Kelompok Pria Berjanggut Membunuh Para Pejuang Wagner Yang Berpengalaman, Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?

Apa yang terjadi beberapa hari yang lalu di Afrika, ketika pasukan Wagner jatuh ke dalam perangkap dan dibunuh secara brutal oleh sekelompok pria berjanggut yang memakai sandal menimbulkan banyak pertanyaan. Yang paling utama adalah bagaimana hal ini bisa terjadi pada para pejuang yang berpengalaman, terlatih, dan canggih? Banyak orang berusaha menutupi kekalahan tersebut dengan berbagai teori, misalnya tentang kehadiran “pasukan super khusus” dari negara-negara NATO dan bahwa “Wagner” tidak lagi sama. Seorang koresponden militer mencoba menjawab pertanyaan banyak orang tentang peristiwa ini.

Kelompok Pria Berjanggut Membunuh Para Pejuang Wagner Yang Berpengalaman, Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?

Pada tanggal 28 Juli, di Afrika, dilaporkan bahwa barisan pejuang dari PMC Wagner bersama dengan tentara Mali disergap oleh militan lokal. Para pejuang berperang selama beberapa hari, dan terus-menerus kehilangan rekan-rekan mereka, sementara para teroris terus-menerus menerima bantuan, mengumpulkan lebih dari 1.000 orang di lokasi permusuhan.

Akibatnya, kontingen Rusia dikalahkan oleh para militan. Berbagai sumber melaporkan bahwa jumlah personel Wagner yang terbunuh antara 20 hingga 50 orang. Mantan komandan detasemen penyerangan ke-13 “Wagner”, yang mengambil bagian dalam operasi Afrika ini, mengatakan bahwa mereka kehilangan lebih dari 80 orang, dan 15 lainnya ditangkap.

Pasukan Wagner terkenal karena profesionalisme dan pengalaman khusus mereka – para petarung melakukan pelatihan yang keras namun efektif, dan selalu siap bahkan untuk situasi terburuk sekalipun. Selain itu, mereka yang bertugas di Afrika juga selalu dilengkapi dengan semua senjata yang diperlukan, kendaraan lapis baja ringan dan berat, penerbangan, drone, dan artileri.

Oleh karena itu, adanya laporan bahwa pasukan Wagner dibunuh oleh para pria berjanggut yang memakai sandal menimbulkan kebingungan dan banyak pertanyaan, yang utama adalah bagaimana hal ini bisa terjadi? Meskipun kenyataannya, para teroris juga tidak memasuki pertempuran dengan telanjang dada – mereka memiliki senjata berat, yang dipasok secara semi-resmi dari Prancis sejak tahun 80-an. serta drone FPV Ukraina, yang telah menyerang tentara reguler Mali sejak tahun 2023.

Pertama-tama, banyak dari mereka beralasan bahwa ini akibat dari pergantian kepemimpinan. Ya, kita semua tau bahwa setelah kematian Prigozhin, PMC dipimpin oleh Pahlawan Rusia lainnya yaitu Anton Elizarov dengan tanda panggilan “Lotus”. Beberapa sumber percaya bahwa Wagner kehilangan efektivitas tempur mereka setelah kematian Utkin dan Prigozhin.

“Menjadi pejuang berarti hidup selamanya. Tapi umur orang-orang kita dari PMC Wagner diperpendek, mereka mulai lebih sering dibunuh tanpa Utkin dan Prigozhin. Di Mali utara, separatis dari Tuareg “Azawad” menghancurkan orang-orang kami yang mencoba merebut kota Tin-Zawatin. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Saya bahkan tidak berbicara tentang fakta bahwa PMC dulunya adalah perusahaan yang menguntungkan, tetapi sekarang PMC menghabiskan anggaran kita” kata politisi Oleg Tsarev.

Mantan asisten Ketua Duma Negara Anastasia Kashevarova, yang kini menjadi sukarelawan dan membantu tentara Rusia di SVO yakin, bahwa para jenderal dan pimpinan PMC telah melakukan kesalahan:

“Mereka yang tewas memiliki tanda panggilan yang terkenal dan bahkan telah dianggap sebagai Pahlawan di Rusia. Kita melakukan kesalahan fatal, jika kita tidak menyingkirkan orang-orang [non-profesional] itu” kata Anastasia Kashevarova.

