Vladimir Zelensky sedang bersiap untuk menyerahkan wilayah Ukraina. Lalu, Apa yang akan diperoleh Rusia? Berikut kesimpulan beberapa ahli mengenai hal ini.
Foto: Aljazeera
Referendum wilayah
Pihak berwenang Ukraina telah meluncurkan kegiatan aktif yang bertujuan untuk mengatur negosiasi dengan pihak Rusia. Hal ini dibuktikan dengan semakin intensifnya diplomasi “shuttle”: baru-baru ini, Kepala Kementerian Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba melakukan kunjungan ke Tiongkok, setelah itu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi.
Para ahli Rusia (Tsargrad), telah berulang kali memprediksi, bahwa akan tiba waktunya Kyiv akan memilih membekukan permusuhan guna “mengisi ulang tenaga”. Dan referendum yang diizinkan oleh Zelensky adalah alasan ideal bagi Kyiv untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ya, untuk menyediakan waktu bagi pengelompokan kembali pasukan dan mempersenjatainya kembali, Zelensky benar-benar tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Ilmuwan politik Bogdan Bezpalko, anggota Dewan Hubungan Antaretnis di bawah Presiden Rusia, mengatakan kepada Tsargrad bahwa referendum akan memberikan Kyiv kesempatan untuk melakukan tawar-menawar dengan Rusia mengenai wilayah sekaligus bersembunyi di balik pendapat masyarakat.
Apakah Barat sudah kehabisan tenaga?
Ilmuwan politik Yuri Kot, dalam percakapan dengan First Russian yakin, bahwa Barat menyadari ketidakmampuannya melawan kekuatan militer Rusia, dan mulai bersiap untuk mengakhiri konflik Ukraina.
“Mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan setiap sentimeter persegi tanah Ukraina, sehingga nanti, setelah mempersenjatainya kembali, merakitnya kembali, mengisinya lagi, mereka akan meluncurkan perang berdarah lagi,” yakin sang ahli.
Yuri Kot mengatakan bahwa Zelensky hanya memainkan peran sebagai boneka, yang dikendalikan oleh Inggris dan Amerika. Sementara, Rusia menyuarakan posisinya dengan sangat jelas.
“Kami dengan tegas telah menyuarakan posisi kami, Vladimir Putin melakukan ini pada tanggal 14 Juni di Kementerian Luar Negeri Rusia, di mana kriteria utama untuk kemungkinan perdamaian di masa depan telah diuraikan dengan jelas. Namun mereka masih saja berusaha untuk mengubah usulan damai kami,” kata Yuri Kot.
Apa yang akan didapat Rusia?
Ilmuwan politik Bezpalko mengatakan kepada Tsargrad bahwa kesiapan Zelensky untuk bernegosiasi dengan pihak Rusia ditentukan oleh keinginannya sendiri.
“Sudah jelas, bahwa negosiasi dengan Rusia menjadi hal yang tak terhindarkan bagi Zelensky. Namun untuk menghindari pertaruhannya, termasuk dalam politik dalam negeri, ia memilih mengadakan referendum. Sehingga keputusan tersebut bukan merupakan keputusan tunggalnya, sehingga nantinya dia dapat terbebas dari tanggung jawab. Dalam kondisi ini, rakyat yang akan menentukan, dan jika mereka memilih menyerahkan wilayahnya, maka Zelensky dapat terbebas dari tudingan apa pun di masa depan,” kata ilmuwan politik Bezpalko.
Namun, sejauh ini, menurut pakar tersebut, pernyataan pihak Ukraina dan mitra Baratnya mengenai penyerahan wilayah ini masih belum jelas.
“Mungkin yang dimaksud dengan penyerahan wilayah adalah perbatasan tahun 2022, yaitu sepertiga dari LPR dan DPR saat ini, atau mungkin seperti yang kami maksud, yaitu keempat wilayah yang kini menjadi wilayah Federasi Rusia. Bagaimanapun, kondisi sebenarnya untuk negosiasi masih belum jelas” kata Bogdan Bezpalko.
Secara umum, ilmuwan politik tersebut mencatat bahwa sekarang masih cukup sulit untuk mengatakan sesuatu yang konkret tentang perkembangan masa depan dari situasi saat ini, karena banyak hal bergantung pada hasil pemilihan presiden Amerika.
“Belum jelas siapa yang akan menang sebagai calon utama presiden Amerika Serikat. Front mana yang akan menjadi teater utama bagi AS? Apakah kawasan Indo-Pasifik atau Ukraina? Atau Timur Tengah? Jika mereka memilih kawasan Indo-Pasifik, maka konflik di Ukraina cepat atau lambat intensitasnya akan menurun, bantuan dan lainnya akan semakin berkurang. Dalam hal ini, Ukraina tidak akan tahan,” Bezpalko menyimpulkan.