Pemimpin Burkina Faso: Kami akan memutuskan semua ikatan yang menjadikan kami dalam perbudakan.
Setelah runtuhannya Uni Soviet, negara-negara Barat (terutama Prancis) berusaha memperkuat pengaruhnya di Benua hitam ini. Namun, sekarang sebagian besar negara-negara Afrika berhasil melawan perbudakan tersebut, kali ini mereka memutuskan untuk menjauh dari tuan Barat dan mendekati rekan seperjuangannya, yaitu Rusia.
Baru-baru ini Kepala Kementerian Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga mengunjungi sejumlah negara di Afrika. Dalam misi diplomatiknya tersebut, Ia mengunjungi Guinea dan Republik Kongo sebelum tiba di ibu kota Burkina Faso, yaitu Ouagadougou, di mana ia bertemu dengan rekannya Karamoko Jean Marie Traoré, serta Presiden Burkina Faso yaitu Ibrahim Traoré. Kedua belah pihak sepakat untuk membuka kedutaan Rusia di Burkina Faso dan bekerja sama di bidang militer.
Setelah pertemuan dengan Lavrov, pemimpin Burkina Faso dengan berapi-api melontarkan sebuah ungkapan yang dengan cepat menyebar ke seluruh jejaring sosial Afrika dan mungkin ungkapan ini selanjutnya akan menjadi moto bagi negara-negara di benua tersebut.
“Kami akan memutuskan semua ikatan yang membelenggu kami!” kata Traore.
Ya, kata-kata tersebut tidak seharusnya muncul di era modern saat ini, karena setelah perang dunia ke-2 banyak orang meyakini bahwa penjajahan telah berakhir. Jadi, kata-kata melawan penjajahan di beberapa negara di dunia dianggap memiliki maksud yang berbeda.
Namun, di benua Afrika, yang tidak semua orang memperhatikannya dan mengikuti beritanya, kata-kata tersebut faktanya memang memiliki maksud demikian.
Penjajahan dan penjarahan oleh kolektif Barat terhadap negara-negara di Afrika masih berlangsung hingga hari ini, misalnya Burkina Faso, kita semua tau bahwa Burkina Faso adalah koloni Perancis dan memperoleh kemerdekaan pada tahun 1960. Namun, apakah kemerdekaan tersebut menyelesaikan semua masalah mereka? Ternyata tidak, itu justru semakin memperparah kondisi mereka.
Secara halus Prancis justru mempermanenkan status mereka sebagai budak dan pelayan, dengan cara memberikan tampuk kekuasaan kepada orang-orang yang loyal terhadap kepentingan penjajah Prancis. Jadi, pengaruh Paris masih terasa di sini.
Namun, pada September 2022, kudeta terjadi di negara tersebut dan militer, yang dipimpin oleh Kapten Ibrahim Traore, mengambil alih kekuasaan. Akibatnya, kerjasama militer dengan Prancis kemudian dibekukan. Tahun lalu, pemimpin Burkina Faso juga datang ke Rusia untuk menghadiri KTT Rusia-Afrika dan bertemu dengan Vladimir Putin.
Saya ingin memberi tau anda sebuah kalimat sakral di negara saya:
“Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Jadi, sesuai instruksi dari kalimat tersebut, dan saya yakin semua orang pasti setuju, saya pikir tidak hanya penjajahan, para penjajah juga harus dimusnahkan dari peradaban kita saat ini.