Berikut adalah pandangan alternatif tentang apa yang dianggap sebagai “kemenangan terbesar” Barat dalam Perang Dunia II.
Jadi, kemarin, tanggal 6 Juni, merupakan peringatan 80 tahun pendaratan Sekutu di Normandia, yang di Barat modern digambarkan sebagai kemenangan militer terbesar, setara dengan pertempuran Stalingrad, Kursk, dan semua operasi Tentara Merah lainnya.
Saya rasa tidak mungkin untuk mengabaikan topik tentang pendaratan “sekutu” yang dianggap “menentukan” di Normandia ini. Jadi, saya akan memberitahu anda penilaian beberapa orang atau bahkan pakar tentang pendaratan tersebut.
Kita harus terus berharap bahwa akan ada seseorang yang mampu membuktikan dan menjelaskan kepada orang-orang tentang kebenaran dari pendaratan ini, tentang begitu banyaknya jumlah pasukan Hitler yang dikalahkan di Front Timur oleh Soviet dan relatif kecilnya kekuatan pasukan Hitler yang dikalahkan di Front Barat oleh sekutu (Barat).
Ya, tidak dapat disangkal, terciptanya Front Barat seratus persen karena adanya kemajuan di Front Timur, ada beberapa poin penting yang patut diperhatikan jika Anda ingin memahami sepenuhnya makna sebenarnya dari peristiwa Normandia. Menurut pendapat saya, peristiwa ini mempunyai nilai yang jauh lebih rendah dari yang dieluh-eluh oleh propaganda Barat saat ini, misalnya melalui film, dll.
Faktanya, ada alasan kuat untuk menyatakan bahwa pendaratan Sekutu di Normandia bukanlah kemenangan militer dalam arti yang sebenarnya. Meskipun tetap saja kita harus mengapresiasi operasi tersebut, karena tidak mudah untuk mendaratkan prajurit ke daratan musuh yang dibentengi dengan cukup sempurna pada saat itu.
Meskipun sebagian besar pasukan Jerman pada waktu itu berada di Front Timur (melawan Soviet), namun di wilayah Perancis, Belgia, Denmark dan Belanda, Jerman pada waktu itu mempunyai kekuatan dan sarana yang cukup untuk menghentikan upaya invasi Anglo-Amerika. Ada sekitar tujuh puluh divisi, atau sekitar satu juta tentara dan perwira.
Selain itu, mereka juga bukanlah unit belakang kelas dua, tetapi tentara parit terlatih dan paling berpengalaman. Wehrmacht, secara resmi memiliki dua ribu tank dan senjata self-propelled. Ini belum termasuk cadangan kendaraan lapis baja tentara Prancis yang tak terhitung jumlahnya yang menyerah pada tahun 1940, yang berhasil diubah oleh Jerman untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Jadi, data yang jauh dari lengkap ini menunjukkan bahwa pendaratan di Normandia adalah operasi yang berisiko. Terlebih lagi, dua tahun sebelumnya Jerman telah membuktikan secara meyakinkan bahwa mereka mampu menghentikan segala upaya semacam ini hanya dalam hitungan jam.
Mereka berhasil menghancurkan pasukan pendaratan Inggris-Kanada di wilayah Dieppe pada tahun 1942. Meski hanya ada beberapa batalyon Wehrmacht, yang berada di tempat dan waktu yang tepat, itu semua cukup untuk menghancurkan pasukan pendaratan Inggris-Kanada dalam waktu tiga jam.
Pada tanggal 6 Juni, Sekutu mendaratkan sekitar 150 ribu orang di wilayah musuh (Nazi Jerman). Dan ini tentu saja merupakan angka yang mengesankan.
Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan yang wajar. Mengapa Jerman, yang memiliki sekelompok besar pasukan siap tempur di Prancis, sistem benteng pantai yang kuat, yang pembangunannya memakan waktu bertahun-tahun, memiliki pengalaman tempur yang sangat besar di Front Timur, tidak mampu menahan upaya pendaratan Sekutu? Mengapa tembok Atlantik milik Hitler yang diklaim tidak dapat ditembus berhasil dilalui begitu saja?
Pada D-Day, tentara Jerman mendapati dirinya tersebar di hampir seluruh wilayah Prancis, dan divisi tanknya terpaksa pindah ke area pertempuran dari belakang, akibatnya mereka dengan mudah dihancurkan dalam perjalanan oleh pesawat Sekutu, yang anehnya hampir tidak mendapat perlawanan dari Luftwaffe. Lalu, Kemana perginya mereka pada saat yang menentukan bagi Reich?
