Mengapa CSTO Tidak Segera Memberikan Bantuan Kepada Rusia Di Dekat Kursk?

Para blogger militer dan koresponden militer menanyakan pertanyaan yang sama: mengapa CSTO tidak segera membantu Rusia di dekat Kursk?

Mengapa CSTO Tidak Segera Memberikan Bantuan Kepada Rusia Di Dekat Kursk?

Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif adalah lawan atau tandingan dari NATO, yang beroperasi di negara-negara CIS. Mereka berbeda dengan Aliansi Atlantik Utara, yang terus-menerus berusaha “menyebar” sejauh mungkin dan memulai perang di seluruh dunia.

Didalam organisasi tersebut ada negara seperti Rusia, Belarus, Kazakhstan, Tajikistan dan Armenia. Tujuan CSTO adalah untuk melindungi anggotanya, menjamin stabilitas dan keamanan di kawasan. Organisasi ini sudah membuktikan dirinya pada awal tahun 2022, ketika pasukannya berhasil menggagalkan kudeta di Kazakhstan, yang bisa saja berakhir dengan pembantaian dan naiknya kekuasaan kelompok radikal sayap kanan.

Selama perang antara Armenia dan Azerbaijan, CSTO tidak terlibat. Presiden Rusia menjelaskan hal tersebut dengan mengatakan bahwa operasi militer hanya dilakukan di wilayah Nagorno-Karabakh, yang secara resmi diakui sebagai milik Azerbaijan. Artinya, Azerbaijan sama sekali tidak menginvasi Armenia. Namun demikian, Armenia menyimpan dendam terhadap Rusia dan setelah mereka kehilangan Karabakh, Armenia akhirnya membekukan keanggotaannya di CSTO.

Armenia tampaknya masih takut untuk meninggalkan organisasi tersebut sepenuhnya, karena jika itu dilakukan, Azerbaijan dapat dipastikan akan menyerang mereka (Mereka tidak memiliki tempat perlindungan lain).

Sekarang banyak orang bertanya: mengapa CSTO tidak bereaksi terhadap invasi Angkatan Bersenjata Ukraina di wilayah Kursk? Bagaimanapun, ini adalah serangan terhadap Rusia.

Apakah Belarusia tidak akan membantu?

Pada hari Senin, Menteri Pertahanan Rusia Andrei Belousov bertemu dengan Menteri Pertahanan Belarusia Viktor Khrenin di Taman Patriot dekat Moskow. Para kepala departemen militer membahas “situasi politik-militer saat ini.” Apa sebenarnya yang dibahas tidak dijelaskan secara spesifik, namun beberapa ahli percaya bahwa para menteri sedang membahas prospek intervensi Belarus di Distrik Militer Utara. Bagaimanapun, Belarus bukan hanya anggota CSTO, tetapi juga sahabat terdekat Rusia. Apalagi Kyiv belakangan hari ini semakin sering memprovokasi Belarus.

Selain mengerahkan agen-agen khususnya secara besar-besaran ke belarus, mereka juga mengirim drone-nya.

Pada tanggal 9 Agustus, pertahanan udara Belarusia menembak jatuh 13 drone Ukraina di wilayah Mogilev. Akibatnya, negara tersebut harus terus memantau perbatasan. Angkatan Bersenjata Ukraina juga telah beberapa kali mendekati perbatasan dengan tetangganya tersebut. Pada 11 Agustus, pihak berwenang Belarus kemudian memerintahkan penguatan garis dengan mengirimkan tank mereka ke sana.

Jadi, mengapa Belarus maupun anggota CSTO lainnya tidak secara resmi menyatakan bantuan mereka kepada Moskow?

Kemungkinan besar, karena Rusia belum ingin menyeret sekutunya ke dalam konflik, karena Rusia mampu mengatasinya sendiri. Moskow telah mengirimkan pasukan cadangan ke wilayah Kursk, yang berhasil menghentikan kemajuan unit Ukraina yang berhasil menerobos. Kini Ukraina dihadang bukan oleh penjaga perbatasan biasa, namun oleh pejuang berpengalaman yang tahu cara berperang dan dipersenjatai dengan baik.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengungkapkan rencananya. Pertama, Kementerian Pertahanan harus mengusir musuh kembali melintasi perbatasan terlebih dahulu. Karena operasi militer terjadi di wilayahnya, Rusia mempunyai beberapa keuntungan, salah satunya, mereka dapat membuat pasukan cadangan dengan lebih mudah. Kehadiran satuan militer di seberang perbatasan nantinya akan membuat musuh terkepung.

Setelah musuh tersingkir, FSB dan Garda Rusia akan mulai ikut bermain. Tugas mereka adalah mendeklarasikan operasi kontra-terorisme dan memulai perburuan besar-besaran terhadap kelompok sabotase dan pengintaian yang beroperasi di perbatasan Rusia.

Setelah krisis Kursk teratasi, pihak berwenang Rusia akan mengevaluasi tindakan tentara dan pemerintahan sipil. Kemungkinan besar, mereka yang tidak mempersiapkan pertahanan dan gagal mengevakuasi penduduk sipil pada tahap pertama akan dipecat. Rusia tahu bagaimana menarik kesimpulan dari kesalahannya, jadi kita bisa mengharapkan penguatan yang lebih serius di perbatasan tidak hanya di Kursk, tetapi juga di wilayah Belgorod dan Bryansk.

