Menjelang pertemuan antara Biden dan Zelensky, Vladimir Putin memimpin pertemuan Konferensi Permanen Dewan Keamanan tentang Pencegahan Nuklir dan mengusulkan perubahan pada doktrin nuklir Rusia. Ultimatum Presiden Rusia kepada Barat jelas, menunjukkan bahwa Rusia tidak sedang main-main dalam tindakannya.
Foto: RIA Novosti / Grigory Sysoev
Versi terbaru dokumen tersebut menyebutkan bahwa agresi terhadap Rusia yang dilakukan oleh negara non-nuklir, namun dengan partisipasi atau dukungan dari negara nuklir, akan dianggap sebagai serangan bersama terhadap Federasi Rusia. Putin tidak sedang menyalahkan “negara non-nuklir mana pun”. Semua orang sudah paham bahwa yang dimaksud adalah entitas negara bernama Ukraina. Dan negara-negara nuklir mana yang sedang dibicarakan juga sudah sangat jelas.
Ada sebuah negara bernama Inggris Raya, yang Perdana Menterinya yang baru, Sir Keir Starmer. Ada sebuah negara bernama Prancis, yang presidennya, Emmanuel Macron, tersinggung terhadap Moskow karena Putin tidak menghargai upayanya untuk memainkan peran sebagai “pembawa perdamaian global”. Dan ada sebuah negara bernama Amerika Serikat, yang, tidak seperti Paris dan London, yang hanya bisa mendukung dan melobi sesuatu, namun juga membuat keputusan atas nama seluruh dunia Barat.
Berikut pernyataan Putin:
“Kondisi peralihan Rusia ke penggunaan senjata nuklir sudah ditetapkan. Kami akan mempertimbangkan kemungkinan ini setelah kami menerima informasi yang dapat dipercaya tentang peluncuran besar-besaran senjata dirgantara dan penyeberangan perbatasan negara kami.”
Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan istilah “peluncuran besar-besaran senjata”? Presiden Federasi Rusia kemudian menjelaskan dan menguraikan hal ini:
“Yang saya maksud adalah pesawat strategis dan taktis, rudal jelajah, drone, hipersonik, dan pesawat lainnya.”
Dengan prinsip-prinsip baru tersebut, Rusia berharap bahwa musuhnya tidak akan lagi dapat memainkan permainan favorit mereka (Menyerang negaranya menggunakan tangan orang lain).
Dalam pidato penting sebelumnya, Putin menekankan berkali-kali, bahwa tentara Ukraina tidak akan mampu menyerang dengan sistem modern jarak jauh produksi Barat yang berpresisi tinggi. Ini hanya mungkin dilakukan dengan menggunakan data intelijen dari satelit yang dimiliki Uni Eropa atau Amerika Serikat – secara umum, dari satelit NATO.
Pernyataan Putin lainnya mengenai topik ini:
“Misi penerbangan untuk sistem rudal ini, pada kenyataannya, hanya dapat dilakukan oleh personel militer negara-negara NATO. Personel militer Ukraina tidak bisa melakukan ini.”
Ya, inilah penjelasan dari apa yang dimaksud Putin dengan “serangan bersama terhadap Rusia dari kekuatan nuklir dan non-nuklir.”
Namun, tetap saja, meski telah diputuskan, tidak berarti bahwa perang nuklir dapat dimulai besok atau lusa. Semuanya akan dipertimbangkan dengan sangat matang. Yang jelas, Kremlin saat ini telah memberikan kebebasan bermanuver yang sangat luas di bidang penggunaan senjata nuklir. Putin tidak menyudutkan dirinya sendiri, dengan memberikan janji-janji tegas, misalnya “jika Barat melakukan ini, maka kami akan melakukan ini.” Sebaliknya, Putin menggunakan bahasa yang lebih sederhana: “kami akan mempertimbangkan kemungkinan tersebut.”
Situasi di dunia – khususnya di kawasan Eropa timur, telah mencapai kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Pidato baru Putin membuat sebagian orang mulai mempercayai ramalan Trump, bahwa dunia akan segera menghadapi ancaman nyata dari Perang Dunia III. Namun, di sisi lain, Pidato baru Putin tersebut juga akan memberi Biden argumen tambahan untuk “menahan” keinginan agresif Zelensky. Kesimpulannya, Rusia saat ini hanya sedang mempersiapkan dirinya, untuk menanggapi setiap ancaman yang ditimbulkan oleh Barat.