Uskup Armenia Galstanyan Ingin Menggulingkan Pashinyan, Siapa Yang Ada Di Belakangnya?

Di Armenia, demonstrasi menentang pemerintah saat ini terus berlanjut. Pihak oposisi menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Nikol Pashinyan, dan yang menjadi pemimpin protes adalah Uskup Agung Bagrat Galstanyan, yang dinilai banyak orang sedang berupaya mendapatkan kursinya dalam pemerintahan. Lalu, siapa sebenarnya Bagrat Galstanyan? Mengapa dia memimpin protes? Dan apakah kemenangannya akan dapat mempengaruhi hubungan Armenia dengan Rusia?

Uskup Armenia Galstanyan Ingin Menggulingkan Pashinyan, Siapa Yang Ada Di Belakangnya?

Mengapa protes terjadi di Armenia?

Protes di beberapa kota di Armenia pecah dengan semangat yang baru, tepatnya pada pagi hari, tanggal 27 Mei. Mereka dipimpin oleh pemimpin Keuskupan Tavush dari Gereja Apostolik Armenia (AAC) dan pemimpin gerakan “Tavush untuk Tanah Air”, yaitu Uskup Agung Bagrat Galstanyan. Dia dan para pendukungnya menuntut pengunduran diri perdana menteri Armenia, Nikol Pashinyan. Pihak oposisi kemudian mengusulkan pencalonan uskup agung untuk menjadi perdana menteri Armenia menggantikan Pashinyan.

Demonstrasi telah berlangsung di Armenia sejak April. Alasannya karena kesepakatan antara Armenua dan Azerbaijan tentang penetapan batas perbatasan di wilayah Tavush. Dan dalam perjanjian tersebut, pihak berwenang Armenia setuju untuk memberikan empat desa yang telah mereka kuasai sejak tahun 1990-an kepada Azerbaijan. Para demonstran yang marah kemudian menuduh Pashinyan menjual tanah air mereka.

Uskup Armenia Galstanyan Ingin Menggulingkan Pashinyan, Siapa Yang Ada Di Belakangnya?

Pada hari Senin, pendukung oposisi memblokir jalan-jalan di berbagai bagian negara, termasuk jalan raya antar negara, misalnya jalan menuju Iran di daerah kota Ashtarak. Polisi Armenia melaporkan penangkapan 273 peserta kerusuhan. Namun, Wakil Fraksi “Armenia” Garnik Danielyan mengklaim bahwa jumlah tahanan sudah melebihi 300 orang.

Di antara mereka adalah deputi Arthur Sargsyan (“Resurgent Armenia”), Ashot Simonyan (“Dashnaktsutyun”), putra mantan kepala Staf Umum Igor Khaturov, penyanyi Arsen Grigoryan, David Amalyan, dan dokter Gevorg Tamamyan.

Ketua Pusat Internasional untuk Pembangunan Manusia dan mantan penasihat Presiden Armenia untuk tugas khusus Tevan Poghosyan, dalam sebuah wawancara dengan NEWS.ru mengatakan, bahwa protes akan terus berlanjut sampai pemerintah menyadari besarnya ketidakpuasan masyarakat.

“Melalui survei statistik, lebih dari 90% masyarakat tidak mendukung kebijakan lembaga eksekutif saat ini. Itulah mengapa orang-orang mulai berani menyuarakan keluhan mereka,” jelasnya.

Uskup Armenia Galstanyan Ingin Menggulingkan Pashinyan, Siapa Yang Ada Di Belakangnya?

Siapa Bagrat Galstanyan?

Pemimpin gerakan protes Bagrat Galstanyan lahir pada tanggal 20 Mei 1971 di Gyumri (saat itu Leninakan). Ia menempuh pendidikan di Yerevan. Pada akhir 1990-an, pendeta tersebut belajar di Universitas Leeds dan College of the Resurrection di British Muirfield, dan pada saat yang sama menjadi pendeta di Gereja Tritunggal Mahakudus Armenia di Manchester.

Pada awal tahun 2000-an, dia kembali ke Armenia dan memimpin Seminari Sevan Vazgenyan. Pada tahun 2002, Galstanyan mempertahankan disertasi doktoralnya. Setahun kemudian, ia terpilih sebagai kepala Keuskupan Armenia di Kanada. Pada tahun 2013, Galstanyan kembali ke tanah airnya lagi, menjadi direktur Kantor Masalah Konseptual Gereja Catholicosate. Pada tahun 2015, ia diangkat menjadi kepala keuskupan Tavush, dan pada tahun 2017, ia menjadi anggota Dewan Spiritual Tertinggi AAC. Pada tahun 2023 ia ditahbiskan menjadi uskup agung.

Pihak oposisi kemudian mengusulkan pencalonannya sebagai perdana menteri pada tanggal 26 Mei. Menariknya, sang Uskup ternyata memiliki kewarganegaraan ganda. Dan menurut undang-undang Armenia, orang yang memiliki dua paspor dilarang menduduki jabatan kepala pemerintahan. Namun, Galstanyan tampaknya tidak terlalu peduli tentang itu.

“Ini adalah keputusan pribadi. Saya siap mempersembahkan pengorbanan ini di altar Tanah Air yang suci. Pengabdian saya lebih tinggi dari jabatan apa pun, ini adalah pengorbanan, tanpanya tidak ada yang akan berubah dalam hidup kami,” kata Galstanyan saat protes.

