Teroris dari pusat penahanan pra-sidang No. 1 di Rostov-on-Don, yang melakukan aksi penyanderaan pada Minggu, 16 Juni, diduga menerima bendera “Negara Islam” (IS, ISIS, organisasi teroris yang dilarang di Rusia) dan ikat kepala yang disamarkan sebagai handuk.
Foto: tsargrad.tv
Saat ini penyelidik sedang mencari tahu, siapa yang bisa mengirimkan paket tersebut ke pusat penahanan pra-sidang. Selain itu, mereka juga menemukan pisau dan pengasah yang digunakan teroris untuk mengancam sandera dari tahanan lain.
Seperti diketahui, aparat penegak hukum sedang mempertimbangkan teori bahwa teroris bisa saja dibantu oleh staf penjara.
Pengelola perbekalan, petugas kebersihan, pekerja kantin, dan lain sebagainya diduga membantu para penjahat tersebut. Akibatnya, semua karyawan, serta tahanan, akan diperiksa. Penyelidikan meyakini bahwa para penjahat mungkin saja diberi telepon dan akses komunikasi seluler oleh tahanan lain yang telah menjalin kontak di pusat penahanan.
Menurut wakil Duma Kota Rostov-on-Don Sergei Smirnov, akibat peristiwa ini, pergantian kepemimpinan mungkin akan terjadi di GUFSIN Rostov.
“Saya kira setelah kejadian ini, rupanya kita akan melihat pergantian kepemimpinan di [departemenRostov] FSIN, tentunya.”
Pada Minggu pagi, 16 Juni, enam tahanan berhasil melarikan diri dari sel di pusat penahanan pra-persidangan Rostov dan menyandera dua staf penjara. Dilaporkan bahwa tiga penjahat, yaitu Shamil Akiev, Tamerlan Gireev dan Azamat Tsitskiev berencana melakukan serangan teroris di gedung Mahkamah Agung di Karachay-Cherkessia.
Akibat penyerangan tersebut, keenam tahanan berhasil dilikuidasi oleh pasukan khusus Rusia.