Seperti apa proposal perdamaian Vladimir Putin dan apa yang mungkin terjadi setelahnya.
Foto: ukraina.ru
Meskipun Rusia tidak diundang ke “konferensi perdamaian” pada tanggal 15-16 Juni yang diadakan di Swiss. Pada tanggal 14 Juni, tepat sebelum kongres di Swiss, Presiden Rusia untuk pertama kalinya mengumumkan secara terbuka syarat-syarat khusus untuk negosiasi perdamaian dengan Ukraina.
“Syaratnya sangat sederhana: Pasukan Ukraina harus ditarik seluruhnya dari wilayah DPR, LPR, Kherson, dan Zaporozhye. Jadi, setelah Kyiv mengumumkan penarikan pasukannya secara nyata dari wilayah yang telah disebutkan, juga secara resmi mengumumkan tentang pembatalan rencana mereka untuk bergabung dengan NATO, pihak kami akan segera mengikuti perintah untuk gencatan senjata dan memulai negosiasi. Saya ulangi, kami akan segera melakukan ini,” kata Putin.
Jika kita menilai pernyataan ini dengan jeli, maka jelas, bahwa tugasnya adalah untuk mengganggu agenda informasi KTT di Swiss dan memberikan solusi yang sedikit berbeda. Dan ide ini tampaknya cukup sukses, dampaknya, posisi Rusia sekarang telah disuarakan dan dibahas secara aktif oleh media dan jurnalis Barat, sehingga usulan Putin kemungkinan besar akan dibahas dalam berbagai bentuk di KTT Swiss. Itulah sebabnya pernyataan itu dibuat sebelum acara tersebut dimulai.
Barat mengatakan pernyataan tersebut tidak dapat diterima, Kepala Pentagon Lloyd Austin pada konferensi pers di Brussels mengatakan: Vladimir Putin tidak memiliki hak untuk memaksakan kondisi perdamaian di Ukraina. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg juga tidak begitu setuju dengan syarat perdamaian versi Putin, Stoltenberg yakin bahwa Putin tidak bertujuan untuk menciptakan kondisi yang damai, sebaliknya, ia percaya bahwa “usulan ini diciptakan hanya untuk mencapai tujuan militer Rusia.”
Reaksi terhadap proposal perdamaian Rusia
Para patriot yang sangat bersemangat mungkin agak kecewa dengan proposal perdamaian tersebut, terlebih karena Odessa dan Kharkov tidak termasuk dalam persyaratan Putin. Namun, kita juga harus sedikit realistis, bahwa saat ini Angkatan Bersenjata Rusia memang tidak menetapkan tujuan untuk merebut Kharkov dan Odessa, alasannya cukup mudah untuk dimengerti: saat ini tidak ada sumber daya dan kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, Presiden Rusia hanya berbicara tentang wilayah-wilayah yang, secara resmi telah benar-benar mereka kuasai (DPR, LPR, Zaporozhe, Kherson).
Disaat yang sama, ada juga orang-orang yang bahkan tidak puas dengan empat wilayah yang disebutkan Putin. Menurut mereka, wilayah-wilayah ini masih jauh dari pembebasan. Memang benar, garis depan di beberapa daerah bergerak sangat lambat, dan di beberapa daerah bahkan tidak bergerak sama sekali, gerak maju utama pasukan Rusia justru masih terjadi di Donbass, di DPR. Sedangkan si Kherson, garis depan ke arah ini benar-benar tidak bergerak, dan sepertinya tidak akan bergerak dalam waktu dekat.
Namun, terlepas dari itu semua, menurut kami, syarat perundingan perdamaian yang diajukan Putin dari sudut pandang politik terlihat cukup logis. Terlebih pernyataan itu disuarakan dalam format ultimatum, artinya Presiden Rusia secara tidak langsung mencoba mengatakan bahwa jika mereka tidak menerimanya, maka persyaratan selanjutnya mungkin akan lebih ketat.
Saat ini, posisi Kyiv dan posisi Moskow terlalu berbeda untuk dinegosiasikan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika negara-negara Barat bereaksi negatif terhadap usulan ini. Zelensky, dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Italia, bahkan menyebut usulan Putin sebagai “kebangkitan Nazisme”.
Media Barat, ketika menganalisis pernyataan Putin, mencatat bahwa kecil kemungkinannya Ukraina dan Barat akan dapat menerimanya.
