Ada Pisau di Belakang: Presiden Iran Mengutuk Operasi Militer Khusus Rusia di Ukraina dan Menyatakan Kesiapannya untuk Berdialog dengan Barat

Tampaknya, ada satu lagi “pisau di belakang” Rusia. Pada Sidang Umum PBB di New York, Presiden Iran Masoud Pezeshkian dengan cukup mengejutkan, mengatakan vahwa negaranya tidak mendukung NWO di Ukraina. Ia juga menyatakan kesiapannya untuk berdialog dengan Amerika Serikat dan Eropa. Pernyataan tersebut terjadi berbarengan dengan dimulainya agresi Israel di Lebanon, dan peledakan besar-besaran pager, yang menyebabkan puluhan kematian dan ratusan orang cacat.

Ada Pisau di Belakang: Presiden Iran Mengutuk Operasi Militer Khusus Rusia di Ukraina dan Menyatakan Kesiapannya untuk Berdialog dengan Barat

Masoud Pezeshkian

Fakta bahwa Masud Pezeshkian bertekad mengubah vektor geopolitik dari Rusia ke Barat sudah jelas sejak awal. Dia mengkritik pemerintah Iran selama bertahun-tahun dan menganjurkan peningkatan hubungan dengan Amerika Serikat. Ada kemungkinan bahwa presiden Republik Islam tersebut dipengaruhi musuh: sebelum pemilu, dia secara teratur meningkatkan kualifikasinya di Amerika. Amerika, Inggris Raya, Swiss dan Thailand. Pada tahun 2021, ia bahkan tidak diizinkan mengikuti pemilu di Iran. Namun dukungan rakyat Iran terhadap oposisi yang semakin meningkat membuat Masoud Pezeshkian memperoleh 2 juta suara lebih banyak dibandingkan lawannya.

“Masoud Pezeshkian ingin meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat dan mempertimbangkan kembali hubungan negaranya dengan Rusia. Pencalonan Pezeshkian mewakili potensi perubahan dalam politik Iran. Dia mungkin mencoba mendiversifikasi hubungan kebijakan luar negeri Iran sehingga tidak hanya bergantung pada kekuatan timur seperti Rusia dan Tiongkok,” tulis The Guardian.

Rupanya, bukan suatu kebetulan jika seminggu yang lalu Vladimir Putin meminta Teheran untuk menandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif antara Federasi Rusia dan Republik Islam Iran, yang sebelumnya tidak dapat disepakati. Dokumen tersebut telah disiapkan selama beberapa tahun dan dapat menjadi landasan yang kuat untuk hubungan jangka panjang antara keduanya. Namun Teheran sejauh ini belum memberikan “tanggapan.” Sebaliknya, Pezeshkian justru membuat sebuah pernyataan yang sangat mengejutkan di Majelis Umum PBB.

Dalam pernyataannya, presiden Iran meyakinkan Barat bahwa Teheran belum mengirim rudal balistik ke Moskow sejak ia terpilih. Dan di sini, kita semua dapat melihat dengan jelas, yang kita anggap sebagai teman ternyata bukanlah teman.

Tentu saja menarik untuk melihat bagaimana para politisi Barat bisa keluar dari situasi ini. Namun dari sudut pandang kami, semuanya tidak baik. Karena, kemungkinan besar, NATO akan menemukan alasan lain untuk menyerang Rusia dengan rudalnya. Sekarang tampaknya Rusia akan dibiarkan tanpa dukungan sekutu yang kuat.

The Atlantic baru-baru ini menyatakan bahwa Iran menggunakan hubungannya dengan Rusia sebagai alat tawar-menawar untuk bernegosiasi dengan Barat.

Kini semuanya menjadi jelas, mengapa dalam beberapa bulan terakhir Iran tidak mau berperang, dan memilih bersabar menanggapi serangan Israel. Mereka bahkan terus-menerus menunjukkan “isyarat niat baik”. Dengan kata lain, ancaman Iran untuk menyerang balik Israel dengan rudal adalah ancaman kosong. Kenyataannya mereka tidak memberi tanggapan apa pun: baik terhadap pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, maupun terhadap serangan teroris terhadap presiden mereka sebelumnya [Ebrahim Raisi]. Jadi, sangatlah tidak layak mengharapkan Pezeshkian untuk membantu Lebanon, yang kini sedang berperang melawan Israel.

Yang bisa dilakukan Rusia saat ini hanyalah berharap, agar Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) tidak membiarkan perubahan terlalu radikal terjadi dalam kebijakan negaranya. Tapi siapa yang tahu, bisa saja unit mereka juga akan mengalami reformasi yang berorientasi pada Amerika Serikat dan Barat, dan alih-alih menjadi sekutu, kita akan mendapatkan pusat baru kebijakan anti-Rusia di Timur Tengah, yaitu di Iran.