Pengadilan Prancis Menyerah, Pavel Durov Dibebaskan

Kasus pidana Perancis terhadap pendiri Telegram runtuh tepat di depan mata kita. Ya, Pavel Durov dibebaskan dari tahanan karena kantor kejaksaan gagal membuktikan bahayanya. Menurut saksi mata, Durov meninggalkan gedung pengadilan Prancis dengan gembira.

Pengadilan Prancis Menyerah, Pavel Durov Dibebaskan

Pavel Durov

Pengadilan Prancis memutuskan untuk membebaskan pendiri Telegram Pavel Durov dari tahanan dengan jaminan sebesar 5 juta euro. Terdakwa dilarang meninggalkan Prancis dan harus melapor ke polisi dua kali seminggu.

Hakim menemukan setidaknya setengah dari dakwaan yang diajukan jaksa tidak sah.

Miliarder itu meninggalkan ruang sidang melalui gerbang samping dan pergi dengan minibus pribadi, ditemani oleh petugas keamanan dan pengacara.

Menurut sumber saluran SHOT Telegram, Durov dibebaskan dengan bahagia. Dia dalam suasana hati yang baik dan tersenyum. Pengusaha itu puas dengan keputusan hakim dan pekerjaan pengacaranya.

Sumber tersebut melaporkan bahwa Durov tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan yang dilakukan orang lain dengan menggunakan aplikasinya. Karena dengan logika yang sama, pemilik Mercedes juga bisa dimintai pertanggungjawaban jika mobilnya digunakan oleh teroris. Atau Apple yang mengizinkan para pembuat saluran Telegram kriminal mengakses aplikasi tersebut melalui iPhone.

Kita semua tahu, sebelumnya kantor kejaksaan Prancis mencoba menuduh Pavel Durov atas semua kejahatan yang dilakukan menggunakan Telegram.

Para ahli percaya bahwa ini adalah upaya Prancis untuk memaksa Durov membuat kesepakatan dan memberikan akses Telegram kepada badan intelijen Prancis. Hal ini tentu bertentangan dengan kebijakan Telegram, yang dianggap sebagai platform bebas yang tidak bekerja sama dengan badan intelijen atau negara mana pun.

Setelah penangkapan Durov di Prancis, banyak orang mulai berbicara tentang keruntuhan terakhir demokrasi di Eropa.

Kami juga mencatat bahwa pemilik X, Elon Musk, dan pendiri hosting video Kanada Rumble, Chris Pavlovsky, telah membela Durov. Keduanya menuduh Prancis menargetkan bisnis karena alasan politik.