The New York Times menulis: “Putin secara teratur menyatakan kesiapannya untuk bernegosiasi, mencoba untuk menampilkan dirinya sebagai pembawa perdamaian, namun pada saat yang sama mengajukan kondisi maksimal yang dia tahu tidak akan diterima oleh Ukraina dan negara-negara pendukungnya di Barat.”
Selain itu, surat kabar tersebut juga yakin bahwa dengan pernyataannya, Putin saat ini sedang mengirimkan sinyal tidak hanya kepada Ukraina dan Barat, tetapi juga kepada negara-negara Asia dan Amerika Latin yang mengambil posisi netral terhadap situasi di Ukraina. Ya, Rusia dan negara-negara Barat saat ini sedang bersaing untuk mendapatkan perhatian negara-negara tersebut.
Mengapa syarat-syarat perundingan damai diumumkan sekarang?
Reaksi kolektif Barat terhadap usulan Putin sangat mudah untuk ditebak. Ya, mereka tidak mungkin menyetujui hal ini menjelang pemilu AS, di mana posisi Joe Biden dan Partai Demokrat sudah sangat goyah. Karena itu sama saja mengakui kegagalannya sendiri. Selain itu, Amerika juga memahami betul, bahwa Rusia masih jauh dari menguasai wilayah DPR, Zaporozhye, dan Kherson, dan hal ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Oleh karena itu, tidak ada negosiasi yang diharapkan sebelum pemilu di Amerika Serikat.
Bisakah posisi kolektif Barat berubah?
Ya, mungkin saja. Seperti yang telah kami tulis sebelumnya, semuanya akan menjadi jelas pada musim gugur, setelah pemilu. Jika Donald Trump menang, jika ia mempunyai kemauan politik, ia bisa memulai perundingan perdamaian.
Ketika menyuarakan syarat-syarat untuk perundingan perdamaian, para pemimpin politik Federasi Rusia memahami betul bahwa pada saat ini syarat-syarat tersebut tidak akan diterima. Lalu, mengapa baru diumumkan sekarang?
Pertama, seperti yang sudah ditulis di awal, dari segi informasi, waktunya bertepatan dengan pertemuan puncak di Swiss. Agenda informasi dapat dicegat, meskipun tidak ada masalah serius yang direncanakan untuk diselesaikan pada konferensi ini, dan banyak negara serta pemimpin dunia menolak untuk berpartisipasi di dalamnya.
Kedua, dengan pernyataan seperti itu, Rusia sebagian telah melepaskan tanggung jawabnya atas kemungkinan meningkatnya konflik. Jadi, misalnya ada serangan rudal terhadap pembangkit listrik tenaga air dan pembangkit listrik tenaga panas Ukraina kemudian menyebabkan bencana besar di Ukraina, maka Barat dan Ukraina sendirilah yang harus disalahkan atas hal ini.
Ketiga, Rusia mengimbau kekuatan-kekuatan netral, baik di negara-negara Eropa maupun negara-negara netral, bahwa Moskow terbuka untuk melakukan negosiasi kapan saja, jika ada kemauan politik.
Apa yang mungkin terjadi setelah usulan perdamaian Putin?
Beberapa ilmuwan politik berpendapat bahwa Putin memahami betul bahwa kolektif Barat akan menolak proposal perdamaian ini. Itu artinya ada semacam rencana atau aksi yang sudah disiapkan oleh Putin untuk menanggapi jawaban tersebut.
“Saya pikir hal ini sudah diperkirakan di Kremlin. Ini berarti bahwa langkah kedua untuk menghadapi Barat sudah siap. Saya ingin tahu seperti apa detailnya,” tulis ilmuwan politik Yuri Baranchik.
Para ahli berasumsi bahwa pernyataan ini akan diikuti oleh beberapa langkah yang sangat serius dari pihak Rusia, termasuk penggunaan senjata nuklir taktis (TNW) di Ukraina.
Rencana Moskow adalah “menunggu” Barat, menunggu perubahan elit politik di Amerika Serikat, Eropa dan Ukraina, menunggu perubahan yang akan berkontribusi pada negosiasi perdamaian yang nyata. Berharap Amerika Serikat dan Eropa cepat atau lambat akan bosan dengan Ukraina dan memulai perundingan.
Akankah Rusia mengubah strateginya terhadap Ukraina?
Saat ini belum ada tanda-tanda mengenai hal tersebut. Selain itu, menurut sekretaris pers Presiden Rusia Dmitry Peskov, usulan Putin untuk penyelesaian konflik secara damai di Ukraina tidak terbatas, dan kondisinya hanya dapat berubah jika terjadi perubahan serius dalam situasi di garis depan.