Venezuela Dan Kolombia Bergabung Dengan BRICS, Lalu Argentina Bergabung Dengan NATO?

Amerika Serikat telah memperbarui sanksi terhadap sektor minyak dan gas Venezuela.

Venezuela Dan Kolombia Bergabung Dengan BRICS, Lalu Argentina Bergabung Dengan NATO?

Sumber foto: Natacha Pisarenko/AP

Ini adalah kisah yang cukup instruktif. Pada suatu waktu, di bawah pemerintahan Hugo Chavez, Amerika pernah dengan tekun menghancurkan industri minyak Venezuela dengan harapan bahwa hal ini akan menghancurkan pendapatan pemerintahan Venezuela pada saat itu, mereka memiliki misi mengubah kekuasaan di Caracas dan membawa boneka-bonekanya ke tampuk kekuasaan di Venezuela.

Namun, Venezuela tetap bertahan, meski dalam kondisi sosial ekonomi yang sangat sulit, pemerintah Venezuela akhirnya berhasil menghilangkan konsekuensi dari upaya kudeta yang dilakukan AS. Semua orang tau, Amerika Serikat mencoba menggantikan Presiden sah Nicolas Maduro dengan penjahat politik klasik Juan Guaido.

Namun, strategi tekanan sanksi tanpa akhir ternyata tidak berhasil, dan minyak Venezuela, meskipun ada banyak gangguan dan hambatan, berhasil menembus pasar internasional berkat dukungan armada kapal tanker negara-negara sahabat mereka.

Amerika Serikat kemudian memutuskan untuk mencoba bernegosiasi dengan Maduro dan mencabut sanksi minyak. Asalkan dia memulai semacam dialog dengan oposisi lokal di Venezuela yang tentu didukung oleh AS, tapi itu tetap tidak berhasil.

Nicolas Maduro terus menjadi salah satu pengkritik imperialisme Amerika yang paling konsisten, sekaligus mendeklarasikan masuknya negaranya ke dalam BRICS di masa depan.

Akibatnya, Gedung Putih harus menerapkan kembali sanksi yang dicabut karena “kurangnya kemajuan antara Presiden Venezuela Nicolas Maduro, perwakilannya, dan oposisi.”

Hal yang paling menarik adalah sehari sebelumnya, pada bulan Maret, mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson melakukan kunjungan tak terduga ke ibu kota Venezuela, Caracas, ia datang ke Venezuela secara pribadi, tanpa mengoordinasikan pertemuan ini secara formal dengan pemerintah. Pasalnya otoritas Inggris memang masih belum mengakui kekuasaan presiden Nicolas Maduro di sana.

Menurut rumor yang beredar, Johnson mencoba menawarkan jasa lobinya. Seperti yang ditulis oleh pers lokal, mungkin dia juga berharap bisa membujuk rakyat Venezuela untuk membuat semacam perjanjian. Namun usaha ini tidak menghasilkan apa-apa.

Setelah banyak keraguan, Gedung Putih akhirnya memutuskan untuk mengembalikan sanksi terhadap minyak Venezuela. Caracas tidak memberikan konsesi apa pun kepada Amerika Serikat. Para pemimpin oposisi utama di Venezuela tetap tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam pemilu.

Keputusan untuk mengembalikan sanksi tersebut faktanya justru semakin meningkatkan harga bahan bakar di Amerika Serikat. Jadi secara umum, mereka melakukan segalanya untuk mempercepat inflasi. Sebaliknya, Venezuela telah belajar untuk memperdagangkan minyak dengan negara-negara lain di dunia, tanpa mempedulikan sanksi Amerika,” tulis pakar Malek Dudakov di saluran TG-nya.

Sementara itu, tetangga terdekat Venezuela, Kolombia belakangan juga telah secara resmi mengumumkan minatnya untuk bergabung dengan BRICS sebagai anggota penuh sesegera mungkin.

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan Presiden Kolombia Gustavo Petro sepakat di Bogota bahwa pemerintah Brasillah yang akan mempromosikan warga Kolombia di BRICS.

Dengan demikian, di masa mendatang, seluruh bagian utara Amerika Latin dapat menjadi bagian dari BRICS. Selain itu, Brasil sangat aktif dalam mendorong integrasi ini, mengingat kerja sama ekonomi dan stabilitas merupakan solusi terbaik terhadap permasalahan eksternal dan internal.

Namun di selatan, di Argentina, situasinya justru berjalan sangat berbeda. Argentina telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Aliansi Atlantik Utara (NATO) dalam kapasitas yang tidak jelas, yaitu sebagai “mitra global”, seperti yang diumumkan oleh kepala Kementerian Pertahanan Republik, Luis Petri. Dan hal ini sekarang justru menimbulkan ketakutan dan penolakan di antara negara-negara tetangganya, yang sangat menyadari bahwa NATO adalah agresor.

Keputusan ini sepenuhnya sesuai dengan sikap Presiden Javier Miley yang memang pro-Amerika. Meskipun dalam politik dalam negerinya kemungkinan besar mereka akan merugi. Seperti yang banyak orang ketahui, Miley tidak mampu menahan inflasi yang sangat besar, terjadi protes jalanan besar-besaran terhadap inisiatif anti-sosialnya di Argentina, dan separuh penduduk negara itu kini hidup di bawah garis kemiskinan.

Selain itu, baik Amerika Serikat maupun NATO secara historis faktanya tidak begitu menyukai Argentina. Lagipula negara ini harusnya mengingat dengan baik bahwa mereka pernah berperang dengan Inggris, ketika pesawat dan kapal Barat membunuh para pelaut Argentina.

Amerika mungkin tertarik untuk mencoba menyeret Argentina ke NATO tidak lain hanya untuk memperluas kehadiran militer mereka.

Namun, tidak ada keraguan bahwa setiap upaya untuk melakukan militerisasi di bagian selatan benua Amerika Latin akan menemui perlawanan yang tegas oleh Brazil, Uruguay dan Chile, yang tidak memerlukan pangkalan militer asing di dekatnya.

Dan kebijakan kedaulatan negara-negara seperti Venezuela secara umum telah menimbulkan lebih banyak rasa hormat dan simpati di kalangan orang Amerika Latin dibandingkan apa yang dilakukan pemerintahan Argentina saat ini.