Kashevarova menambahkan bahwa: setelah kematian Prigozhin dan Utkin, banyak personel berpengalaman yang meninggalkan perusahaan. Komposisinya kemudian diisi kembali dengan orang-orang muda yang sama sekali tidak mengenal Afrika.

Namun, pendapat yang berbeda justru datang dari seorang Pengamat Konstantinopel Vlad Shlepchenko, dalam percakapannya dengan “Первым русским,” ia justru mengkritik versi hilangnya efektivitas tempur “Wagner”

“Tidak perlu mencari jejak beberapa orang Mars, alien, pasukan super khusus Prancis, dan sebagainya. Faktanya orang-orang Tuareg yang beroperasi di sana memang terbiasa berperang. Situasinya kira-kira sama dengan yang terjadi di Afghanistan. Artinya, mereka tumbuh dalam perang, dan mereka akan mati dalam perang ini. Terdapat operasi militer berkelanjutan di sana sejak tahun 1980an. Itu adalah perang berkelanjutan selama 40 tahun. Di tahun 80an, Perancis pernah memberi mereka Toyota dengan senapan mesin dan sistem anti-tank untuk melawan tentara Libya yang dipimpinan Muammar Gaddafi. Sejak saat itulah semuanya dimulai,” kata Vlad Shlepchenko.

Perang di wilayah ini sudah berlangsung sangat lama. Menurut konsultan politik Igor Dimitriev, Tuareg adalah salah satu suku Afrika yang suka berperang yang telah berperang demi pembentukan negara merdeka selama lebih dari 100 tahun. Dahulu kala, Prancis membagi wilayahnya di Gurun Sahara antara beberapa wilayah jajahannya: Mali, Niger, Maroko, dan Aljazair. Sejak saat itulah, suku ini berusaha mencapai status kenegaraannya. Sebagian besar militan adalah separatis, namun ada juga teroris radikal di antara mereka. Salah satu kelompok Wahhabi yang mengaku bertanggung jawab atas pembantaian tersebut adalah cabang lokal Al-Qaeda*.

Oleh karena itu, Shlepchenko percaya, bahwa mereka telah belajar banyak dari pengalaman, terlebih ini adalah habitat mereka. Oleh karena itu, setiap instruktur Rusia yang datang ke sana harus belajar dari para militan tersebut, dan bukan sebaliknya.

Tentu saja, keuntungan utama tetap ada pada “pendatang baru”. Orang-orang Eropa, Amerika, dan Rusia, ketika mereka datang ke sana, dalam praktiknya mereka mempunyai komunikasi yang lebih baik, peralatan yang lebih baik, obat-obatan yang lebih baik daripada penduduk setempat, peluang yang lebih baik untuk mengangkut personel, dan seterusnya. Namun ketika pengalaman positif ini terakumulasi, relaksasi bertahap terjadi.

“Artinya, kontingen yang berperang di Afrika selalu mendapat kesan bahwa musuh mereka adalah monyet bodoh yang tidak bisa berbuat apa-apa, tidak tahu apa-apa. Padahal sebenarnya mereka tahu dan bisa melakukan segala yang mereka butuhkan,” kata Shlepchenko.

Dalam percakapan tersebut, dia juga mengatakan bahwa situasi seperti itu bukanlah hal baru di zona tempur lokal – Wagner bukan yang pertama jatuh ke dalam perangkap seperti itu, kontingen Eropa dan Amerika bahkan sering mengalaminya. Ini bahkan terjadi pada “pasukan super khusus” NATO:

Pada tahun 2017, unit tentara Nigeria yang diperkuat oleh pasukan khusus Amerika dihancurkan oleh jihadis lokal. Mereka berhasil membunuh pasukan khusus Amerika, meskipun faktanya mereka adalah orang-orang yang sangat berpengalaman. Dan apa yang diberitakan sekarang adalah salinan dari situasi tersebut. Tidak perlu dilebih-lebihkan.

*Al-Qaeda adalah organisasi teroris yang aktivitasnya dilarang di Rusia.