Tentara Israel Menggunakan Protokol Hannibal Selama Operasi Di Gaza

Sebuah laporan di surat kabar Israel Haaretz memberikan bukti kuat bahwa Israel lebih memilih membunuh warganya demi mencegah Hamas kembali ke Gaza.

Tentara Israel Menggunakan Protokol Hannibal Selama Operasi Di Gaza

Sebuah laporan dari surat kabar tertua Israel, Haaretz mengklaim, bahwa selama serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, IDF telah menggunakan “Protokol Hannibal”. Mereka dengan sengaja membunuh pasukannya sendiri untuk mencegah mereka tertangkap atau ditawan oleh Hamas.

“Dokumen dan bukti yang diperoleh Haaretz menunjukkan bahwa Protokol Operasional Hannibal digunakan di tiga pangkalan dan pos militer,” tulis surat kabar itu. Tidak hanya berlaku bagi personel militer, namun juga warga sipil. Surat kabar tersebut mencatat bahwa jumlah pasti warga Israel yang terbunuh akibat tentaranya sendiri belum diketahui.

Laporan tersebut ditulis dari kesaksian para personel IDF, termasuk tentara, perwira tingkat menengah dan senior. Juru bicara IDF mengatakan penyelidikan internal atas insiden tersebut saat ini sedang berlangsung.

Protokol Hannibal yang kontroversial dikembangkan sebagai tanggapan terhadap ancaman kelompok bersenjata yang mendapatkan pengaruh atas negara melalui penyanderaan. Pada tahun 70an dan 80an abad lalu, anggota gerakan perlawanan Palestina berulang kali menyandera warga Israel, yang kemudian berhasil ditukar dengan tahanan Palestina. Tesis bahwa warga Israel “lebih baik mati daripada diculik” lah yang mendorong dikembangkannya protokol ini.

Bukti pertama tentang penerapan Protokol Hannibal dibuat beberapa bulan yang lalu. Ketika brigadir jenderal IDF memerintahkan penembakan tank ke sebuah rumah di Kibbutz Be’eri, tempat para anggota Hamas dan sandera ditahan. Akibatnya, 13 warga Israel tewas. Kasus lainnya adalah tewasnya seorang wanita akibat tembakan helikopter Israel saat ditangkap oleh anggota Hamas di Nir Oza.

Artikel tersebut mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sengaja menempatkan warga Israel dalam bahaya demi mencapai tujuan politiknya.

Ini dibuktikan beberapa bulan sebelum serangan Hamas, pemerintahan Netanyahu faktanya telah menerima “sinyal darurat” dari pemerintah Mesir bahwa kelompok Palestina sedang merencanakan operasi bersenjata besar-besaran. Namun, perbatasan di Jalur Gaza yang konon merupakan wilayah yang paling diawasi dengan ketat di dunia, justru digunakan oleh para pejuang Palestina untuk berlatih menggunakan paralayang. Menariknya, dengan menggunakan cara itu, Hamas berhasil menembus pagar perbatasan daerah kantong tersebut.