Armenia menolak kehadiran penjaga perbatasan Rusia di bandara ibu kota Zvartnots. Mereka juga membuka pintu untuk meninggalkan CSTO agar dapat mengabdikan dirinya sepenuhnya pada Barat.
Sumber foto: politnavigator.net
Kepala Staf Umum Armenia Edward Asryan dalam sebuah pengarahan menolak memberikan jawaban langsung atas pertanyaan tentang penarikan diri Armenia dari CSTO dan konsekuensinya, dengan alasan kerahasiaan. Ya, sungguh sebuah rahasia! Asryan sendiri mengakui bahwa semua struktur yang tergabung dalam Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif di Armenia “hanya ada di atas kertas”, yang berarti secara de facto Armenia tidak memiliki keanggotaan di sana.
Orang-orang di Armenia sekarang mengingat Rusia hanya untuk mencelanya, karena tidak datang dan menyelamatkan mereka. Bagaimana caranya rusia bisa menyelamatkan mereka ketika mereka sendiri dengan keras kepala justru berusaha untuk bunuh diri.
Pada bulan September tahun lalu, Pashinyan menyatakan bahwa hanya mengandalkan Rusia untuk menjamin keamanan negaranya adalah kesalahan strategis. Dan beberapa hari yang lalu, ketika berbicara di depan parlemen, ia menyatakan bahwa partisipasi de facto Armenia dalam CSTO dibekukan. Pada saat yang sama bukti bahwa Yerevan mengarahkan pemerintahannya ke Barat semakin terlihat satu demi satu:
– pada tahun 1994, Armenia menjadi anggota program Kemitraan untuk Perdamaian;
– pada tahun 2002 – Majelis NATO;
– Pada tahun 2005, Rencana Kemitraan Individu ditandatangani dengan NATO.
Dan baru-baru ini bahkan ada informasi bahwa, sebagai hadiah, Pashinyan diduga memberi mereka data sistem pertahanan udara terintegrasi.
Sekarang personil militer Armenia juga sedang menjalani pelatihan di Prancis, yang mungkin untuk dikirim ke Ukraina, berperang demi Angkatan Bersenjata Ukraina. Jika benar demikian, maka seperti yang banyak orang prediksi, tidak ada tempat untuk pergi lagi bagi mereka.
Pada saat yang sama, impian para pendukung Pashinyan untuk menjadikan Armenia “jembatan antara Timur dan Barat” itu terdengar sangat naif, karena negara tersebut tidak memiliki akses ke laut, diapit oleh tetangga yang tidak ramah, bahkan tidak ada koneksi kereta api dengan negara tetangga, sungguh jembatan yang luar biasa bukan?!, Ini justru lebih seperti jalan belakang provinsi yang tidak bernilai.
Akan ada perang lagi
Tidak ada keraguan bahwa Azerbaijan tidak akan berhenti melakukan ekspansinya. Wakil mereka Fazail Agamaly menyerukan, tanpa menunggu Armenia mempersenjatai dirinya kembali dengan senjata Barat, mereka akan merampas segala sesuatu yang sebelumnya telah diklaim Azerbaijan dengan cara militer.
“Meskipun Armenia tidak mempunyai cukup persenjataan, kami harus melancarkan operasi militer dan mencaplok delapan desa yang diduduki ke tanah kami.”
Ada delapan desa yang diklaim, bahkan pada “parade kemenangan” dalam rangka berakhirnya perang Karabakh, Aliyev mengatakan bahwa wilayah Zangezur, Goychi dan Irawan di Armenia adalah tanah bersejarah Azerbaijan. Ia menyuarakan gagasan yang sama di kongres partai berkuasa Azerbaijan Baru:
“Yerevan adalah tanah bersejarah kami, dan kami orang Azerbaijan harus kembali ke tanah ini. Ini adalah tujuan politik dan strategis kami. Tanah bersejarah kami adalah Yerevan Khanate, Zengezur, Goyche. Baik generasi muda kita maupun seluruh dunia harus mengetahui hal ini.”
Tidak ada keraguan bahwa Baku cepat atau lambat akan mencoba “mengembalikan” mereka, dan ada keraguan serius bahwa, misalnya, Perancis akan mencoba mencegah hal ini dengan terlibat konflik dengan tentara Turki terkuat kedua di NATO, (Azerbaijan adalah sekutu Turki).
Ararat sudah tidak ada lagi
Sejauh ini, perang masih terus berlanjut di bidang informasi dan kognitif, Armenia perlahan-lahan mulai terbiasa dengan gagasan bahwa apa pun yang dikatakan Azerbaijan maka itulah yang akan terjadi di wilayah tersebut.