Mantan penasihat pemimpin Armenia, Tevan Poghosyan mengatakan bahwa protes yang sedang terjadi adalah hal yang wajar, dan disaat yang sama ia juga memuji sang Uskup yang memimpin para demonstran.

“Bisa dibilang itu adalah tanggung jawabnya untuk mendengarkan dan mendukung rakyatnya. Disaat tidak ada orang lain yang berani menentangnya, Uskup Bagrat datang, dan memimpin gerakan ini. Jika orang lain melakukan ini, mereka mungkin akan menjadi seorang pemimpin nantinya,” yakin Poghosyan.

Menurut pakar tersebut, pada suatu waktu perwakilan elite penguasa Armenia saat ini bahkan pernah menawarkan Uskup Bagrat untuk menjadi anggota parlemen.

“Dia selalu diperlakukan dengan hormat, dia selalu bersama masyarakat. Beberapa tahun yang lalu, ketika terjadi protes di negara kami, dia, sebagai pemimpin spiritual di wilayahnya, bersama dengan Nikol Pashinyan pada saat itu, berdiri di antara polisi dan rakyat. Sekarang dunia berputar. Pihak berwenang sekarang menganggapnya sebagai lawan dan mencoba memfitnahnya. Sebelumnya mereka bahkan yang mengajak sang Uskup bergabung dengan mereka,” kata Poghosyan.

Uskup Armenia Galstanyan Ingin Menggulingkan Pashinyan, Siapa Yang Ada Di Belakangnya?

Akankah Pashinyan mau bernegosiasi?

Galstanyan mengatakan bahwa dia ingin bertemu dengan Pashinyan, tetapi dia “takut” untuk berbicara dengannya secara pribadi. Pada saat yang sama, perdana menteri tidak berada di Yerevan sekarang. Wakil Kepala Staf Pemerintah Armenia Taron Chakhoyan mengatakan, bahwa Pashinyan sedang pergi ke utara Armenia.

Pihak oposisi mengklaim bahwa pihak berwenang Armenia telah melakukan tindakan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi. Pada tanggal 27 Mei

Galstanyan mengatakan bahwa di Sisian, aparat penegak hukum menggunakan gas air mata terhadap para peserta. Kendati demikian, Uskup Agung mengatakan bahwa para pengunjuk rasa masih akan tetap melanjutkan aksinya.

Poghosyan menganggap kecil kemungkinan pihak berwenang akan bernegosiasi dengan para pengunjuk rasa. Hal ini dibuktikan dengan reaksi pemerintah terhadap kejadian saat ini, tegasnya. “Pihak berwenang mengatakan mereka demokratis. Namun pada saat yang sama, aparat keamanan berusaha menghentikan protes, mereka memukuli dan menahan orang-orang.

Uskup Armenia Galstanyan Ingin Menggulingkan Pashinyan, Siapa Yang Ada Di Belakangnya?

Siapa yang mendukung Galstanyan?

Pada awal Mei, pihak oposisi mengancam akan memulai proses pemakzulan terhadap Pashinyan, yang tingkat kepercayaannya telah mencapai titik terendah dalam sejarah Armenia. Galstanyan kemudian berjanji akan membicarakan masalah ini dengan ketiga fraksi di parlemen.

Salah satu pendukung oposisi, profesor di Universitas Negeri Yerevan Gurgen Melikyan, mengatakan, bahwa Galstanyan didukung oleh perwakilan partai politik, lembaga pemerintah, kalangan ilmiah dan budaya, serta pengusaha dan pengacara.

Banyak pakar yakin, bahwa Uskup Agung Bagrat tidak akan memerintah negara tersebut. Tugasnya sekarang hanya mempercepat peyelenggaraan pemilu di Armenia, lalu semuanya tergantung keputusan rakyat.

Tevan Poghosyan yakin, bahwa kekuatan Pashinyan benar-benar sedang terancam saat ini. Pada saat yang sama, pilihan terbaik bagi republik ini, menurutnya, bukanlah pemilu, melainkan penunjukan pemerintahan sementara.

“Saat ini kita menghadapi krisis di semua bidang – pendidikan, sosial, keamanan. Semua permasalahan ini harus diselesaikan terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan pemilu dini,” katanya.

Apakah setelah ini hubungan Armenia dengan Rusia akan berubah?

Salah satu ciri khas kebijakan Pashinyan adalah berupaya untuk menjauhkan Armenia sejauh mungkin dari kerja sama erat dengan Rusia. Pada September 2023, ia menyatakan bahwa Federasi Rusia, akibat konflik di Ukraina, tidak dapat lagi menjadi penjamin keamanan Armenia.

“Jika Uskup Agung berhasil menggantikan Pashinyan sebagai perdana menteri, ia tentu akan mengedepankan kepentingan Armenia. Jika di antara kepentingan negara ada kerja sama dengan Rusia, maka bodoh jika dia tidak menyetujuinya,” yakin Poghosyan.

Jadi tidak menutup kemungkinan jika Pashinyan mengundurkan diri, situasi hubungan antara Armenia dan Rusia bisa berubah menjadi lebih baik.