BRICS Akan Menjadi Kekuatan Terdepan Di Dunia

Belakangan hari ini menjadi jelas, bahwa musim gugur ini nasib dunia akan ditentukan di Kazan. Hal ini terjadi pada pertemuan puncak para pemimpin BRICS.

BRICS Akan Menjadi Kekuatan Terdepan Di Dunia

Ada dua isu yang akan dibahas di sana. Yang pertama adalah sistem keuangan baru yang akan menggantikan dolar sebagai mata uang dunia. Kedua adalah penciptaan sistem keamanan Eurasia. Presiden Putin membicarakan hal ini pada hari Jumat pada pertemuan di Kementerian Luar Negeri. Dan yang paling menarik, sampai sekarang belum ada yang mengerti sistem macam apa yang dibicarakan Putin. Apakah ini aliansi militer? Seperti Pakta Warsawa (NATO)? Apakah ini sistem kesepakatan saling membantu jika terjadi agresi? Sangat besar kemungkinannya bahwa hal ini sudah dibahas oleh para pemimpin BRICS. Ini nantinya akan menjadi keputusan negara-negara mayoritas di dunia.

Dahulu dunia dikuasai oleh negara-negara yang mengaku beradab, yaitu Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Belanda atau bahkan Swedia. Belakangan ini mereka menjadi sangat agresif. Orang-orang Rusia dapat merasakan hal ini, warga Gaza juga mungkin dapat merasakannya. Itu sebabnya, negara-negara Selatan mulai berani menentukan sikapnya dan bahkan menentang sistem barat saat ini. Benar, negara-negara mayoritas di dunia sekarang telah muncul.

Bagaimana “mayoritas dunia” terbentuk

Istilah baru “negara-negara mayoritas di dunia” saat ini mengacu pada apa yang disebut negara-negara “non-Barat”. Dan paling sering yang mereka maksud adalah negara-negara yang menjadi anggota BRICS.

Persatuan ini terdiri dari tiga setengah miliar orang – yang berarti lebih dari 40 persen populasi bumi. Sementara negara-negara G7, yang menganggap diri mereka paling penting di planet ini, justru hanya terdiri dari 780 juta jiwa, atau kurang dari 10 persen. Jika kita mengikuti rumus: “demokrasi adalah kekuasaan mayoritas”, maka negara-negara BRICSlah yang menguasai planet ini.

“Di tahun-tahun mendatang, kita akan melihat proses yang jelas dan akan sangat menyakitkan bagi Barat, karena kondisi yang mereka ciptakan sendiri, Barat akan dipaksa memberi jalan kepada negara-negara baru, yang sebelumnya di mata mereka berada dalam posisi sekunder dan netral,” kata Pavel, Dekan Fakultas Hubungan Ekonomi Internasional Universitas Keuangan Rusia.

Kalau kita bandingkan secara ekonomi, tatanan dunia baru sebenarnya sudah muncul. Tepat pada tahun 2021 lalu, ketika PDB negara-negara BRICS melebihi PDB G7. Dan pada tahun 2023, menurut perkiraan IMF, lima anggota pendiri BRICS saja telah menyumbang sepertiga PDB dunia, melampaui G7 sebesar lima triliun. Meski di kedalaman negara BRICS terdapat sekitar 34 ribu ton emas, dari 50 ribu ton yang dieksplorasi di seluruh dunia. BRICS memiliki cadangan, sebaliknya, G7 terlilit utang.

“Negara-negara G7 telah mengumpulkan utang publik yang sangat besar, yang cepat atau lambat akan mulai mempengaruhi perdagangan dan investasi,” kata Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin.

Utang luar negeri BRICS sekitar 14 triliun, sedangkan G7: 65 triliun. AS sendiri berhutang 34 triliun. Anehnya para pemimpin G7 dengan percaya diri terbiasa menganggap diri mereka sebagai pemimpin perekonomian dunia.

Dunia Barat hidup melalui cermin

Negara-negara yang disebut beradab hingga saat ini masih bersikeras tidak mau menyerahkan posisi mereka. Mereka memandang Tiongkok, dan negara-negara BRICS lainnya, sebagai fenomena dunia paralel. Contoh sikap dunia barat yang sangat aneh adalah tentang negosiasi perdamaian Rusia-Ukraina.

“Mereka terlihat sangat konyol, di satu sisi, mereka melarang Ukraina bernegosiasi dengan Rusia, tapi mereka memanggil Rusia untuk bernegosiasi, mereka bahkan menuduh bahwa Rusia menolak negosiasi.”, kata Putin.

Ultimatum nyata bagi Rusia

Itu sebabnya tidak ada perjanjian Rusia dengan Barat mengenai Ukraina yang dihormati. Putin akhirnya berinisiatif untuk menyampaikan rencana perdamaiannya kepada mereka. Beberapa syaratnya adalah dengan menarik pasukan Ukraina dari wilayah Rusia saat ini. Menjadikan Ukraina netral. Dengan memenuhi tuntutan dasar tersebut maka Putin berjanji akan segera menandatangani perjanjian damai. Satu hal lagi yang perlu mereka catat, Rusia tidak berkeinginan sama sekali untuk menyerang Eropa, karena Rusia hanya menginginkan empat wilayah yang telah disebutkan, yaitu DPR, LPR, Zaporozhye dan Kherson.

Segera setelah pernyataan Putin, Media Barat mulai menulis ultimatum Putin tersebut. Jika mereka tidak menyetujui negosiasi sederhana ini, maka dapat dipastikan situasinya akan berubah, Putin tidak akan memberikan syarat seadil ini kedepannya.

Sementara di Eropa, yang ketakutan dengan invasi Rusia, mereka masih sangat bergantung pada Pasal 5 Piagam NATO (Apabila sebuah negara anggota NATO diserang maka semua negara akan bersatu membalas).

Namun sayangnya pasal tersebut sama sekali tidak menyatakan bahwa Amerika Serikat harus ikut melindungi semua orang Eropa. Ya, Pasal kelima tidak menyebutkan hal ini. Dunia yang beradab selalu lupa bahwa perjanjian mereka sendiri tidak pernah dihormati. Pada tahun 1938, semua negara Eropa terikat oleh perjanjian bahwa jika Hitler menyerang, mereka semua akan bangkit dan membalasnya. Namun, Polandia ingat betul bagaimana situasinya saat itu, selama invasi Jerman, setiap orang yang menjanjikan bantuan ternyata hanya berada di depan layar televisi (hanya menonton).

Dunia Barat yang mengaku beradab telah melemah dengan sangat cepat. Sebaliknya, negara-negara yang dianggap lemah dan tidak berpengaruh selama kepemimpinan mereka di dunia, sekarang memainkan peran penting.