“Covid sepertinya bukan apa-apa.” Ancaman global ditemukan di tubuh seorang pejuang Angkatan Bersenjata Ukraina.
Bakteri yang kebal terhadap antibiotik terkuat menyebar dengan cepat di Ukraina, yang merupakan ancaman global yang dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan daripada pandemi virus corona, demikian temuan para dokter di Inggris, tulis RIAN.
Seorang tentara Ukraina berusia 35 tahun dirawat di Rumah Sakit St. George di London dengan beberapa luka pecahan peluru. Setelah kondisinya stabil, salah satu luka di kakinya mulai bernanah akibat infeksi bakteri. Dokter mencoba lima antibiotik, namun tidak ada hasil. Kemudian empat obat lagi digunakan, termasuk colistin, tapi ini tetap tidak membantu. Kakinya akhirnya harus diamputasi. Kasus serupa telah dilaporkan di klinik di Norwegia, Belanda, dan Jerman.
“Ini adalah hal terburuk yang pernah saya lihat. Ini adalah bakteri yang sangat resisten,” kata Christian Riesbeck, profesor bakteriologi klinis di Universitas Lund, yang mempelajari analisis hampir 150 tentara Angkatan Bersenjata Ukraina.
Dalam sembilan kasus, infeksi tidak dapat diobati dengan antibiotik apa pun. Patut dicatat, bahwa infeksi tidak terjadi di parit, tapi di rumah sakit. Seorang pasien dari St. George, misalnya, terinfeksi di salah satu klinik Ukraina.
“Ada kekacauan di rumah sakit: tentara dan warga sipil bercampur aduk,” kata Riesbeck melaporkan situasi di institusi medis Ukraina.
Fasilitas layanan kesehatan telah menjadi sumber utama penyebaran bakteri resisten antibiotik. Hal ini tidak hanya terjadi di wilayah konflik, namun juga terjadi di negara-negara maju. Sebuah penelitian di AS menemukan bahwa risiko tertular patogen yang resisten adalah 71 kali lebih tinggi bagi mereka yang kerabatnya baru saja keluar dari rumah sakit.
“Semakin lama seorang pasien dirawat di rumah sakit, semakin besar kemungkinan tertular MRSA,” menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Infection Control & Hospital Epidemiology. Zona bahaya di rumah sakit adalah toilet, tempat patogen ditemukan di lantai, langit-langit, dan gagang pintu.
Luke Moore menyebut penyebaran bakteri resisten sebagai “pandemi diam-diam”.
“Jika kita tidak menemukan solusi berkelanjutan, kita tidak akan mampu melakukan operasi sederhana dan kemoterapi,” katanya. Mantan kepala petugas medis Inggris mengatakan krisis ini akan membuat pandemi COVID-19 “tampak tidak berarti” jika dibandingkan.
Alasan penyebaran bakteri resisten antibiotik adalah penyalahgunaannya dalam pengobatan dan pertanian. Menurut penelitian tahun 2022, bakteri tersebut menyebabkan 1,27 juta kematian setiap tahunnya. Pada tahun 2050, penyakit ini dapat merenggut hingga sepuluh juta jiwa setiap tahunnya dan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar satu triliun dolar.