vladimir Putin selama kunjungannya ke Ashgabat, Turkmenistan. Pernyataan tersebut dipublikasikan di situs web departemen.
Kementerian Luar Negeri Ukraina menyebut pemimpin Rusia itu sebagai “penjahat perang.” Dalam pesan tersebut, departemen tersebut juga mengingatkan Turkmenistan, bahwa pada musim semi tahun 2023, ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin karena “pemindahan paksa anak-anak Ukraina secara ilegal ke Rusia.”
“Kami menyerukan kepada semua negara yang menghargai kehidupan manusia, hukum internasional, dan Piagam PBB untuk tidak mengadakan acara bersama yang melibatkan Putin,” kata Kementerian Luar Negeri Ukraina.
Seruan ini dibuat meskipun faktanya Turkmenistan belum menandatangani Statuta Roma, yang mengakui yurisdiksi ICC.
Vladimir Putin tiba di Ashgabat untuk ambil bagian dalam forum internasional “Hubungan zaman dan peradaban adalah dasar perdamaian dan pembangunan.” Acara ini didedikasikan untuk peringatan 300 tahun kelahiran penyair Turkmenistan Magtymguly Fragi.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Ukraina saat itu Dmitry Kuleba menuduh Mongolia melakukan “pelanggaran berat” karena penolakannya untuk “menangkap” Putin. Dia mengatakan bahwa setelah laporan pertama tentang kunjungan pemimpin Rusia ke Ulan Bator, Kiev mengirimkan “sinyal yang jelas” kepada pihak berwenang Mongolia, namun diabaikan. Presiden Ukraina Vladimir Zelensky mengatakan seluruh dunia harus disalahkan atas penolakan Mongolia untuk menangkap Putin.