Putin Menyebut Afghanistan Sebagai Sekutu Rusia Dalam Perang Melawan Terorisme

Putin menyebut Afghanistan sebagai sekutu Rusia dalam perang melawan Terorisme.

Putin Menyebut Afghanistan Sebagai Sekutu Rusia Dalam Perang Melawan Terorisme

Presiden Vladimir Putin, pada konferensi pers setelah pertemuan puncak negara-negara Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), menyebut gerakan Taliban sebagai sekutu Rusia dalam perang melawan terorisme.

Begitulah jawaban Presiden terhadap pertanyaan jurnalis saluran televisi RT. Awalnya jurnalis tersebut mengatakan bahwa Taliban merupakan ancaman yang serius bagi negara-negara SCO, termasuk negara-negara Asia Tengah dan Rusia. “Pertanyaan jurnalis RT: haruskah Taliban terlibat dalam dialog mengenai ancaman teroris? Dan bagaimana menurut Anda, apakah mereka sekutu atau musuh kita dalam hal ini?”

“Gerakan Taliban telah memikul kewajiban tertentu. Mereka masih memiliki beberapa masalah yang memerlukan perhatian terus-menerus baik di dalam negeri maupun komunitas internasional. Namun secara umum kita harus menerima faktanya, bahwa Taliban memegang kekuasaan di negara tersebut. Dan dalam hal ini, Taliban tentu saja merupakan sekutu kami dalam perang melawan terorisme,” kata Vladimir Putin.

Putin Menyebut Afghanistan Sebagai Sekutu Rusia Dalam Perang Melawan Terorisme

Presiden menyatakan keyakinannya bahwa pemerintah Afghanistan saat ini, yaitu Taliban sedang berusaha untuk memastikan bahwa “negaranya stabil, tenang dan tunduk pada aturan tertentu.” Dia mencatat bahwa Rusia telah berulang kali menerima sinyal dari para pemimpin gerakan tersebut bahwa mereka siap untuk “bekerja sama melawan terorisme.”

Organisasi Islam radikal “Taliban” (diakui sebagai teroris dan dilarang di Federasi Rusia) didirikan di Pakistan setelah berakhirnya perang Afghanistan (1979–1989). Pada tahun 2003, gerakan ini ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh PBB dan Rusia. Pada Mei 2021, gerakan ini memulai operasi ofensif aktif terhadap pemerintah Afghanistan. Pada bulan Juli, para anggotanya mengumumkan kendali atas 85% negara. Di hari yang sama, Presiden Ashraf Ghani mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu, dan Taliban berkuasa sepenuhnya di Afghanistan.

Pada 18 November 2021, rombongan bantuan kemanusiaan dari Rusia tiba di Kabul. Pada bulan Desember 2023, Kazakhstan memutuskan untuk mengeluarkan gerakan tersebut dari daftar organisasi terlarang. Pada Mei 2024, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kehakiman Rusia melaporkan kepada Vladimir Putin bahwa gerakan Taliban dapat dihapus dari daftar organisasi terlarang.