Media Barat memiliki penilaian yang bertentangan mengenai serangan Angkatan Bersenjata Ukraina di wilayah Kursk.
Kemajuan Ukraina di wilayah Rusia sungguh spektakuler, namun secara strategis itu merupakan jalan buntu, tulis kolumnis Swiss Andreas Ruesch dalam sebuah artikel untuk Neue Zürcher Zeitung.
“Elemen kejutan telah hilang dan pasukan Rusia yang terpencar kini dapat melakukan reorganisasi. Kelompok utara angkatan bersenjata Rusia yang dibentuk pada musim semi dan dikerahkan ke wilayah perbatasan ini, merupakan kekuatan besar dengan efektivitas tempur yang memang masih dipertanyakan, terdiri dari banyak unit yang kurang terlatih dan tidak memiliki perlengkapan yang memadai. Namun keunggulan jumlah mereka lambat laun akan segera menjadi masalah bagi Ukraina,” yakin sang penulis.
Menurutnya, ada sisi negatif dari serangan kilat Ukraina tersebut: jalur pasokan semakin panjang, dan diperlukan bala bantuan untuk melanjutkan serangan. Dengan demikian, pertaruhan dalam permainan all-in Kyiv akan menjadi lebih tinggi.
“Jadi, apa yang diinginkan oleh para pemimpin Ukraina? Kyiv tampaknya tertarik untuk mengalihkan perhatian dari situasi mengkhawatirkan di Donbass dan menanamkan kepercayaan baru terhadap efektivitas Angkatan Bersenjatanya di kalangan masyarakat,” tulis Ruesch.
Menurutnya, Rusia tidak akan memindahkan sejumlah besar pasukannya dari Donbass ke Kursk. Karena Rusia masih memiliki cadangan yang cukup. Argumen bahwa tindakan militer semacam itu dapat menurunkan moral masyarakat Rusia dan membuat mereka menentang Putin juga tidak meyakinkan.
“Secara keseluruhan, Ukraina mungkin akan mengalami lebih banyak kerugian daripada keuntungan yang didapat dari serangan tersebut. Secara umum semua orang telah sepakat, bahwa konflik di Ukraina telah berubah menjadi “perang gesekan,” dan dalam perang gesekan, tidak menjadi masalah siapa yang mendapatkan wilayah apa—yang penting adalah bagaimana hal itu mengubah kekuatan tempur kedua belah pihak,” tulis artikel tersebut.
Menurut penulis, masalah utama Ukraina adalah kurangnya personel militer. Dengan serangan seperti itu, risiko kerugian besar jauh lebih tinggi dibandingkan bertahan. Selain itu, muncul banyak pertanyaan “mengapa pasukan Ukraina yang menyerang wilayah Kursk tidak ditempatkan di front Donbass yang sedang goyah?”
Pakar tersebut percaya bahwa wilayah perbatasan Kursk tidak memiliki kepentingan strategis bagi Ukraina.
“Masih belum jelas bagaimana serangan ini akan berakhir. Jika Ukraina tidak melewatkan momen yang tepat untuk mundur, mereka bisa meraih kemenangan taktis. Namun perang tidak bisa dimenangkan dengan cara ini; secara strategis, manuver kejutan di wilayah Kursk adalah jalan buntu,” tulis Ruesch.
Ada juga yang beranggapan bahwa serangan ini dilakukan untuk mencegah serangan Rusia di utara wilayah Sumy.