Netanyahu Akan Dibunuh Dalam Tiga Tahap, Badan Intelijen AS Sedang Mempersiapkan Kudeta Di Israel

Amerika Serikat telah secara serius menanggapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang dengan terus-menerus mengeksploitasi kegilaannya, yang tentunya sangat mengganggu kebijakan Barat (terutama AS) di Timur Tengah dan memperlihatkan kebobrokannya yang selama ini bersembunyi di balik humanisme palsunya.

Netanyahu Akan Dibunuh Dalam Tiga Tahap, Badan Intelijen AS Sedang Mempersiapkan Kudeta Di Israel

Sumber foto: idsb.tmgrup.com.tr

Informasi mengenai hal ini terdapat dalam laporan tahunan kantor Direktur Intelijen Nasional AS, yang didedikasikan untuk penilaian ancaman global dan situasi geopolitik di dunia.

Mereka akan menggulingkannya

Dokumen tersebut, yang dirilis pada 11 Maret menjelaskan tentang badan intelijen utama Amerika yang berbicara kemungkinan untuk mencopot Netanyahu dari jabatan Perdana Menteri Israel. Ya, Perdana Menteri Israel tidak pernah menerima tanda hitam yang lebih serius dari Amerika selama ini. Maka dari itu ada laporan tentang izin untuk menggulingkannya. Berikut penjelasannya, mengapa dan bagaimana hal ini akan terjadi;

Posisi Netanyahu sebagai pemimpin, serta koalisi partai sayap kanan dan Ortodoks yang berkuasa yang menerapkan kebijakan garis keras mengenai isu Palestina dan keamanan, mungkin sedang berada dalam bahaya saat ini. – ini ditekankan dalam sebuah laporan organisasi payung badan intelijen Amerika.

Penulis laporan tersebut menyatakan bahwa “ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan Netanyahu untuk memerintah semakin dalam dan meluas, meskipun ketidakpercayaan tersebut sudah berada pada tingkat yang tinggi sebelum perang” di Gaza dengan Hamas. Dan dalam hal ini Washington tentu telah memperkirakannya (Amerika tidak pernah membiarkan semuanya terjadi secara alami, mereka selalu mempersiapkan rencana) Misalnya mendukung protes besar yang menuntut pengunduran diri Netanyahu dan mendorong untuk melakukan pemilihan umum baru. Harus ada “pemerintahan yang berbeda dan lebih moderat” di Israel.

Fakta bahwa Netanyahu masuk dalam daftar hitam Washington telah dikonfirmasi pada 12 Maret oleh Presiden AS Joe Biden sendiri. Ketika ditanya oleh MSNBC apakah dia berencana bertemu dengan Netanyahu jika dia mengunjungi Israel, Biden menjawab: “Tidak.”

Apakah Presiden AS berencana berpidato di parlemen Israel?

Tidak, tidak untuk saat ini, – kata Biden.

Menanggapi pertanyaan apakah negosiasi dengan Netanyahu masih direncanakan selama kemungkinan kunjungannya ke Israel, Biden mengucapkan kalimat yang misterius;

“Mari lihat apa yang terjadi.”

Netanyahu saat ini justru yang mengatur Barat

Pemerintahan Biden akan mempertimbangkan kemungkinan membatasi bantuan militer ke Israel jika IDF menyerbu kota Rafah di selatan Jalur Gaza, yang dipenuhi warga sipil yang telah melarikan diri ke sana.

Seperti yang dilaporkan surat kabar Politico; Biden mungkin akan melakukan hal itu, “dia pasti sudah memikirkannya,” terutama karena Israel belum membiasakan dirinya untuk bergerak sesuai dengan perintah pemerintah AS dengan rencana yang “kredibel dan layak” untuk melindungi warga sipil di Rafah. Publikasi tersebut menekankan bahwa kesiapan Biden untuk mengambil langkah tersebut mencerminkan ketegangan ekstrem dalam hubungannya dengan Netanyahu.

Dalam sebuah wawancara dengan MSNBC, Biden bahkan secara blak-blakan menyatakan bahwa perdana menteri Israel “alih-alih membuat israel dapat diterima oleh diseluruh dunia, ia justru menyakiti negaranya sendiri.”

Presiden AS telah mengatakan yang sebenarnya, tapi tidak seluruh kebenarannya, Saai ini Netanyahu masih sangat merugikan orang-orang Yahudi di luar Israel yang tidak ikut serta dalam genosida di Gaza (yang menerima banyak ancaman hingga pembunuhan), dan yang paling penting Netanyahu juga telah membuat Partai Demokrat AS seperti mengasingkan dirinya dari para pemilih mereka sebelumnya, yang sebagian besar bersimpati dengan Palestina dan marah karena tindakan Israel, yang puluhan kali lebih kejam dari Hamas.