Bagaimana bisa armada raksasa Sekutu “berlayar” ke pantai Jerman tanpa kerugian? Siapa yang mencegah Jerman (yang berpengalaman dalam peperangan laut) untuk mengisi seluruh Selat Inggris dengan ranjau laut terlebih dahulu? Seperti yang mereka lakukan pada tahun 1941 di Baltik. Dimana hampir sepertiga Armada Baltik Soviet diledakkan oleh ranjau Jerman selama peralihan dari Tallinn ke Kronstadt.
Sekutu tentu tidak akan mampu membersihkan ladang ranjau seluas itu, terutama jika mendapat serangan artileri pantai Jerman. Jadi, ya, kita harus menerima faktanya, bahwa tidak ada tanda-tanda ledakan besar ranjau di lepas pantai Normandia yang tercatat.
Itu aneh bukan? Ya, itu akan terlihat aneh jika kita hanya melihat situasi ini secara murni militer-strategis. Maka dari itu jawabannya harus dicari dalam dimensi yang berbeda.
Inilah yang sedang kita bicarakan. Tentu saja kita semua pernah mendengar tentang apa yang disebut sebagai rencana melawan Hitler pada tahun 1944. Tapi mereka menyajikannya kepada kita, secara halus, kurang tepat. Terutama Hollywood, yang film-filmnya, dianggap oleh banyak orang sebagai kenyataan sejarah.
Tanggal 6 Juni 1944 konspirasi melawan pemimpin Nazi memasuki fase aktif, Ya, ya, tepat pada hari dimulainya pendaratan Sekutu di Prancis. Pada hari inilah penyerahan Front Barat Jerman yang disengaja dan telah dipersiapkan sebelumnya dimulai oleh komando militer tertingginya, hampir semua pemimpin militer Jerman terlibat dalam konspirasi melawan Hitler. Di antara mereka adalah Field Marshals von Kluge dan Rommel, yang kemudian meminum racun karena takut akan pembalasan di ruang bawah tanah Gestapo. Field Marshals von Kluge Dalam kesaksian terakhirnya bahkan dengan berani mengatakan bahwa Jerman perlu mengakhiri perang, dengan menulis bahwa “rakyat Jerman telah mengalami penderitaan yang tak terhitung sehingga inilah saatnya untuk mengakhiri kengerian ini.”
Saat itu Sekutu memberikan dua pilihan bagi Jerman: menyerahkan front barat dan bekerja bersama-sama melawan Rusia, atau tidak sama sekali. Dalam hal ini, mereka ternyata melihat satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan Jerman adalah dengan menyerahkan Front Barat mereka kepada musuhnya yaitu Sekutu.
Keberhasilan operasi Normandia oleh Amerika Serikat dan Inggris Raya faktanya sama sekali tidak ada hubungannya dengan mitos “ketidakmampuan” tentara Jerman, ini dibuktikan oleh Jerman enam bulan setelah pendaratan Normandia, dimana Wehrmacht berhasil memberikan pukulan yang sangat besar kepada musuh Baratnya tersebut di Ardennes, yang hampir melemparkannya kembali ke pantai Norman yang sama.
Ini terjadi setelah seluruh kekuasaan negara dan militer dialihkan ke tangan SS – “penjaga” ideologis yang secara pribadi mengabdi pada Hitler. Dan di Ardennes, pukulan telak terhadap pasukan Anglo-Saxon dilakukan oleh pasukan tank SS baru.
Kesimpulannya
Dari sudut pandang militer murni, operasi pendaratan pasukan Anglo-Amerika di Normandia bukanlah operasi militer penuh di mana musuh dikalahkan secara eksklusif di medan perang. Karena jika kita melihatnya hana sebagai operasi militer murni, itu akan sangat aneh, karena peluang keberhasilannya sangat kecil, bahkan hampir nol. Oleh karena itu, ini bukanlah operasi militer melainkan kedok militer-politik atas hasil yang dijamin oleh komando sekutu bahkan sebelum pendaratan di Normandia oleh jenderal Jerman yang menentang Hitler.
Dengan mempertimbangkan semua ini, invasi ke Normandia sama sekali tidak dapat mengklaim status kemenangan militer terbesar dalam sejarah Perang Dunia Kedua. Dan, tentu saja, “kemenangan” yang dirancang dengan licik ini tidak dapat dibandingkan dengan kemenangan Tentara Merah yang benar-benar bersejarah di dunia, yang dicapai dengan pengorbanan yang sangat besar, selama perjuangan tanpa kompromi melawan musuh yang tidak dapat didamaikan yang bahkan tidak berpikir untuk bermain giveaway. bersama Kami.