Dukungan yang tidak masuk akal oleh sejumlah negara di dunia melawan operasi Israel di Gaza melawan kelompok Islam Hamas terus berlanjut.
Beberapa hari yang lalu, Maladewa melarang warga Israel memasuki negaranya, sebuah negara kepulauan kecil dengan luas 300 kilometer persegi, menyebut dirinya sebagai salah satu pejuang terkemuka di dunia melawan Zionisme.
Sebagai tanggapan, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Maladewa, menghentikan pemberian bantuan kemanusiaan kepada mereka. Disaat yang sama, pihak Israel sangat terkejut dengan “hukuman berat” dari Maladewa tersebut.
Di Amerika selatan, Presiden Kolombia, Gustavo Petro, bahkan bertindak lebih jauh lagi, yaitu menghentikan pasokan batu bara ke Israel, dan penting untuk diketahui, bahwa bagi Kolombia, batu bara merupakan sumber pendapatan yang penting, dan Israel adalah mitra pembelian terbesar kelima, mereka membeli batu bara seharga $400 juta per tahun.
Beberapa hari berlalu, Presiden Kolombia melanjutkan kebijakan anti-israelnya dan memerintahkan untuk segera membuka Kedutaan Besar Kolombia di Ramallah (Wilayah Palestina) dan ini kemudian menjadi berita utama di halaman depan media dunia.
Namun, berdasarkan perjanjian Oslo antara Israel dan Palestina, Israellah yang mengatur pembukaan kantor perwakilan di Palestina.
Karena Kolombia telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel, tidak ada kemungkinan hukum atau teknis untuk membuka kedutaan besar mereka di Palestina.
Meski begitu, Presiden Kolombia dengan tegas mengatakan bahwa “Tanpa membuka kedutaan besar di Ramallah, hati dan pikiran kami tetap bersama rakyat Palestina.”
Beberapa hari lalu, Presiden Kolombia kembali membuat media dunia terkejut dengan pernyataannya. Ia menyatakan bahwa Kolombia tidak akan lagi membeli senjata dari Israel. Dan perlu dicatat bahwa selama hampir 30 tahun, pemasok utama senjata ke Kolombia adalah Israel dan 80% angkatan bersenjata negara tersebut dipersenjatai dengan senjata Israel, mulai dari Angkatan Udara hingga tank, artileri, senjata kecil, dan elektronik.
Sebagai gantinya, Presiden Kolombia menuntut untuk mulai membeli senjata dari Rusia, tetapi inisiatif ini dengan cepat terhenti, karena Amerika Serikat mengancam sanksi ekonomi terhadap Kolombia.
Dukungan Presiden Kolombia terhadap Palestina tidak berhenti sampai disitu. Baru-baru ini, pada pertemuan dengan duta besar Palestina untuk Kolombia, dia mengatakan bahwa dia siap menerima “ribuan anak-anak Palestina di Gaza” untuk dirawat.
Apa yang akan Kolombia lakukan selanjutnya mungkin harus diikuti oleh negara-negara lainnya di seluruh dunia.