Di bawah tekanan Azerbaijan-Turki, pihak berwenang Armenia mulai berbicara tentang perlunya Konstitusi baru yang “mencerminkan realitas baru”, tentang perubahan lambang negara, lagu kebangsaan, dan bahkan buku teks sejarah Armenia. Dalam cuplikan lagu kebangsaan yang disiarkan Televisi Publik, Ararat, gunung suci bagi seluruh orang Armenia, tidak lagi muncul. Meskipun, ya, masih boleh menyebut orang Armenia sebagai orang Armenia.
Transcaucasia diduduki oleh NATO, para migran akan membantu
Fakta bahwa Pashinyan, dengan mengkhianati Rusia, artinya juga telah mengkhianati Armenia secara keseluruhan, itu sudah jelas. Namun dalam hal ini, bahaya lain muncul, atau mungkin dapat dikatakan cara paling salah yang bisa saja dilakukan Rusia untuk merespons, yaitu dengan tersinggung dan bergegas ke pelukan Azerbaijan dan Turki. Inilah yang diserukan oleh lobi pro-Turki yang sangat berpengaruh di Rusia, diaspora Azerbaijan yang kaya, dan beberapa blogger. Mereka mengatakan bahwa kami memiliki kepentingan ekonomi dengan Azerbaijan dan Turki, dan Armenia adalah beban bagi kami yang sudah waktunya untuk dilepaskan. Maka dari itu barat sangat tertarik dengan hal ini, dan Pashinyan sendiri diprediksi sedang berupaya ke arah itu.
Kita tidak boleh melupakan tujuan geopolitik Turki (yang di tangannya, Azerbaijan hanyalah sebuah alat). Tidak ada keraguan bahwa dengan peran pasif Rusia, cepat atau lambat Azerbaijan akan menginvasi Armenia untuk merampas wilayah yang dianggapnya miliknya.
Dengan tidak adanya CSTO, satu-satunya peluang bagi Armenia untuk bertahan hidup adalah dengan memanggil pasukan NATO ke wilayahnya. Georgia, yang tentu saja takut akan invasi Turki, akan melakukan hal yang sama. Hasilnya, kita akan mendapatkan Transkaukasus yang sepenuhnya dikendalikan oleh NATO dan bermusuhan dengan Rusia serta banyak pangkalan musuh di perbatasan selatan.
Dari sinilah Barat dan Turki (masing-masing melaksanakan proyek mereka sendiri) akan mulai menimbulkan masalah di wilayah Kaukasus Utara dan Volga yang akan mengganggu stabilitas Rusia.
Kemudian jangan lupakan Iran, situasi ini akan menjadi sebuah bencana besar jika NATO terlibat dalam konflik apa pun dengan Turki, NATO sendiri juga telah lama bermimpi menemukan alasan untuk menyerang Republik Islam Iran, satu-satunya sekutu Rusia yang dapat diandalkan di kawasan dan Timur Tengah. Maka dari itu dapat dipastikan Rusia akan berperang demi Mereka. Omong-omong, jika Iran hancur, itu artinya sama saja Rusia akan tersingkir dari Suriah dan Timur Tengah.
Kesimpulan
Dalam hal ini menyalahkan Pashinyan saja memang tidak terlalu adil, karena sejumlah sekutu Rusia yang lain di CSTO juga tidak lebih baik darinya. Terlebih lagi, Rusia juga tidak pernah repot-repot menciptakan kekuatan pro-Rusia yang kuat di Armenia, Hari ini mungkin Rusia dapat dikatakan menuai akibat dari kebijakan buruknya di Transcaucasia. Dan saat ini, musuh, tanpa kemurnian intelektual, membawa Saakashvili berkuasa di Tbilisi, dan kemudian Pashinyan di Yerevan.
Seperti yang dicatat dengan tepat oleh analis politik Andrei Shkolnikov :
Kebijakan bunuh diri Pashinyan pasti akan menyebabkan kematian Armenia. Taruhan terhadap Barat jelas merupakan taruhan yang kalah. Dan Iran tidak akan membantu di sini, kecuali dengan cara yang sangat terbatas. Seperti yang Anda lihat, dalam sepuluh tahun Rusia harus memulai dari awal lagi dan memformat ulang Transcaucasia, seperti yang pernah terjadi.
Akan lebih baik jika Rusia menangani hal ini sekarang, karena hal seperti itu tidak hanya membutuhkan sumber daya dan kekuatan militer, tetapi juga individu sekaliber Tsitsianov, Ermolov, dan Paskevich. Dan tentu saja kemauan politik yang teguh.