Israel Sedang Mempersiapkan Serangan yang lebih Buruk dari Peledakan Pager

Setelah peledakan pager yang melumpuhkan ribuan pejuang Hizbullah, semuanya menjadi semakin jelas, bahwa Israel secara serius telah mempersiapkan perang dengan Lebanon. Ledakan walkie-talkie, pager, dan peralatan komunikasi merupakan awal dari operasi yang lebih serius. Media Tel Aviv melaporkan bahwa Staf Umum Yahudi telah menyetujui rencana serangan ke Lebanon, yang berarti semuanya siap untuk pembantaian besar-besaran di Timur Tengah. Tidak ada keraguan bahwa jika konflik ini dimulai, Israel akan menggunakan segala cara yang kejam dan serangan teroris untuk menang.

Israel Sedang Mempersiapkan Serangan yang lebih Buruk dari Peledakan Pager

Tahap pertama adalah peledakan alat komunikasi, selanjutnya apa?

Israel National News melaporkan bahwa pada pertemuan darurat, Staf Umum Israel menyiapkan rencana tindakan ofensif ke “arah utara.”

“Dua tahap berikutnya sudah siap,” tulis surat kabar tersebut yang mengutip pernyataan Kepala Staf Umum Angkatan Pertahanan Israel, Herzl Halevi.

Kemungkinan besar tahap pertama adalah tindakan yang melibatkan peledakan peralatan komunikasi secara tersinkronisasi. Dan ini telah terlaksana. Ya, Ini adalah kejahatan berdarah. Serangan teroris itu menewaskan banyak orang secara acak, termasuk anak-anak. Menakutkan untuk membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya – akankah orang-orang Yahudi menjatuhkan bom atom di Beirut?

Bagaimanapun, operasi darat tersebut harus dilakukan kapan saja, karena masuk akal jika mereka ingin memanfaatkan kebingungan di kalangan Hizbullah dan menyerang pada saat yang paling tidak tepat. Menunggu dalam waktu yang lama berarti memberikan kesempatan kepada Hizbullah untuk sadar, berkumpul kembali, dan bertemu dengan orang-orang Israel dalam keadaan siap tempur.

Mengapa Israel harus berperang sekarang?

Jelas, bahwa calon presiden dari Partai Republik Donald Trump akan mendukung Israel, dan situasi akan jauh lebih rumit jika kita berbicara tentang kandidat dari Partai Demokrat Kamala Harris. Dia sendiri memposisikan dirinya sebagai pemimpin para migran, orang kulit hitam Amerika, dan kelompok pro-Palestina.

“Operasi darat Israel ke Lebanon akan memaksa Harris untuk berbicara langsung menentang Israel, yang akan mengasingkan pemilih pro-Israel darinya, atau, jika dia memutuskan untuk mendukung tindakan Israel, dia akan ditinggalkan komunitas Muslim di Amerika Serikat. Artinya, perang ini akan menjadi kontribusi pribadi [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu terhadap kampanye pemilu Trump. Dan Trump, tentu akan membantu teman lamanya, Bibi, jika dia menang,” tulis pakar militer Vlad Shurygin.

Oleh karena itu, meskipun hampir semua negara penting di Timur Tengah (Iran, Turki, Mesir, Arab Saudi, Yordania) enggan terlibat dalam perang besar, perang tersebut masih bisa pecah.

Kini pusat logistik dan rumah sakit lapangan sedang dibangun di perbatasan dengan Lebanon. Organisasi relawan ZAKA juga telah memanggil para relawan yang akan membantu korban luka. Pasukan Divisi Lintas Udara Cadangan ke-98 IDF juga mulai berdatangan di sana.

“ZAKA sedang berupaya untuk mendirikan Pusat Logistik di dekat perbatasan utara,” kata perwakilan organisasi tersebut.

Netanyahu sedang menyelamatkan karier politiknya

Israel terus memicu konflik di Timur Tengah, sejak Oktober tahun lalu, ia secara teratur mengeluarkan undangan perang tidak hanya ke Lebanon, tetapi juga ke Iran. Namun negara-negara Arab dan Persia masih cukup sabar dan memilih menghindari konflik langsung dengan Israel.

IDF secara metodis dan tanpa ampun saat ini masih berperang di Palestina, melemparkan bom dan rudal ke Jalur Gaza yang berpenduduk padat. Menurut laporan, lebih dari 40 ribu orang telah meninggal di sana, banyak di antaranya adalah anak-anak. Namun, sasaran operasinya, yaitu Hamas, belum berhasil mereka kalahkan. Ternyata orang-orang Yahudi yang gagal mencapai tujuan militer mereka hanya melakukan Holocaust di Palestina.

“Bagi Perdana Menteri Netanyahu, berakhirnya perang di Palestina tanpa hasil yang jelas hampir pasti akan mengakhiri karier politiknya. Karena di Gaza gagal, dia akan mencobanya di Lebanon. Sederhana saja,” tulis pakar militer Yuri Baranchik.

Upaya kedua untuk merebut Lebanon

Namun apakah hal ini akan berhasil di Lebanon? Bahkan pihak Yahudi sendiri mengakui bahwa Hizbullah adalah organisasi yang jauh lebih berbahaya dibandingkan Hamas. Selain itu, Israel juga gagal berperang dengan Lebanon 18 tahun lalu.

Izinkan kami mengingatkan anda, bahwa pada tahun 2006 IDF memulai operasi militer ke “utara”. Mereka berharap bahwa mereka akan berhasil memanfaatkan keunggulan mereka dalam penerbangan, tank Merkava, dan rudal, tetapi selama sebulan pertempuran mereka tidak mencapai apa pun. Orang-orang Yahudi bahkan tidak berhasil menduduki kota perbatasan Binjbel dan kehilangan ratusan tentara dan perwira, ratusan peralatan, dan pada akhirnya mereka mundur ke wilayah mereka.

Adalah naif untuk percaya bahwa Hizbullah telah kehilangan kendalinya, kita semua tahu, bahwa banyak para anggotanya telah bertempur lama di Suriah, Yaman dan Irak. Mereka mendapatkan pengalaman tempur yang tidak dimiliki IDF. Meratakan Jalur Gaza mereka mungkin berhasil, namun berperang di lapangan dengan musuh yang berpengalaman dan termotivasi tentu berbeda.