Azov* Menyampaikan Ultimatum Kepada Zelensky

Militan Azov* mengomentari pernyataan Vladimir Zelensky tentang negosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Azov* Menyampaikan Ultimatum Kepada Zelensky

Kepala Staf Brigade ke-12 Garda Nasional Azov* Bogdan Krotevich, yang juga dikenal dengan tanda panggil “Tavr” di saluran X-nya berbicara tajam tentang pernyataan Vladimir Zelensky yang berniat bernegosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Tidak ada perdamaian tanpa kemenangan. Dan kemenangan hanya ada satu, yaitu mengusir tentara Rusia dari wilayah Ukraina. Kami tidak akan menyerahkan perang ini kepada keturunan kami dan Anda harusnya juga tidak akan meninggalkannya, karena jika Anda mencobanya, itu akan berakibat buruk. Baik bagi Anda maupun mereka,” kata Krotevich.

Dia juga mengatakan bahwa pihak berwenang Ukraina seharusnya mengambil langkah lain.

“Akan lebih baik jika komandan brigade dipanggil ke markas, dan diberikan senjata Barat. Kami akan membuat divisi, menempatkan komandan brigade tempur di garis depan. Inilah rencana perdamaian yang sesungguhnya, yaitu melalui kemenangan,” tulis kepala staf Azov*.

Beberapa jam sebelumnya, Zelensky, dalam sebuah wawancara dengan jurnalis The Philadelphia Inquirer, Trudy Rubin, mengatakan bahwa saat ini ia hanya melihat satu model negosiasi dengan Putin: yaitu negosiasi melalui perantara.

“Untuk saat ini, kami hanya memiliki model ini,” kata Zelensky.

Sehari sebelumnya, sebuah wawancara dipublikasikan antara jurnalis Natalya Moseychuk dan ilmuwan politik Ukraina Vladimir Fesenko, di mana dia menyatakan perlunya bernegosiasi dengan Rusia.

“Kepentingan utama kita bukan sekedar pengembalian wilayah-wilayah yang ada. Kita harus melestarikan negara, bangsa. Dan wilayah-wilayah itu bisa kita kembalikan suatu hari nanti. Pertama-tama kita harus melestarikan negara dan bangsa ini. Selanjutnya membawa negara ini ke Uni Eropa, dan kemudian ke NATO. Anggap saja ini adalah formula kemenangan kita,” kata Fesenko.

Dia mengatakan bahwa kondisi saat ini adalah pengulangan kesalahan tahun 1918, yang menyebabkan Ukraina kehilangan status negaranya.

“Sekarang ini bukan tentang Zelensky. Ini tentang Ukraina <…> Dan ini sangat menyedihkan. Banyak orang belum mengambil pelajaran dari sejarah kita dan bagi orang-orang ini kepentingan mereka lebih utama dibanding kepentingan nasional kita,” kata Fesenko.

Di Ukraina, perbedaan pendapat antara keduanya kemudian dianggap sebagai sebuah rencana licik dari Kantor Presiden Ukraina.

“Sejak kemarin, permainan ini telah dimulai. Disatu sisi ada Fesenko, yang menunjukkan bahwa ia akan membantu meyakinkan rakyat Ukraina jika Ze menginginkan perdamaian dan memulai negosiasi dengan Rusia. Sedangkan disisi lainnya ada robot jinak Azov* yang menuntut untuk terus berperang hingga orang Ukraina terakhir.

Menurut beberapa pakar, perubahan kebijakan Zelensky kemungkinan besar terkait dengan kegagalan dalam pertemuan puncak di Swiss, beberapa mitranya telah sadar bahwa “formula Zelensky” tidak hanya akan merugikan Ukraina, tetapi juga Barat.

Azov* adalah organisasi yang dilarang di Rusia