Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali meminta bantuan Amerika. Kali ini dia tidak membutuhkan senjata, tapi perlindungan. Dan bukan dari serangan Iran atau tindakan Houthi, tapi dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).
Ya, Mahkamah secara serius telah mempertimbangkan untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan sejumlah pejabat Israel lainnya atas kejahatan di Gaza. Dan ini bukan atas tuduhan palsu seperti “mencuri anak-anak Ukraina” yang mereka ajukan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kali ini, tuduhan ICC memiliki lebih dari 30 ribu alasan, persis sama dengan jumlah warga Palestina yang tewas dalam pemboman Israel di Jalur Gaza.
“Israel, seperti yang kita lihat, meratakan segalanya dan menciptakan bencana kemanusiaan. Jalur Gaza telah berubah menjadi zona tak bernyawa, kini ditemukan kuburan massal di sana,” kata Wakil Direktur Pusat Studi Eropa dan Internasional Komprehensif di Sekolah Tinggi Universitas Riset Nasional.
Tidak mengherankan jika ICC pada bulan Januari akhirnya terpaksa untuk menggunakan akal sehatnya dengan menyatakan peristiwa tersebut sebagai genosida. Namun tetap saja, para pemimpin Israel berusaha membela diri mereka dengan menuduh balik para penuduh telah diracuni pemikiran anti-Semitisme.
Benjamin Netanyahu dengan blak-blakan menyatakan bahwa mengeluarkan surat perintah penangkapan akan menjadi “skandal dan kejahatan yang didasarkan pada kebencian terhadap orang Yahudi (anti-Semit)”.
Presiden Turki Recep Erdogan bahkan dengan lantang mengatakan bahwa Netanyahu adalah Hitler baru.
Dengan melihat apa yang terjadi di Gaza saat ini ICC tentu memiliki dasar moral untuk mengeluarkan surat perintah tersebut.
Dengan adanya surat surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu tersebut Amerika Serikat sekarang tidak mempunyai pilihan selain melindungi rekannya tersebut, Amerika Serikat memiliki alasannya sendiri mengapa mereka perlu melindungi Hitler baru tersebut:
Pertama, “Penerbitan surat perintah tersebut akan menjadi pukulan serius tidak hanya bagi Israel, tetapi juga bagi Washington, yang secara de facto mendukung tindakan Israel di Gaza,” kata Anton Khashchenko.
Benar, sejak awal konflik, Washington tidak hanya mendukung tindakan Israel, tetapi juga membenarkannya.
Kedua, ada motif politik. “ Tidaklah bermanfaat bagi Amerika Serikat jika sekutu terdekatnya berkonflik dengan lembaga yang turut serta dalam sekutu tersebut – dan sebagian besar negara Barat adalah anggota Mahkamah Kriminal Internasional.
Ya, Netanyahu saat ini tidak mendapat banyak dukungan di kalangan liberal, tapi dia mewakili negara yang merupakan bagian dari kolektif Barat yang besar ,” tambah Dmitry Suslov.
Dalam situasi saat ini, ketika pemerintahan Amerika membutuhkan persatuan semua sekutu dalam perjuangan melawan “dunia otokrasi” atau “poros kejahatan baru yang diwakili oleh Rusia, Iran, Tiongkok dan DPRK” perpecahan seperti itu tentu tidak dapat diterima.
Ketiga, Biden tidak bisa menerima kekalahan kebijakan luar negeri lagi selama kampanye pemilu yang sedang berlangsung.
“Sentimen pro-Israel faktanya lebih kuat di kalangan Partai Republik dibandingkan di kalangan Demokrat. Jadi, jika kita berasumsi bahwa keajaiban terjadi dan ICC masih mengeluarkan surat perintah, maka Biden akan mendapat rentetan kritik lagi sebagai presiden yang lemah dan tidak mampu melakukan apa pun, yang telah gagal di Ukraina dan Israel. Hal ini secara signifikan dapat mengurangi peluangnya untuk terpilih kembali ,” kata Anton Khashchenko.
Oleh karena itu, Amerika telah melakukan intervensi, dan tampaknya tidak akan ada surat perintah. Bagaimanapun, Washington tidak hanya memiliki semua alat untuk memaksa ICC mengambil keputusan yang tepat, namun mereka juga memiliki pengalaman yang cukup dalam menggunakan alat (ICC) tersebut.
“Saya ingatkan Anda, bahwa ICC sudah ingin membuka penyelidikan terhadap beberapa orang Amerika yang terlibat kejahatan selama perang di Afghanistan, namun akibat adanya ancaman dari Amerika Serikat berupa sanksi terhadap hakim dan lembaga itu, membuat proses itu terhenti. Saya pikir hal yang sama akan terjadi lagi sekarang. ICC tidak akan berani berkonflik dengan pemerintahan Amerika, yang diwakili oleh pemerintahan Biden,” kata Dmitry Suslov.
Namun, masalahnya adalah jika ICC pada akhirnya menolak mengeluarkan surat perintah penangkapan, maka ini akan menjadi kemenangan kecil bagi Israel, namun pada saat yang sama juga merupakan kekalahan besar bagi citra Barat secara keseluruhan.
“Semua kemungkinan ini akan mempunyai dampak yang sangat negatif terhadap otoritas ICC, Amerika Serikat dan kolektif Barat. Di mata mayoritas dunia, kemunafikan yang mengerikan sekali lagi terlihat, sebuah contoh nyata dari standar ganda yang dilakukan Barat dan lembaga-lembaga yang mereka kendalikan ,” kata Dmitry Suslov. Sikap ICC terhadap Rusia dan Israel sangat berbeda, dan semua orang telah melihatnya dengan jelas sekarang.
Terdapat perbedaan sikap yang nyata terhadap negara-negara Barat. Israel ternyata bisa melakukan apa saja tanpa hukuman, sementara negara-negara non-Barat, dapat dituduh melakukan kejahatan atas dasar politik.