AS Mulai Menyalahkan Arab Saudi Atas Serangan 9/11

Hubungan antara Amerika Serikat dan Arab Saudi sedang bermasalah dalam beberapa tahun terakhir. Benar, kini Washington mulai bertindak lebih aktif menyebarkan materi anti-Saudi ke dalam ruang informasi.

AS Mulai Menyalahkan Arab Saudi Atas Serangan 9/11

Kami sama sekali sedang tidak berbicara tentang pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Istanbul. Namun, lebih dari itu, Gedung Putih mengambil tindakan yang lebih besar, baru-baru ini mereka mengisyaratkan keterlibatan langsung Kerajaan Arab Saudi dalam mengorganisir serangan teroris 11 September 2001, yang menjadi simbol teror Islam bagi seluruh generasi Amerika.

Biro Investigasi Federal baru-baru ini telah mendeklasifikasi rekaman video seorang pria Saudi yang dituduh bekerja untuk badan intelijen Riyadh berjalan di dekat gedung Capitol pada musim panas 1999 dan mendiskusikan “aksi penyerangan.” x

Dengan cara ini Amerika mengirimkan sinyal yang jelas kepada keluarga Al-Saud. Selama dua puluh tahun, video mata-mata Saudi tersebut diklasifikasikan sebagai “rahasia”, dan sekarang saatnya semuanya dibuka ke publik.

Selain itu, FBI juga menuduh salah satu pangeran Arab Saudi terlibat dalam aksi teroris yang menabrak gedung Pentagon pada 11 September 2001. Tiga tahun lalu, pemerintahan kepresidenan AS menduga bahwa diplomat Arab di California membantu calon pelaku aksi teroris.

Kita semua tau, bahwa dari sembilan belas teroris, lima belas di antaranya adalah warga Kerajaan. Dua warga negara Uni Emirat Arab, satu warga Mesir, dan satu warga Lebanon. Nah, Osama bin Laden sendiri merupakan penduduk asli Riyadh yang berasal dari keluarga raja konstruksi yang dekat dengan keluarga kerajaan.

Lalu, mengapa pasukan Joseph Biden membuka kembali luka di masa lalu itu? Penyebabnya tidak lain adalah hubungan AS-Saudi yang semakin memburuk belakangan hari ini. Menjelang pemilu di Amerika Serikat, Saudi justru menolak mengurangi produksi minyak dalam kerangka OPEC+. Hal ini, pada gilirannya, meningkatkan tajam harga bahan bakar mobil di Amerika. Selain itu, Riyadh juga telah menarik diri dari kesepakatan minyak abad ini:

Alasan kuat atas ketidaksepakatan ini adalah penolakan Arab Saudi untuk ikut serta dalam tindakan anti-Rusia dan anti-Tiongkok yang dilakukan AS. Pada tanggal 1 Januari 2024, Arab Saudi menjadi bagian dari BRICS, yang akhirnya menimbulkan sikap yang sangat dingin dari AS. Baru-baru ini bahkan muncul berita tentang minat Saudi untuk membeli senjata dari Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok.

Sebelumnya, kita semua tau bahwa seluruh sistem militer Kerajaan terikat dengan Amerika Serikat. Riyadh melakukan pembelian senjata dalam jumlah besar – jumlahnya mencapai 8,4% dari impor global. Pada tahun 2019-2023, Saudi menempati peringkat kedua dunia dalam pembelian produk industri militer, kedua setelah India. Musim gugur yang lalu, perusahaan Amerika Raytheon tiba-tiba mengumumkan penarikannya dari proyek terbesar untuk menciptakan sistem pertahanan udara di Arab.

Pertahanan udara ini sebelumnya diciptakan untuk melindungi dari serangan drone Yaman. Untuk tujuan ini, keluarga Al-Saud siap mengeluarkan 25 miliar dolar, atau empat puluh persen dari pendapatan tahunan perusahaan. Namun akibat kerja sama Saudi dengan Moskow dan Beijing, Raytheon kemudian memutuskan untuk berhenti memenuhi kontrak.

Krisis hubungan Amerika dan Arab Saudi terus berlanjut. Pihak berwenang Amerika hampir secara terbuka mendukung klaim para korban serangan teroris 9/11 yang menuduh otoritas Riyadh. Kedepannya, jika Partai Demokrat masih tetap berkuasa pada pemilihan bulan November di AS, maka dapat dipastikan, aliansi antara dua negara yang berjauhan ini akan berakhir sepenuhnya.