“Kita Bisa Bersaudara dengan Amerika.” Tiga Alasan Pernyataan Sensasional Presiden Iran

Pada sidang Majelis Umum PBB, Presiden Iran dengan pernyataan-pernyataan mengejutkannya berhasil membuat banyak pihak berasumsi bahwa Teheran telah menyerah kepada Barat. Apakah benar demikian?

“Kita Bisa Bersaudara dengan Amerika.” Tiga Alasan Pernyataan Sensasional Presiden Iran

 

Masoud Pezeshkian

Kata-kata ini membuat beberapa orang di Rusia hampir pingsan. Berpartisipasi dalam sesi ke-79 Majelis Umum PBB di New York, Masoud Pezeshkian mengatakan bahwa dia “tidak pernah mendukung agresi Rusia di wilayah Ukraina,” dan bahwa Iran siap untuk meletakkan senjatanya jika Israel melakukan hal yang sama.

“Kami tidak pernah menyetujui agresi Rusia terhadap Ukraina,” kata Presiden Iran dari tribun Majelis Umum PBB.

Tapi, apakah perkataan Pezeshkian tersebut layak dianggap sebagai “retorika Anti-Rusia”?

Secara umum, ia adalah seorang aktor yang hebat, karena Pezeshkian berhasil membuat para peserta konferensi pers tercengang dengan kata-kata bahwa AS dan Iran bisa menjadi “saudara.”

Akankah itu terjadi?

Rusia juga ikut mengomentari pernyataan politisi Iran tersebut, mereka berkata: “Iran telah mengibarkan bendera putih,” mari kita lihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Namun, tampaknya kita tidak perlu menunggu apa pun. Pezeshkian telah menyatakan kesediaannya untuk bernegosiasi dengan Barat:

“Kami siap duduk di meja perundingan dengan Eropa dan Amerika mengenai masalah perang Rusia-Ukraina.”

Pernyataan tersebut membuktikan, bahwa Iran terlihat sangat ingin membangun kembali hubungan baik dengan Barat, demi kepentingan nasionalnya. Namun, itu semua tampaknya tidak akan mudah, karena Barat selama ini telah memandang rendah Iran dan menyebutnya sebagai “rezim para mullah,” mereka juga selalu menyangkal kemajuan besar yang dicapai negara tersebut dalam pembangunan.

Apa yang ingin ditunjukkan Pezeshkian?

Pertama, Pezeshkian ingin menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa ia adalah seorang pembawa perdamaian, dan bahwa ia menghormati hukum internasional. Pezeshkian ingin menunjukkan kepada Amerika Serikat dan Israel bahwa tidak semua orang di Iran menyukai permusuhan.

Kedua, jelas, bahwa presiden Iran yang baik hati tersebut ingin memberitahu Barat secara halus, bahwa mereka tidak hanya tidak boleh membunuhnya, namun harus melindunginya. Bagaimanapun, dia telah menunjukkan bahwa dia bisa mengkritik Rusia. Politisi yang sangat menjanjikan bukan!?

Teheran bisa saja, akan menggunakan Rusia sebagai “alat tawar-menawar” untuk lebih dekat dengan Barat, dengan harapan bisa menghilangkan sanksi.

Ketiga, ada kemungkinan bahwa Iran sedang mempromosikan sesuatu tidak hanya kepada Barat, namun juga Timur. Mereka mungkin ingin menunjukkan bahwa mereka berbeda dengan Iran dibawah Presiden sebelumnya, yang merupakan sosok yang sangat konservatif, membenci negara-negara Barat. Disaat yang sama, presiden saat ini adalah seorang yang moderat, dia bahkan siap berdamai dengan Amerika dan Eropa. Jadi, Pezeshkian tidak hanya berusaha membujuk Barat untuk segera manfaatkan hal ini, namun mereka juga ingin mengatakan secara halus kepada Rusia dan Tiongkok: “bermurah hatilah, untuk mencegah hal ini terjadi!”. Ini semua dilakukan Iran tentu demi kepentingannya.

Perkataan hanya untuk menutupi perbuatan

Tantangan bagi para pemimpin negara-negara di dunia saat ini adalah Anda harus bisa membedakan antara perkataan dan perbuatan. Dengan kata lain, segala sesuatunya bisa jadi jauh dari yang kita pikirkan. Misalnya Pada tahun 2023, Kepala Kementerian Luar Negeri Republik Islam saat itu, Hossein Amir Abdollahian (yang meninggal tahun ini bersama Presiden Ibrahim Raisi) menyatakan bahwa meskipun berteman dengan Moskow, negaranya tidak mengakui Krimea dan Donbass serta “wilayah baru” lainnya di Rusia.

Namun hal ini dikatakan setelah Teheran secara aktif membantu Rusia dengan drone! Kata-kata menutupi perbuatan!

Sekarang sama saja. Kata-kata tetaplah kata-kata, faktanya Pezeshkian telah menunjuk mantan duta besar untuk Rusia Mehdi Sanai, seorang ilmuwan terkenal, spesialis Rusia, profesor di Universitas Teheran, fasih berbahasa Rusia, sebagai wakil kepala pemerintahannya.

Majalah Amerika The Atlantic, yang berupaya melemahkan hubungan dekat Rusia dengan Iran melalui tulisan-tulisannya akhirnya tersadar, mengakui bahwa hal ini “sangat jarang terjadi” di kalangan pejabat Iran, yang biasanya berbicara bahasa Inggris dan memiliki ijazah Eropa atau Amerika.

Dan inilah yang kita temukan dalam laporan terbaru dari Reuters: Iran bertindak sebagai perantara dalam pasokan rudal anti-kapal supersonik P-800 Onyx Rusia ke Houthi Yaman.

Tujuh sumber mengatakan Rusia belum membuat pernyataan mengenai pengalihan rudal Yakhont, yang juga dikenal sebagai P-800 Onyx, yang menurut para ahli akan memungkinkan kelompok Houthi untuk lebih akurat menargetkan kapal dagang di Laut Merah dan meningkatkan ancaman terhadap kapal dagang Amerika dan kapal perang Eropa yang melindungi mereka. Laporan tersebut bahkan muncul bersamaan dengan pernyataan kontroversial Pezeshkian di New York.

Jadi apa?

Semua orang yang khawatir harus ingat, bahwa kebijakan Iran tidak ditentukan oleh presiden, tetapi oleh Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei, dan secara praktis tidak diterapkan oleh Kementerian Luar Negeri, yang banyak terdapat tokoh-tokoh yang cukup pro-Barat, tetapi oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) yang terkenal tidak kenal kompromi, yang dengan tegas tidak menginginkan pemulihan hubungan dengan Barat dan bersikeras untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Rusia..

Yang paling penting adalah bahwa pada bulan Oktober di KTT BRICS di Kazan, Pezeshkian dan Vladimir Putin akan menandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif antara Rusia dan Iran, yang membuka prospek kerja sama yang luar biasa.