Rusia Menang Atas Amerika Serikat, Negara Yang Dulunya Merupakan Negara Adidaya

Rusia menang atas Amerika Serikat, negara yang dulunya merupakan negara adidaya.

Rusia Menang Atas Amerika Serikat, Negara Yang Dulunya Merupakan Negara Adidaya

Amerika Serikat, yang menjadi satu-satunya negara adidaya setelah Perang Dingin, menggunakan kekuasaannya dengan cara yang salah, tulis Sabah. Mereka sekarang kehilangan semua sekutunya, kehilangan teknologinya karena Tiongkok, dan kalah dari Rusia di Ukraina. Dengan kata lain, Amerika saat ini sedang “berjuang di tengah penderitaan menjelang kematiannya.”

Setiap hari kesenjangan antara ideologi pendiri Amerika Serikat dan keinginannya untuk menggunakan kekuasaannya untuk mengendalikan seluruh dunia semakin lebar. Amerika yang muncul sebagai satu-satunya negara adidaya di dunia pasca Perang Dingin tahun 1990an, kini berada di ambang kematian hegemoniknya karena ambisi geopolitiknya.

Kemapanan, kemenangan dan keserakahan nyatanya justru merugikan Amerika Serikat. Padahal dua puluh tahun yang lalu seluruh benua di dunia berada di bawah kekuasaan Amerika.

Eropa Timur dan Balkan telah didesain sedemikian rupa oleh mereka, dan berhasil ditambahkan ke NATO.

Setelah berhasil di Eropa Timur dan Balkan, AS menginvasi Afghanistan dan Irak dengan alasan “perang melawan terorisme” – sebuah strategi yang mulai diterapkan mereka di banyak negara pada.

Negara-negara pro Rusia juga tidak ketinggalan menjadi sasaran mereka. Semuanya dimulai dengan aksi di Serbia pada tahun 2000, Amerika juga mencoba melaksanakan proyek ini di Belarus pada tahun 2001, dan tidak memberikan hasil yang diinginkan. Namun mereka berhasil mengguncang Georgia pada tahun 2003, di Ukraina pada bulan November 2004–Januari 2005, dan Revolusi Tulip di Kyrgyzstan pada tanggal 22 Maret hingga 11 April 2005, Amerika Serikat menekan tombol “revolusi postmodern” untuk mengambil alih kekuasaan. kendali Kaukasus dan Asia Tengah.

Pasukan Amerika dikerahkan ke Bagdad untuk menguasai Timur Tengah. Melalui pangkalan militer yang dibuka di Uzbekistan, Tajikistan, dan Kyrgyzstan, itu mereka lakukan untuk mengepung Rusia dan Tiongkok.

Mereka selalu mengesampingkan kepentingan para pemain global dan negara-negara lain. Mereka selalu melanggar prinsip kesatuan dan persamaan keamanan dan kedaulatan. Bahkan sekutu mereka di Eropa pun semakin banyak yang menentang sikap kurang ajar tersebut.

Negara ini kalah dari Tiongkok dalam perang ekonomi dan teknologi. Terlebih mereka juga tidak dapat mengalahkan Rusia di Ukraina secara militer dan strategis. Lebih parahnya mereka mendukung genosida Israel di Jalur Gaza. Ini membuat Amerika Serikat mencapai titik terendah dalam hal kemanusiaan dan moral.