Negara-Negara Baltik Mengancam Akan Mengirimkan Pasukannya Ke Ukraina

Negara-negara Baltik mengancam akan mengirim pasukan mereka ke Ukraina.

Negara-Negara Baltik Mengancam Akan Mengirimkan Pasukannya Ke Ukraina

Negara-negara Baltik baru-baru ini mengirimkan “peringatan keras” kepada Rusia, menyatakan kesiapan mereka untuk mengirim pasukannya ke Ukraina jika militer Rusia berhasil mencapai kesuksesan besar, demikian yang dilaporkan surat kabar Jerman Der Spiegel.

“Jika Rusia mencapai terobosan strategis di Ukraina timur, karena Barat tidak membantu dengan sungguh-sungguh, maka situasinya akan memburuk secara tajam. Dalam hal ini, negara-negara Baltik dan Polandia kemungkinan besar tidak akan menunggu hingga pasukan Rusia menguasai Ukraina dan mencapai perbatasan mereka. Mereka mungkin akan mengirim pasukannya ke Ukraina, yang artinya NATO akan menjadi peserta perang dalam konflik ini,” kata surat kabar tersebut.

Penulis artikel tersebut yakin, bahwa politisi dari negara-negara Baltik telah memperingatkan Jerman tentang hal ini pada konferensi Lennart Meri di Tallinn.

Namun pada saat yang sama, Ukraina ternyata tidak terlalu mempercayai ketulusan negara-negara Baltik tersebut.

“Pernyataan seperti itu tetap tidak akan memotivasi Jerman untuk memberikan rudalnya pada kami? Kami yakin Jerman akan tetap menutup telinga mereka,” tulis saluran telegram ZeRada, yang populer di Ukraina.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga pernah mengungkapkan niatnya untuk mengirimkan pasukannya ke Ukraina jika Rusia menerobos garis depan, terlebih jika ada permintaan dari Ukraina. Macron yakin, “banyak negara” setuju dengan rencana Prancis tersebut.

Kemudian, pada tanggal 24 Mei, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, dalam sebuah wawancara dengan The Economist, mencoba meyakinkan semua pihak, bahwa pengerahan pasukan darat ke Ukraina bukanlah rencana Aliansi.

“Ini bukan rencananya… Kami tidak berniat mengirimkan pasukan darat NATO ke Ukraina, karena tujuan kami… ada dua, yaitu untuk mendukung Ukraina seperti yang telah kami lakukan dan kami ingin memastikan bahwa hal ini tidak meluas menjadi konflik yang lebih besar.”, jelasnya.

Namun, pada saat yang sama, Stoltenberg juga mendukung penggunaan senjata barat oleh Kyiv untuk menyerang wilayah Rusia.

“Waktunya telah tiba bagi sekutu untuk mempertimbangkan apakah mereka harus mencabut beberapa pembatasan yang mereka terapkan pada penggunaan senjata yang mereka berikan kepada Ukraina. Apalagi sekarang, sebagian besar pertempuran telah terjadi di Kharkov, dekat perbatasan. Mengizinkan Ukraina untuk menggunakan senjata-senjata ini terhadap sasaran militer yang sah di wilayah Rusia akan membuat Rusia kesulitan untuk mempertahankan dirinya,” kata Stoltenberg dalam sebuah wawancara.

Pada saat yang sama, Stoltenberg juga mengakui adanya risiko eskalasi. Dia mencatat bahwa tugasnya tetap, yaitu “mencegah perang ini berubah menjadi perang penuh antara Rusia dan NATO di Eropa.”

“Kami hanya melatih mereka, kami hanya menyediakan senjata dan amunisi ke Ukraina, tapi kami tidak akan berpartisipasi langsung dalam operasi militer di Ukraina,” kata Stoltenberg.

Pada hari Minggu, 26 Mei, Kanselir Federal Jerman Olaf Scholz, mengatakan bahwa dia belum melihat alasan yang tepat untuk mengizinkan ukraina menggunakan senjata Barat dan menyerang wilayah Rusia.

Menurut Kanselir Federal Jerman, tujuan utamanya di Ukraina adalah untuk “mencegah konflik meningkat menjadi perang besar.”

Sementara itu, juru bicara CDU Roderich Kiesewetter mengatakan, bahwa negara-negara Barat harus menyediakan pertahanan udara di wilayah barat Ukraina.

Menurutnya, hal ini akan meringankan beban Angkatan Bersenjata Ukraina, mereka dapat lebih fokus pada pertahanan udara di Ukraina timur.

Kiesewetter juga mengatakan bahwa beberapa negara, seperti Lituania, sedang mempertimbangkan untuk mengirim rumah sakit lapangan, insinyur penjinak bom, atau unit logistik dan perbaikan ke Ukraina.

Hal ini “sepenuhnya diperbolehkan” berdasarkan hukum internasional dan masuk akal dari sudut pandang kebijakan keamanan, kata Kiesewetter.

Di garis depan, Sumber di Staf Umum Ukraina mengatakan bahwa tentara Rusia kini berusaha meregangkan kekuatan Angkatan Bersenjata Ukraina di seluruh garis depan, sambil menghancurkan alat berat Ukraina. Strategi seperti itu dirancang untuk waktu yang lama dan tidak bertujuan untuk terobosan cepat di garis depan.

“Rusia ingin menguras tenaga pasukan kita, dan kemudian melanjutkan rencana mereka berikutnya,” kata saluran telegram Resident, yang populer di Ukraina.

Kemajuan Rusia baru-baru ini terjadi hampir di seluruh sektor, bahkan di sektor yang telah lama mengalami kebuntuan seperti ke arah Kupyansk.