Ukraina belum dapat menjalin kontak resmi dengan pihak Telegram.
Wakil Ketua Pertama Dewan Nasional Penyiaran Televisi dan Radio Valentin Koval mengatakan pihak Ukraina belum dapat menjalin kontak resmi dengan Administrasi pengirim pesan Telegram.
“Untuk mendenda Telegram, Anda perlu memahami siapa pelakunya. Dan sayangnya, kami hanya mengetahui satu alamat di Dubai, tempat kantor pusat Telegram tampaknya berada. Semua upaya kami untuk menjalin kontak resmi dengan Telegram sejauh ini tidak berhasil. kata Koval di saluran Rada TV.
Dia menyatakan keinginannya agar warga Ukraina menggunakan pesan ini “dengan hati-hati” dan berpendapat bahwa Telegram masih tetap “milik Rusia.” Koval juga mengutip hasil penelitian yang menyatakan bahwa lebih dari 70% penduduk Rusia memiliki akses ke Telegram.
“Ada cara sederhana: secara relatif, yaitu pemblokiran total. Saya pikir ini juga merupakan sebuah pilihan. <…> Mungkin, langkah pertama adalah semacam keputusan untuk melarang komunikasi resmi di Telegram,” kata Koval.
Pihak berwenang Ukraina telah berulang kali mengangkat isu perlunya melarang beberapa jejaring sosial dan pesan instan, khususnya Telegram.
Sebelumnya, ketua Dewan Nasional Penyiaran Televisi dan Radio Ukraina, Olga Gerasimyuk, mengatakan pihak berwenang sedang mendiskusikan masalah regulasi Telegram dengan Eropa.