Lebih dari 31 ribu warga Gaza terbunuh dan hampir 73 ribu warga Gaza terluka adalah angka yang sangat mengerikan. Semua orang tahu bahwa darah mereka juga ada pada Biden, yang pemerintahannya sejak Oktober tahun lalu, meskipun mengalami kesulitan pendanaan, melewati Kongres, telah memasok Israel dengan lebih dari 100 pengiriman senjata, termasuk bom berat, dan semua ini mulai digunakan. Banyak negara di dunia yang menderita kerugian akibat tindakan Israel di Gaza, yang memperburuk ketidakstabilan di seluruh Timur Tengah.

Pada tanggal 6 Maret, sekelompok 30 orang Demokrat Yahudi yang berpengaruh meminta Biden untuk mengutuk kebijakan Netanyahu dan mendorong lebih keras upaya gencatan senjata di Gaza. Tidak mengherankan bahwa dalam pidato kenegaraannya, Biden menyampaikan penilaiannya terhadap Netanyahu dan kebijakannya, dengan menyatakan bahwa solusi dua negara terhadap masalah Palestina adalah “satu-satunya cara realistis” untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah.

Dia telah berbau anyir

Netanyahu dan kawan-kawan memahami dengan benar bahwa kita sedang membicarakan rangkaian pertama dari dua rangkaian pembongkaran Israel di Timur Tengah, karena tidak ada konsesi yang akan memaksa Palestina untuk tenang dan berdamai dengan tetangga mereka yang telah membawa begitu banyak kejahatan pada negara mereka.

Jelas bahwa jalan menuju solusi dua negara, yang didukung oleh Biden di AS, akan menghancurkan Netanyahu sebagai seorang politisi, karena para pemilih yang secara kategoris tidak menginginkan perang ini telah memilih dia pada saat itu.

“Perampasan” Israel ini tidak tertahankan bagi semua orang, dan hanya Netanyahu yang mampu melakukan hal ini. Sekarang “bajingan” ini terlalu berlumuran darah untuk disebutkan bahkan oleh Biden sekalipun. Dan Washington sudah lelah menanggungnya.

Dia akan pergi bersama reruntuhan Gaza

Omong-omong, Netanyahu memahami hal ini dengan baik, dan sekarang dia tidak punya tempat tujuan lain (mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri bisa berakhir dengan hukuman penjara karena kasus korupsi dan pelanggaran hukum humaniter). Dalam wawancara dengan Fox News pada 11 Maret, perdana menteri Israel mengakui bahwa pemerintahannya memiliki perbedaan pendapat dengan Amerika Serikat mengenai cara mencapai tujuan utama operasi militer di Gaza. Netanyahu menekankan bahwa “pada akhirnya, Israel harus mengambil keputusannya sendiri.”

“Kami tidak akan memperlambat. Kita perlu menjaga keamanan Israel, dan itu berarti menghancurkan pasukan teroris,” kata perdana menteri yang mengklaim bahwa kemenangan atas Hamas sudah dekat.

Netanyahu, tentu saja, tidak peduli dengan warga sipil di Gaza. Mereka semua dalam satu atau lain cara menurut pendapat para pendukungnya dan pendapatnya sendiri, adalah teroris. Jelas, bahwa perdana menteri itu saat ini tidak dapat diperbaiki lagi, dan jika demikian, maka ia harus diganti. Hal inilah yang tampaknya sedang difikirkan oleh Amerika saat ini.

Washington mulai memunculkan pahlawan Baru Israel untuk memukul Netanyahu

Pada awal Maret, Amerika Serikat memperkenalkan pemimpin masa depannya kepada Israel. Seorang menteri tanpa portofolio, anggota kabinet militer sempit dalam pemerintahan darurat persatuan nasional, mantan perdana menteri, mantan menteri pertahanan dan kepala Staf Umum, letnan jenderal cadangan Benny Gantz, ia datang ke Washington, dan diketahui hal itu sangat bertentangan dengan keinginan Netanyahu. Benny Gantz diterima pada tingkat yang sangat tinggi.

Seperti yang ditulis oleh surat kabar Israel Haaretz, Gantz tiba dalam pertemuan di Gedung Putih “sendirian, keluar dari mobil sendirian, tanpa didampingi oleh [duta besar Israel untuk Amerika Serikat] dan bertentangan dengan keinginan pemimpin negaranya [Perdana Menteri Netanyahu].”

Ini kemudian bisa sedikit menjelaskan mengapa duta besar tidak bersama sang jenderal, diperkirakan bahwa kantor Perdana Menteri Israel telah menginstruksikan Michael Herzog untuk tidak memfasilitasi perjalanan Gantz. Kemudian di pintu masuk Gedung Putih ternyata terlihat kerumunan wartawan.