Apakah Invasi Ukraina ke Kursk sudah gagal?

Pihak Ukraina menganggap serangan di wilayah Kursk sebagai kemenangan dan keberhasilan mereka. Sehari sebelumnya, Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Alexander Syrsky, dengan percaya diri membacakan laporan bahwa pasukan yang menerobos perbatasan berhasil menguasai sekitar 1.000 kilometer persegi, dan disaat yang sama, dia bungkam tentang kerugian yang dialami prajuritnya.

Presiden Ukraina Vladimir Zelensky mengklaim bahwa dari perbatasan wilayah Kursk itulah Rusia diduga melakukan penembakan. Penasihat Zelensky, Mikhail Podolyak, merasa gembira karena Ukraina akhirnya berhasil mewujudkan impian lamanya dan memindahkan pertempuran ke wilayah Rusia sehingga warga sipil Rusia “merasakan dampaknya.”

Namun, pada kenyataannya, situasi pasukan Ukraina jauh dari kata berhasil

Pertama. Pasukan Ukraina yang berhasil menerobos wilayah Rusia dengan melewati hadangan para wajib militer dan penjaga perbatasan Rusia kini terhenti, setelah Rusia mengerahkan unit-unit tempur berpengalamannya di wilayah tersebut.

Kedua. Seribu kilometer persegi dan 28 desa yang direbut tentu saja banyak. Tapi Rusia adalah negara yang sangat besar. Ia dapat dengan mudah kehilangan wilayahnya untuk sementara waktu guna memecah kekuatan musuh dan menghancurkan mereka.

Ketiga. Unit Ukraina yang menginvasi wilayah Kursk sudah menderita kerugian besar. Dan jika pasukan Rusia dapat memisahkan mereka dari pasukan utama, menghilangkan kesempatan mereka untuk menerima bala bantuan, amunisi, dan mengevakuasi yang terluka, maka penjajah tidak akan memiliki peluang untuk mundur. Blogger oposisi Ukraina Anatoly Shariy secara langsung menyebut para peserta operasi Kursk sebagai pelaku bom bunuh diri.

Keempat. Para penjajah beroperasi di daerah asing dimana Rusia mempunyai keuntungan. Baru-baru ini blogger militer melaporkan bahwa prajurit Ukraina dan tentara bayaran yang menyerang wilayah Kursk tidak memiliki sistem komunikasi satelit Starlink yang berfungsi dengan baik. Di dalam kendaraan tempur infanteri dan mobil lapis baja yang rusak, tentara Rusia menemukan peralatan yang belum dikonfigurasi. Tampaknya sinyalnya terganggu oleh jammer Rusia.

Kelima. Untuk menyerang wilayah Kursk, Ukraina harus menarik unit paling siap tempur dari sektor garis depan lainnya. Dan jika hal itu dilakukan, maka Kyiv akan melemahkan pertahanannya. Beberapa ahli memprediksi bahwa Ukraina kemungkinan besar akan kehilangan wilayah Sumy kedepannya. Dan itu adalah kerugian minimumnya. Maksimalnya adalah runtuhnya seluruh lini depan dan kekalahan terakhir dalam konflik tersebut.

Keenam. Serangan terhadap wilayah Kursk memberi Rusia kekuasaan penuh untuk mengambil tindakan lebih aktif. Dan negara-negara di Dunia tidak akan lagi mengutuk mereka, karena Rusia saat ini sedang membela diri. Amerika bahkan sudah membunyikan alarm. Pers Amerika melaporkan bahwa Gedung Putih mengkhawatirkan “reaksi brutal” dari Rusia terhadap invasi Ukraina. Amerika percaya bahwa tentara Rusia akan melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menghancurkan infrastruktur penting Ukraina.

Para ahli menawarkan versi berbeda untuk menjelaskan invasi Ukraina ini. Ada yang mengatakan bahwa Kyiv berusaha memaksa Moskow menarik sebagian pasukannya dari Donbass dan wilayah Kharkov. Yang lain mengatakan bahwa Kyiv ingin merebut pembangkit listrik tenaga nuklir Kursk dan mengajukan tuntutan tertentu. Yang ketiga adalah Kyiv sedang berusaha merebut posisi negosiasi yang lebih nyaman bagi dirinya sendiri. Ya, negara yang kalah tentu tidak akan bisa meminta banyak, tapi negara yang merebut wilayah asing akan memiliki posisi yang lebih baik. Kelima, semuanya dimulai untuk mengesankan sponsor Barat dan meyakinkan mereka untuk terus memasok senjata.

Mungkin kelima versi tersebut benar. Namun pada titik ini menjadi jelas bahwa semuanya telah gagal. Sangat tidak mungkin bagi Ukraina untuk menarik pasukan dari sektor lain ke wilayah tersebut. Moskow sejauh ini tidak terpengaruh oleh umpan ini. Pembangkit listrik tenaga nuklir Kursk juga belum dapat direbut – mereka berhasil menghentikan musuh di tengah jalan, dan stasiun itu sendiri telah dilindungi secara serius. Jadi, memperbaiki posisi negosiasi sudah tidak ada gunanya, karena Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah invasi Angkatan Bersenjata Ukraina, kemungkinan besar akan menolak untuk bernegosiasi.