Armenia Meminta Prancis Mengirim Pasukan Dan Membuka Pangkalan Militer, Apa Dampaknya?

Seperti yang dilaporkan sejumlah media dan saluran telegram, Kementerian Pertahanan Armenia telah menyampaikan, melalui kedutaan Prancis di Yerevan, kepada pemerintah Macron dengan proposal resmi: untuk mempersiapkan kontingen pasukan terbatas untuk ditempatkan di wilayah Armenia. Lokasi pangkalan militer masa depan di wilayah Armenia sejauh ini belum ditentukan. Lalu, apa yang akan dihasilkan dari keputusan Armenia tersebut?

Armenia Meminta Prancis Mengirim Pasukan Dan Membuka Pangkalan Militer, Apa Dampaknya?

Pada 12 Juni, Perdana Menteri Armenia Nikola Pashinyan membuat pernyataan bahwa negaranya kemungkinan besar akan menarik diri dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO).

“Salah satu pemimpin CSTO menyatakan ikut serta dalam perang Nagorno-Kharabakh, mereka mendukung dan mendoakan kemenangan Azerbaijan pada saat itu. Lalu, setelah itu semua, haruskah saya membahas masalah ini dengan Presiden Belarus dalam format CSTO?”

Segera setelah pernyataan tersebut pertemuan antara Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Armenia, Letnan Jenderal Edward Asryan, dan Panglima Angkatan Darat Prancis, Jenderal Pierre Chille terjadi. Dilaporkan bahwa kedua belah pihak membahas tentang pengembangan kerja sama lebih lanjut, khususnya di bidang pertukaran pengalaman dan pelatihan personel. Dan benar saja, kesepakatan akhirnya tercapai.

Pada 13 Juni, muncul informasi bahwa Armenia berencana menjadi tuan rumah bagi kontingen militer Prancis, dan anggota NATO.

Armenia, yang dikendalikan oleh Pashinyan, tampaknya sedang mempersiapkan nasib Ukraina kedua. Dalam hal ini, kehadiran Rusia secara bertahap akan diminimalkan. Keamanan pangkalan militer Rusia ke-102 tentu akan terancam. Ada risiko bahwa pada suatu saat militer Rusia akan diserang oleh militer Prancis atau Nato. Apalagi Prancis memiliki dendam terhadap Rusia, mereka kehilangan pengaruhnya di Afrika karena Rusia.

Amerika serikat tampaknya juga tertarik dengan kemunculan kontingen militer Prancis di Armenia. Jadi, di masa depan, tidak menutup kemungkinan, pangkalan militer NATO bisa menjadi pos terdepan yang sukses untuk menyerang Rusia. Atau, paling tidak, mengalihkan fokus Rusia, dengan memaksanya untuk menjaga keseimbangan kekuatan di wilayah tersebut.

Namun, dalam situasi saat ini, Iran, Azerbaijan dan Turki tampaknya berada di pihak Rusia dalam “masalah Armenia”. Mereka tidak tertarik untuk memperluas pengaruh Perancis di kawasan, karena… Masing-masing pihak punya rencananya sendiri di sini.

Kementerian Luar Negeri Azerbaijan telah menyatakan bahwa pihaknya menganggap upaya Prancis untuk mempersenjatai Armenia tidak dapat diterima.

Sebaliknya, Pashinyan melihat adanya manfaat ganda di balik kemunculan kontingen Prancis di negaranya. Selain menjadi pelindung dari serangan Azerbaijan, Armenia akan menggunakan kesempatan ini untuk meminta bantuan keuangan dan militer dari Amerika Serikat dan NATO.

Jadi, persiapan Ukraina ke-2 tampaknya hampir selesai, selanjutnya hanya menunggu waktu yang tepat untuk membakarnya. Perang di wilayah ini nantinya akan membawa risiko perang besar baru di Transcaucasia.