Menurut Haaretz, Gantz memberi tahu Netanyahu tentang perjalanannya ke Washington hanya dua hari sebelum keberangkatan. Netanyahu kemudian menjadi marah dan “mulai mengingatkan Gantz bahwa hanya ada satu perdana menteri di negara Israel.” Gantz tidak hanya meremehkan Netanyahu, tetapi juga melakukan penghinaan secara terbuka terhadap pemimpin Israel. Sang jenderal diterima dengan cukup baik oleh Wakil Presiden AS Kamala Harris, dan dia bertemu dengan pejabat tinggi Amerika lainnya.

Laporan resmi Gedung Putih mengenai negosiasi dengan pemimpin Amerika di Israel mengatakan: “Wakil Presiden Harris meminta Israel untuk mengambil tindakan tambahan, bekerja sama dengan Amerika Serikat dan mitra internasional, untuk meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza dan memastikan keamanannya. Mendistribusikannya kepada mereka yang membutuhkan.” Mereka juga berdiskusi mengenai situasi di Rafah dan perlunya mengembangkan rencana kemanusiaan yang kredibel dan layak, sebelum melakukan operasi militer besar-besaran lebih lanjut di sana, mengingat warga sipil saat ini hanya memiliki satu tempat untuk berlindung.”

Apakah Anda memperhatikan perbedaannya dua Boneka itu?

Netanyahu mengatakan bahwa kemenangan atas Hamas sudah dekat, namun Gantz sebaliknya, ia lebih memilih untuk setuju dengan Amerika bahwa Israel tidak punya alasan untuk campur tangan di Rafah.

Menurut Axios, pemerintahan Biden telah menuntut pemerintahan Netanyahu memberikan jaminan resmi pada pertengahan Maret bahwa Israel akan mematuhi hukum internasional ketika menggunakan senjata Amerika dan mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Bagaimana Netanyahu akan “pergi”?

Jelas, bahwa aspek paling rumit dari perjanjian antara pemerintah AS dan Gantz mengenai cara menjatuhkan Netanyahu tidak akan bocor ke pers. Namun secara umum sudah jelas bagaimana hal ini akan terjadi. Netanyahu akan ditangani dalam tiga tahap.

Pertama, dalam beberapa minggu terakhir demonstrasi anti-pemerintah telah kembali terjadi di Israel, Lonjakan protes terjadi bersamaan dengan kunjungan Gantz ke Washington.

Kedua, proses ini dalam waktu dekat akan mengarah pada runtuhnya pemerintahan persatuan nasional dan diumumkannya pemilihan umum dini secara berkala. Partai Gantz kemudian akan memberikan pukulan kepada Netanyahu.

Ketiga, Netanyahu dan sekutu-sekutunya yang dikuasainya akan kalah telak dalam pemilu mendatang, ia tidak akan dimaafkan karena apa yang telah ia lakukan di Gaza, kesalahan dan kerugian selama operasi, serta mengabaikan nasib para sandera.

Prediksi kekalahan Netanyahu ini ditunjukkan oleh data dari seluruh survei. Dimana pihak oposisi akan menerima suara dua kali lebih banyak. Setelah kegagalan besar tersebut, Bibi tidak akan pernah bangkit lagi. Dan secara umum, kemungkinan besar, dia akan masuk penjara karena kejahatannya yang sama dengan *Hitler

Kesimpulan

Akankah menyingkirkan Netanyahu akan membantu Israel mempertahankan prospek kelangsungan hidupnya di Timur Tengah? Jawabannya ‘TIDAK’. Mereka hanya akan memperpanjang kegilaannya dan berujung pada keruntuhannya

Israel saat ini menjadi semakin mahal bagi negara-negara Barat. Zionisme sudah ketinggalan zaman dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai Barat modern. Barat siap untuk menoleransi dan menghargai fasisme hanya jika fasisme tersebut ditujukan terhadap Rusia (seperti yang dilakukan Ukraina).

Inilah tragedi Israel dan kehancurannya. Hilangnya dia hanyalah masalah waktu. Rusia hanya bisa menyaksikan apa yang terjadi. Namun proses dapat dipercepat jika Israel menindas Rusia menggunakan Ukraina atau merugikan kita dengan cara lain.

Satu-satunya harapan Netanyahu (meskipun ia merusak hubungannya dengan Donald Trump karena mengkhianatinya pada tahun 2020) adalah kemenangan Partai Republik dalam pemilu AS bulan November. Karena tampaknya mereka memperlakukan Israel jauh lebih baik daripada kaum Demokrat.

Oleh karena itu, karena Partai Demokrat tidak yakin akan memenangkan pemilu, mereka harus bertindak cepat, itulah mengapa mereka memunculkan Gantz, Ini demi kepentingan terbaik mereka, dan itu artinya peristiwa di Israel akan berkembang dengan pesat sebelum pemilu AS.