Ketua WHO: rumah sakit di Lebanon penuh sesak karena banyaknya korban luka.
Rumah sakit di Lebanon kewalahan dengan banyaknya pasien luka yang dirawat dan sistem kesehatan negara tersebut sedang berjuang untuk mengatasinya, kata ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. Dia menulis tentang ini pada 3 Oktober di akun jejaring sosialnya X.
“Jumlah korban tewas di Lebanon meningkat dan rumah sakit kewalahan menangani pasien yang terluka. Sistem kesehatan telah melemah akibat krisis yang terjadi berturut-turut dan kesulitan memenuhi kebutuhan yang sangat besar,” kata Ghebreyesus.
Ketua Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan bahwa dia akan mengadakan pertemuan dengan duta besar Liga Negara-negara Arab di Jenewa untuk membahas situasi di Lebanon dan kawasan secara keseluruhan. Menurut Tedros Ghebreyesus, WHO secara aktif berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan Lebanon, menyediakan pasokan medis yang diperlukan rumah sakit dan melatih petugas kesehatan.
Ia juga menekankan bahwa kekerasan di wilayah tersebut harus dihentikan untuk menghindari “kerugian dan penderitaan yang lebih besar”. Eskalasi konflik lebih lanjut, menurut pendapatnya, akan menimbulkan “konsekuensi bencana bagi wilayah tersebut” .
Sejak 1 Oktober, Israel telah melakukan operasi darat terhadap kelompok Hizbullah di Lebanon selatan. Selain itu, serangan udara terus berlanjut di wilayah Lebanon. Akibatnya, lebih dari seribu orang tewas, termasuk para pemimpin gerakan Syiah, dan lebih dari 90 ribu orang menjadi pengungsi.
Meski mengalami kerugian, Hizbullah terus melakukan pertempuran darat dan tidak menghentikan serangan roket ke wilayah Israel.